Thursday, October 24, 2013

ujungkelingking - Menonton televisi, bagi sebagian besar anak-anak balita kita hampir-hampir menjadi kegiatan yang tak terlepaskan dari dunia mereka. Bagi para orangtua pun sepertinya langkah ini lebih dipilih daripada harus membiarkan anak-anak itu bermain di luar rumah tanpa bisa diawasi. Biasanya anak-anak itu akan dibiarkan menonton televisi sendirian sementara ibunya nyambi pekerjaan rumah.

Memang, dalam standar normal hal ini boleh-boleh saja dilakukan. Namun yang harus diingatkan adalah membiarkan anak-anak itu menonton televisi sendirian –tanpa didampingi- sama bahayanya dengan membiarkan mereka bermain di luar rumah tanpa pengawasan.

Seperti yang kita tahu, mencari tayangan yang baik di dunia pertelevisian kita sama saja seperti mencari jarum diantara tumpukan jerami. Jadi mendampingi anak-anak ketika menonton acara-acara televisi adalah mutlak dilakukan, bahkan ketika jeda iklan sekalipun.

Ada sebuah iklan yang akhir-akhir menjadi perhatian saya. Iklan sebuah aplikasi messaging bagi pengguna smartphone. Dalam tayangan iklan tersebut diperlihatkan seorang laki-laki di sebuah pub yang hendak menggoda seorang wanita yang sedang asyik bergoyang. Namun niatan si laki-laki terhenti tatkala ia mendapatkan pesan via aplikasi ini dari pasangannya agar tidak berbuat macam-macam.

Nah, yang menjadi perhatian saya adalah “penggambaran” dari pesan yang masuk itu. Digambarkan salah satu ikon dari aplikasi ini melempar sepatunya ke muka si laki-laki.

Tak hanya yang ini saja, dalam tayangan yang lain digambarkan ikon ini membalikkan meja yang penuh berisi makanan gara-gara ditinggal makan duluan.

Dan tentu masih banyak sekali iklan-iklan model seperti ini. Himbauan Pemerintah melalui Komisi Penyiaran Indonesia-pun hanya akan membuat mereka membuat iklan yang jauh lebih “kreatif” lagi (sayangnya, dengan tanda kutip).

Tambahan catatan, tayangan-tayangan seperti ini bagi kita yang dewasa mungkin bisa dianggap lucu. Tapi hati-hati, bagi anak-anak itu bisa jadi ilmu.

Yang mungkin nanti akan mereka tiru.

Salam awas.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, October 24, 2013

Wednesday, October 23, 2013

ujungkelingking - Pada artikel saya yang berjudul Download | Rumus Excel Terlengkap!, ada seorang teman yang sempat komen dan bertanya tentang cara menyelesaikan permasalahan excel yang sedang dihadapinya. Pertanyaan teman kita ini saya cuplikkan ulang saja, ya...

Saya punya database kapasitas produksi, misalnya untuk pengerjaan produk A, kapasitas harian 10 pcs, untuk produk B cuma jadi 5 pcs/hari, produk C cuma 2 pcs/hari. Untuk membuat database IF bagaimana caranya, misalkan ada order dari pelanggan 20 pcs untuk produk A, maka waktu yang dibutuhkan adalah 20/10 = 2 hari. dst.?

Secara singkat saya hanya bisa menjawab bahwa untuk menyelesaikan soal seperti itu saya lebih sreg memakai fungsi Vlookup-Hlookup daripada fungsi IF. Alasannya sederhana, dalam soal ini -karena jumlah data (produk) cuma sedikit- kita bisa saja menggunakan IF, tapi bagaimana bila jumlah produknya ratusan atau bahkan ribuan? Tentu kita akan semakin kesulitan mengaplikasikan fungsi IF ini. Karena itu, lebih aman bila kita menggunakan fungsi Vlookup-Hlookup. Lalu bagaimana penerapannya?

Untuk menyelesaikan soal ini kita membutuhkan dua filter. Filter pertama nanti akan berisi 'Jumlah Orderan', sedang untuk filter kedua akan berisi 'Jenis Produk', sehingga dari kedua filter ini bisa didapatkan hasil untuk 'Lamanya Waktu Pengerjaan'.

Lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:

Dibutuhkan 2 filter (dok. pribadi)

Dari gambar di atas, pada sel C8 kita bisa isikan fungsi berikut:
=VLOOKUP(B8;A2:B4;2;0)

Fungsi ini sebenarnya hanya mengambil jumlah 'Kapasitas per Hari'. Karena pada sel B8 yang disebut adalah produk A, maka pada sel C8 menghasilkan 10 (10 pcs perhari).

