ujungkelingking - Cara Mudah Berhusnudzan Kepada Allah
Bagi seorang fotografer, angle adalah sesuatu yang sangat penting. Sebuah momen yang bagus -meminjam istilahnya mas Rawins- tidak akan bisa bercerita banyak bila cara pengambilan sudut gambarnya salah. Obyek bidikan yang indah pun akan gagal terekspos jika kita salah mengambil sudut bidik. Akhirnya hasil jepretan kita hanya akan biasa-biasa saja. Tanpa greget, tanpa nilai yang mampu membedakannya dengan yang lain.
Tapi... di sini saya tidak akan berbicara tentang fotografi atau teknik pengambilan gambar yang baik. Saya justru akan berbicara tentang musibah, bencana, kesialan, kegagalan, dan teman-temannya yang lain.
Musibah, kemurkaan Tuhan?
Sejak awal mengikuti perkembangan kondisi Kelud hingga sekarang, di media-media massa tidak pernah saya dengar menyebutkan bahwa bencana ini adalah rahmat dan bentuk kasih-sayang dari Allah. Yang ada adalah bahwa musibah ini merupakan peringatan dari-Nya. Atau yang agak ekstrem malah muncul pertanyaan retoris: Apakah Tuhan telah murka?
Seolah-olah mudah sekali kita menvonis Allah itu pemurka dan pemarah. Sedikit diberi musibah, menganggap Allah telah marah. Sedikit disentuh bencana, mengartikan bahwa Dia telah murka. Padahal kita tahu tidak ada sifat-Nya atau di antara asma'ul husna yang 99 itu menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurka atau Maha Pemarah. Yang ada adalah ar-Rahmaan (Maha Pengasih), ar-Rahiim (Maha Penyayang), al-Muhaimin (Maha Memelihara), al-Mu'min (Maha Pemberi rasa aman), al-Wahhab (Maha Pemberi Karunia), al-Lathiif (Maha Lemah Lembut), dsb.
Ini berarti, setiap apapun yang terjadi pada diri kita bukan merupakan murka-Nya, tapi bisa jadi merupakan rahmat-Nya. Tujuannya jelas, agar kita semakin mendekatkan diri, ikhlas, dan tunduk kepada-Nya.
Pada khutbah Jum'at kemarin, sang Khatib mengatakan bahwa ada 2 cara Allah untuk menurunkan rahmat-Nya kepada manusia:
[Satu] Melalui nikmat yang dikaruniakan kepada kita
Namun, berdasarkan banyak contoh, cara ini seringkali tidak efektif untuk menyadarkan manusia akan eksistensi Tuhannya. Banyak cerita kehidupan yang memberikan fakta tentang ini. Betapa dulunya ketika miskin, tidak banyak bermaksiat kepada Allah. Namun ketika diberikan sedikit kekayaan, mulai berulah dan bertingkah.
[Dua] Rahmat Allah melalui musibah dan bencana
Cerita di sekitar kita juga banyak mengajarkan tentang hal ini. Bahwa kesukaran, kesusahan, kegagalan lebih banyak menyebabkan kita menyadari kelemahan diri. Sehingga akhirnya kita menyadari ada Dzat yang jauh lebih besar dan lebih berkuasa dari diri ini. Kita kemudian mulai mau bersujud, berdoa, menangis dan memohon.
Maka secara sederhana, sebuah musibah hakikatnya adalah rahmat Allah yang bungkusnya amat-sangat tidak enak. Tugas kita adalah membuka bungkus itu agar kita tahu rahmat apa yang telah disiapkan oleh-Nya.
Husnudzan adalah kuncinya
Menyadari (baca: meyakini) bahwa ada rahmat Allah yang tersembunyi di balik musibah menyebabkan kita senantiasa sabar dan tegar menghadapinya. Ada cara lebih mudah agar kita selalu berbaik sangka kepada Allah, yaitu dengan menemukan "kata kuncinya". Kata kunci ini pada setiap orang mungkin akan berbeda-beda. Tugas kita ketika ditimpa musibah adalah segera menemukan kata kunci tersebut.
Kata kunci saya sendiri adalah "Allah yang mengijinkan hal ini terjadi. Ada rahmat yang muncul setelah ini."
Ketika ditimpa suatu kemalangan, tanamkan kata kunci itu ke dalam hati agar tidak ada celah bagi setan untuk menanamkan su'udzan kepada Allah. Setelah itu ikuti dengan peningkatan trafik ibadah.
Dan saya doakan, pada setiap musibah yang kita alami, kita dapat menentukan angle yang tepat sehingga Anda dapat dengan mudah mendapatkan rahmat yang dijanjikan-Nya:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ
"... Sungguh, jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah (nikmat-Ku) kepadamu..."[Ibrahim: 7]
*diringkas dari khutbah Jum'at kemarin, 21 Pebruari 2014
Depan atau belakang: Tentukan angle yang tepat |
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, February 22, 2014
sesungguhnya apa yang menimpa kita baik atau buruk itu juga tergantung prasangka kita kepada Allah ya mas....makasih sudah dapat tausiah untuk selalu berbaik sangka ini....
ReplyDeletebetul, mas. utk melatih hal itu sprtinya kita mmg harus kena musibah dulu... ^_^
Deletekuncinya husnudzon 'Allah itu sesuai persangkaan hambaNya'
ReplyDeleteresepnya melihat dr angle yg berbeda, sampai klik n menjadi nikmat
h-hee... mbak violet, apa kabarnya?
Deletesaya nggak di tanya kabarnya nih mas..? hehehehe
DeleteWah, ganggu org aja nih...
Delete#lagipedekate
sudut pengambilan gambar yang tepat bisa membuat orang memahami makna dari suatu karya fotografi, sama seperti musibah apabila dilihat dari sudut pandang yang tepat maka kita bisa mengambil hikmahnya :)
ReplyDeletesprti itulah mksdnya. :)
DeleteKalau tentang musibah, saya suka sekali baca yang ini mas
ReplyDelete“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al -‘Ankabuut: 1-3)
“Sesungguhnya besarnya ganjaran (pahala) bersamaan dengan besarnya ujian (bala’). Sesungguhnya apabila Allah mengasihi sesuatu kaum, Dia menurunkan ujian (bala’). Maka siapa yang ridha maka dia mendapat keredhaan (Allah), dan sesiapa yang marah maka dia mendapat kemurkaan (Allah).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2396)
Wah, mantab nih mas Hari.
DeleteTq atas tambahannya.
terimakasih om Pri, ini sangat penting sekali bagi kami untuk memahaminya karena tak sedikit orang yang khilap akan semua ini
ReplyDeleteJangan salah, mas. Saya adl salah satu dr org2 yg khilap itu... :'(
DeleteAllah itu benar-benar ada..
ReplyDeleteApalagi saat kita solat atau berdoa..
yakin bahwa Allah ada didepan dan melihat kita..
jadi kita bisa makin khusyuk
ini adl slh satu pembahasan ttg "ihsan"... :)
Deletejadi Allah ingin meng-angle kan hati kita ya sob? supaya hati kita berada disudut bidik yang tepat yang akhirnya menimbulkan rasa syukur dan rasa husnudzan kepada allah. Ato gimana ya? saya bingung. hahaha ^_^
ReplyDeletejd kyk istilahnya Vicky ya, mas :D :D
Deleteintinya kita yg hrus belajar mencari angle itu agar tdk berburuk sngka kpd-Nya.
Saya juga sependapat kalau hadiah Tuhan itu tidak selalu di bungkus dengan gemerlap emas atau bentuk dijatuhi harta yang pasti di balik musibah itu sendiri ada keindahan dan juga rahmat yang mungkin orang belum bisa mencernanya
ReplyDeleteitu mmg manusiawi skli ya, mbak. manusia dg keterbatasan pengetahuannya tdk prnah bs tahu ada apa setelah ini.