Selanjutnya untuk menghasilkan 'Waktu yang Dibutuhkan' untuk mengerjakan perlu kita bagikan dengan 'Jumlah Orderan'. Maka di depan fungsi tadi, kita bisa tambahkan sel pembagi, yaitu sel A8, sehingga lengkapnya fungsi tersebut berbunyi,
=A8/VLOOKUP(B8;A2:B4;2;0)

Dengan demikian soal untuk excel kali ini sudah terselesaikan.

***

Lalu bagaimana bila saya memaksa untuk menggunakan fungsi IF?

Tentu boleh-boleh saja, namun seperti yang sudah saya singgung di atas bahwa rumusnya bisa bertambah panjang, tergantung jumlah 'Jenis produk'.

Sebagai contoh, dalam soal di atas kita bisa menggunakan fungsi IF sebagai berikut:
=IF(B8="A";A8/10;IF(B8="B";A8/5;IF(B8="C";A8/2;0)))
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, October 23, 2013

Monday, October 21, 2013

ujungkelingking - Setelah kemarin saya berhasil membuat alat pemotong gabus sederhana, maka sekarang saatnya beraksi membuat kreasi tulisan dari gabus atau styrofoam ini. Tulisan yang akan saya buat adalah sebuah model kaligrafi dari nama kedua putra kami. Jadilah ini bukan sebuah kaligrafi Arab, namun kaligrafi dengan huruf latin.

Pertama-tama tentu kita harus mempersiapkan styrofoamnya. Karena saya agak malas mewarnai, saya membeli styrofoam yang sudah ada warnanya. Harganya 8 ribu untuk ukuran 40 x 60 cm.

Styrofoam yang sudah ada warnanya.

Setelah itu kita harus membuat pola (mal) dari tulisan yang hendak kita potong. Pola ini nanti kita letakkan di atas gabus dan gabus kita potong sesuai pola. Agar tidak banyak bergerak, pola itu bisa direkatkan dengan cara ditusuk menggunakan jarum pentul. Sekedar tips, pola ini sebaiknya dibuat dari kertas yang kaku atau keras, gunanya agar tidak mudah tertekuk atau sobek ketika gabus sedang dipotong. Disamping itu pola juga bisa digunakan lagi di lain waktu.

Untuk huruf atau aksen yang sama, gabus bisa ditumpuk.
 
Setelah semua huruf selesai dipotong sekarang terserah kita mau dipasang di mana. Kita bisa menggunakan gabus yang tersisa sebagai background, atau dipasang pada pigura yang biasanya dipakai untuk mahar/mas kawin. Atau langsung saja di tempel di dinding, pintu, dsb. Untuk menempelkannya bisa digunakan double tape, atau menggunakan lem putih (yang biasanya untuk kayu), atau yang lebih baik kerekatannya adalah menggunakan lem khusus styrofoam.

Maunya sih saya tulis kedua nama putra kami secara lengkap, "Dhiya'ul Haq Zaki Ilyas" dan "Daffa'ul Haq Azka Muhammad". Namun, karena rupanya gabus yang dipakai tidak cukup, jadinya saya harus puas dengan hanya mempersingkat nama mereka.

D.H. Zaki Ilyas dan Daffa'ul Haq A.M.
Masih kurang rapi.
Tapi, lumayan-lah bisa buat Zaki terbengong-bengong.

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, October 21, 2013

Saturday, October 19, 2013

ujungkelingking - Tadi malam, akhirnya saya berkesempatan menonton kembali film Sherlock Holmes di tipi. Sebenarnya ini adalah kali ketiga saya menonton film yang sama. Waktu awal-awal dirilis (2009, kalau gak salah) sempat nonton sama istri di bioskop. Dulu sih belum punya momongan, sekarang krucil udah dua. Jadi kalau ada film bagus, njagagno rental ae.
 
Film ini diangkat dari novel karangan Sir Arthur Ignatius Conan Doyle. Seorang dokter berkebangsaan Inggris.
 
Karya Sir Arthur ini menceritakan seorang detektif eksentrik bernama Sherlock Holmes yang hidup sekitar abad 18 di London. Bersama rekannya, Dr. Watson, mereka mengungkap kasus-kasus pelik yang tak terselesaikan oleh kepolisian setempat, seperti pembunuhan misterius, pencurian, atau membongkar mitos-mitos tahayul.
 
Karakter Sherlock Holmes ini diceritakan memiliki banyak keahlian yang unik, seperti misalnya dia seorang yang ahli dalam perkelahian tangan kosong, tongkat ataupun pedang. Seorang penyamar yang cerdik. Pemain bola yang bagus. Mampu membedakan jenis-jenis tanah dan darimana asalnya. Mampu membedakan senyawa kimia hanya dengan mencium baunya. Tapi yang paling penting adalah dia mampu memperhatikan detil-detil kecil pada sesuatu. Dengan itu dia mampu mengambil kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan menakjubkan.
 
Namun, di sisi lain, banyak juga hal-hal yang tidak dikuasai Sherlock. Prinsipnya, bila hal itu tidak ada hubungannya dengan kasus yang sedang ditanganinya, dia merasa tidak perlu mempelajarinya.
 
Saya pikir di sinilah logisnya cerita ini. Tidak ada orang di dunia ini yang multi-skill seperti yang tergambar dalam karakter detektif komik, Conan Edogawa aka Shinichi Kudo yang bisa segalanya di dalam setiap kasusnya.
 
Hm, tapi bagaimanapun karakter dan setting dalam film Sherlock Holmes ini saya anggap sukses menduplikasi dari versi novelnya.
 
Baru segini aja 'koleksi' Sherlock Holmes saya.
 
Mungkin setelah ini saya juga akan hunting komiknya Detective Kindaichi atau novel 'Hercule Poirot'nya Agatha Christie. Dan seperti yang dibilang mbak Dee Widiani (adminnya deebacalah.blogspot.com), membaca buku –apapun itu- tetap ada manfaatnya, kok!
 
Jadi, bila tidak sedang menulis, membacalah.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, October 19, 2013

Friday, October 18, 2013

ujungkelingking - Setiap orang memiliki kebanggaannya sendiri-sendiri. Kebanggaan terhadap sesuatu yang sedang dimiliki atau sesuatu yang tengah dinikmati. Namun bagi orangtua yang tengah memiliki seorang balita, barangkali inilah kebanggaan mereka.

Yang akan saya ceritakan ini adalah hal yang jamak terjadi di kehidupan kita. Tentang perkembangan terhadap balita kita. Namun bagi saya tetap menarik untuk ditulis, itung-itung sebagai cara untuk mengabadikan momen yang tidak bisa ditangkap oleh kamera apapun.

Petang itu, saya baru pulang dari kantor. Belum juga melepas pakaian dan mandi, si Zaki tiba-tiba nyletuk, "Yah, 3 ditambah 1 sama dengan 4". Entah mencontoh darimana.

"Oh, ya?" Kata saya. Iseng, coba saya tes. "Kalau 3 dikurangi 1 sama dengan berapa?"

"Sama dengan... empat." Jawabnya. Saya tahu dia ragu.

Saya coba lagi. Kali ini dengan jari saya sebagai peraga. "Ada 3 (jari) terus diambil satu, jadi berapa?"

Si Zaki masih bingung. Belum bisa menangkap rupanya. Akhirnya saya coba dengan cara lain.

"Begini, kalau kakak punya wafer T*ngo tiga, terus dikasihkan ke adik satu, sekarang wafer T*ngo-nya kakak tinggal berapa?"

"2!" Sahutnya cepat.

H-he...

Imajinasi anak-anak itu sungguh luas. Namun dunia mereka sebenarnya sederhana saja. Maksud saya, dunia mereka tidak lebih dari mainan. Dan jajanan, tentu saja.

Jadi bila setiap pengajaran bisa kita sederhanakan seperti sederhananya dunia mereka, tentu mereka akan bisa (baca: mudah) menerima.

Selamat pagi.

Selamat beraktifitas.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, October 18, 2013

Wednesday, October 16, 2013

ujungkelingking - Pertanyaan "menggelitik" ini disampaikan teman saya ketika jam istirahat tadi. Kemarin dia sempat mendengarkan sebuah ceramah tentang qurban ini. Dikatakan oleh sang khatib -saya tidak tahu bagaimana redaksinya- bahwa orang yang berqurban itu nanti akan mengendarai tunggangannya itu ke surga. Seorang teman lain nyletuk, "Kalau begitu kita tidak perlu sholat ataupun puasa. Cukup dengan berqurban saja, kita sudah bisa masuk surga."

Nah, celetukan inilah yang merisaukan teman saya. Dia mempertanyakan keshahihan dalil di atas. Saya tentu tidak bisa menjawab langsung. Disamping karena yang bersangkutan tidak hafal teks dalil tersebut, juga untuk tashih-mentashih atau tafsir-mentafsir dalil bukanlah bidang saya.