Deletejd husnudzan adl satu2nya cara utk menyikapi segala permasalahan.
Terkadang untuk hidup lebih baik dan Maju
ReplyDeleteTerkadang ujian yang membuat pengalaman agar kita
Bisa mengambil hikmah di dalamnya ya Mas Pri
yup, that's right.
Deletebersangka baiklah terhadap Allah.. setiap apa yang terjadi pasti ada hikmahnya.. kerana hanya Allah sahaja yang tahu apa yang terbaik untuk kita pada masa kini dan masa hadapan..
ReplyDeleteYah, bukankah Allah itu juga sesuai dg persangkaan kita thd-Nya?
Deletedan memang kenyataannya begitu kang, sekarang ini orang lebih gampang menanamkan persepsi bahwa bencana-benacana itu adalah keburukan,padahal itu adalah cara alam untuk menemukan kembali keseimbangannya,,
ReplyDeleteH-hee... krn sifat dsar manusia itu mmg tukang ngeluh, kok.
DeleteBenar sekali dengan kalimat Allah itu tidak jahat. Saya mengukur diri sendiri,tegasnya saya tidak memberi ampun kepada penyelewengan hak dgn niat mendidik tapi di balik hati saya, berharap ada perubahan dari sikap saya dan tindakan yg dia lakukan kemudian hati terbuka dan tersenyum.
ReplyDelete^_^
Deletemnjadi tercerahkan...makasih mas
ReplyDeletestelah dibuka bungkusnya (meskipun terasa sulit), segera kita akan menikmati isinya, ini rupanya rahmat yang tersembunyi di balik bungkus...
pasir, batu, debu dll, akan sangat bernilai dan dicari pada waktunya
h-hee secara harfiah nih?
Deletesetuju mas.. intinya musibah itu adalah ujian bagi kita. jika kita lulus ujian maka kita akan naik kelas ( mendapat hikmah di balik musibah).
ReplyDeleteYa Allah jadikan aku selalu berbaik sangka kepadaMu
ReplyDeleteSaya selalu menyebutnya dengan begini Mas Pri "bahwa Tuhan punya cara sendiri untuk mengaktualkan cintaNya, karena keseluruhan yg datang dari Tuhan hanya satu yakni CINTA"!
ReplyDeleteManis banget kan gue? Hehehe #Narsis
Hanya kdg cara-Nya terlalu "misterius" utk dimengerti oleh kita2 yg bodoh ini...
Deletenote: jgn terlalu manis, nt dikerubutin semut loh,
Kunjungan pagi Mas Pri simak lagi untuk lebih memahami artikel ini
ReplyDeletewah ketauan kl saya-nya gak update ^_^
DeleteSebenarnya Tuhan Maha Penyayang, karena sedang mengingatkan kita
ReplyDeletebener, mas. Kl Dia tdk sayang, mk akan dibiarkan saja kita sampai nanti hari pembalasan...
Delete#Ngeri
Ini seperti ustadz Maulana dalam ceramahnya beberapa hari lalu yang menyatakan bahwa kalau kita mendapatkan musibah, seperti halnya kita mendapatkan surat cinta dari Allah SWT ..
ReplyDeleteIttaqullah.......
ReplyDeletekita tidak bisa membatasi Tuhan dengan sifat-sifatNya. karena Tuhan tidak bisa dibatasi, diukur, dengan sesuatu. Tuhan maha Berkehendak. meskipun dalam 99 asmaul husna tidak menyebutkan Tuhan maha peMurka atau peMarah, tetapi bukan berarti Tuhan tidak memiliki sifat Tersebut. banyak ayat alQur`an yang menyebutkan azab Tuhan. contohnya seperti ayat diatas yang dipotong. sambungan ayat tersebut "dan jika kamu ingkar atas nikmatKu, maka sungguh azabKu sangat pedih". di ayat ini kita bisa lihat bahwa Tuhan mengancam orang-orang yang ingkar dengan nikmatNya dengan azab (murka-Nya). wallahu a`lam.
ReplyDelete