Karena itu, saya tidak akan pasang dalil dalam tulisan ini. Bukan karena saya tidak paham, akan tetapi karena saya lagi males copy-paste. #Modus

Hal ini bisa kok kita jelaskan meski tanpa dalil. Logikanya, ketika kita mengatakan bahwa kita beriman kepada Allah dan kita ingin diakui sebagai hamba-Nya, maka pertanyaannya kemudian adalah, "Apa buktinya?" Sebab kalau hanya bisa ngomong saja tanpa disertai bukti, anak kecil juga bisa.

Maka, qurban adalah salah satu fasilitas dari Allah untuk membuktikan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Sholat dan puasa adalah fasilitas juga. Dan karena kita sudah kadung memproklamirkan diri beriman kepada-Nya, maka tugas kita adalah membuktikannya, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut.

Jadi, apakah menyembelih qurban bisa memasukkan seseorang ke dalam surga?

Huft!


*ditulis sebagai ke'galau'an karena sampai tahun ini belum bisa berqurban.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, October 16, 2013

Friday, October 11, 2013

ujungkelingking - Kita semua tahu bahwa salah satu efek dari sebuah situs jejaring sosial adalah mudahnya seseorang mengekspresikan (siapa) dirinya. Mengabarkan kepada publik tentang apa yang sedang dirasakan, apa yang sedang diinginkan, atau sekedar menuliskan kata-kata yang, hanya dia dan Tuhan saja yang tahu maksudnya. Dan disadari atau tidak apa yang tertulis di sana menunjukkan siapa penulisnya. Seolah-olah setiap kalimat-kalimat itu mengatakan, "this is me!".

Karena itulah kemudian kita banyak "membaca" macam-macam orang dari status-status yang ditulisnya. Ada yang narsis. Ada yang ingin disebut romatis. Ada yang alay. Dan ada status yang bikin kita mengerutkan dahi, "apa maksudnya ini?". Ada yang sok bijak lalu banyak berpetuah. Ada yang melow. Dan ada pula yang senantiasa galau.

Akan tetapi semakin ke sini, social network tak lagi sekedar dijadikan sebagai lahan untuk memperkenalkan diri, namun sudah mulai merambah ke dunia bisnis. Akun-akun pun banyak yang mulai berisi pengenalan-pengenalan produk dan promosi. Faktanya, tidak sedikit orang yang mengamini keefektifan beriklan di jejaring sosial.

Nah, kedua hal inilah -cara berekspresi dan memperkenalkan bisnis di sosmed- yang menjadi topik tulisan ini.

Saya punya seorang teman perempuan yang memiliki akun di facebook. Belakangan dia ikut menjadi member sebuah produk kecantikan yang cukup ternama. Maka semenjak itu, mulailah status-statusnya penuh dengan promosi tentang produk-produk terbarunya. Sebenarnya saya tidak bermasalah dengan hal tersebut, bahkan saya cukup senang karena dalam beberapa statusnya dia juga menyisipkan pesan sikap optimis dan percaya diri.

Tapi pada akhirnya saya pun terusik. Ini terjadi karena beberapa statusnya, meski tidak sedang berpromosi, menyiratkan kegalauan dan ke-pesimis-an. Entah itu sekedar iseng, atau memang sedang ada masalah dengan keluarganya, lalu keluarlah status galau tersebut.

Okelah, itu manusiawi. Bahwa setiap manusia boleh galau dan bisa pesimistis. Namun karena akun yang dipakai untuk ber-galau dan ber-pesimis ini adalah akun yang sama dengan akun yang tadinya menitipkan pesan kepercayaan diri, lalu apa yang bisa diharapkan penjual yang seperti ini? Alih-alih iba terhadapnya, para (calon) pembeli bisa-bisa hengkang dari lapaknya.

Karena itu, sekedar saran kecil dari sini, jika Anda kebetulan memanfaatkan akun sosmed Anda untuk promosi bisnis atau produk, maka Anda harus benar-benar menjaga agar hal-hal "negatif" dari diri Anda pribadi tidak bercampur dan mengotori apa yang sedang Anda usahakan. Meski sebenarnya, menjaga ucapan tidak boleh terbatas pada tempat dan waktu tertentu saja.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, October 11, 2013

Thursday, October 10, 2013

ujungkelingking - Beberapa minggu terakhir ini, dunia medis kita dihebohkan dengan istilah OCD. Itu lho, sebuah 'tehnik' diet yang diciptakan oleh master magician, Deddy Corbuzier.

Saya kurang begitu paham dengan bagaimana sebenarnya diet OCD itu. Namun yang pasti OCD ini sampai sekarang menjadi isu yang kontroversial. Ada yang setuju karena berhasil, dan ada pula yang kontra karena merasa ada dampak yang bakal ditimbulkan oleh cara ini.

Bagaimanapun caranya, diet yang benar -menurut saya- tidak boleh sampai pada taraf 'menyiksa diri'. Jika ini yang terjadi, maka bisa membahayakan kondisi fisik dan psikis pelakunya.

Tapi bagi saya pribadi, OCD ini sangatlah penting. Bahkan, dalam kasus saya OCD ini sangat membantu sekali untuk 'kelangsungan hidup' saya. Saya adalah orang yang aktif melakukan diet OCD ini. Bukan karena saya terbilang gemuk, namun karena saya masih sangat kurus.

Bagaimana bisa OCD bermanfaat bagi yang kurus, ini yang memang masih menjadi misteri. Tapi Anda tak usah heran. Bagaimanapun, saya merasa harus melakukan OCD. Karena bagi saya OCD itu ya ono cemilan, dipangan... Dalam bahasa Indonesianya, ada makanan, sikaaat!!!

H-ha.

*postingan iseng di siang hari
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, October 10, 2013

Wednesday, October 9, 2013

ujungkelingking - Beberapa hari ini saya lagi off mosting tulisan. Bukan tanpa sebab, tapi karena saya sibuk bikin percobaan kecil-kecilan...

Anda sudah mengenal alat ini, tidak?

Sumber gambar: www.topbgt.com
Jika belum, alat ini disebut dengan alat pemotong gabus atau biasa disebut dengan styrofoam. Gunanya untuk memotong gabus sehingga bisa dibentuk menjadi sebuah huruf, hiasan, dsb. Teori dari alat ini adalah dengan memanaskan kawat yang ada pada alat tersebut sehingga dapat dipakai untuk memotong benda-benda lunak seperti gabus, atau semacamnya.

Namun, alat ini masih memiliki kelemahan. Selain karena boros daya (karena menggunakan baterai), alat ini juga kurang efektif digunakan. Hal itu karena kita harus memegangnya dengan salah satu tangan, sedang tangan yang lainnya digunakan untuk memegang gabus yang hendak dipotong. Iya kalau yang dipotong kecil atau sedikit, lah kalau banyak dan lebar? Tentu akan menyulitkan sekali.

Karena itulah dibutuhkan alat pemotong yang berbentuk seperti papan, sehingga kita bebas memotong dan mengatur pergerakan gabus menggunakan kedua tangan kita. Nah, berbekal "petuah" dari seorang teman dan referensi dari buku yang telah saya beli sekitar 6-7 tahun yang lalu, mulailah saya mencoba membuat alat pemotong gabus ini.

Pertama-tama kita harus mempersiapkan alat-alat dan bahan berikut ini:

Sumber gambar: dok. pribadi
 1. Papan kayu

Papan kayu yang digunakan hendaknya papan yang rata. Karena harga hardboard yang bagus cukup "lumayan" (mau bilang mahal kok sungkan), ditambah lagi saya tidak memiliki alat bor, maka saya berpikir untuk menggunakan kayu bekas pakai yang sudah 2 bulanan ini menganggur di halaman belakang rumah. Kayu itu saya potong-potong dan dipaku secara sejajar, sehingga ada celah (sebagai ganti lubang) untuk jalur lewatnya kawat pemotong.

Sebenarnya, papan yang dipakai terserah mau selebar atau setebal berapapun, namun harus diingat bahwa papan tersebut memiliki ketiga unsur berikut:
  1. Papan tersebut memiliki kaki-kaki. Gunanya adalah sebagai tempat untuk menambatkan ujung kawat bagian bawah. Dalam percobaan saya, kaki-kaki papan ini saya gunakan sebagai tempat meletakkan saklar dan "menyembunyikan" trafo.
  2. Papan tersebut juga harus memiliki lubang (atau celah) untuk jalur lewat kawat ke atas.
  3. Papan tersebut memiliki tiang untuk menambatkan ujung kawat yang atas.

2. Trafo dan kawat nikelin

Trafo yang digunakan adalah yang 500 mA, sedang kawat nikelin pakai yang diameternya 0.5 mm. Kedua barang ini bisa didapatkan di toko alat-alat teknik, yang biasa menjual dinamo, electro motor, dsb.

Dari kiri ke kanan: Kawat nikelin, trafo, steker, saklar jepit, saklar tempel, kabel

Jangan seperti saya yang keliru menganggap kawat nikelin adalah alat listrik. Sehingga setiap toko alat listrik yang berada di sepanjang arah ke kantor saya datangi. Hasilnya tentu saja nihil. Jangankan keberadaan kawatnya, nama barangnya saja tidak ada penjualnya yang tahu. Akhirnya saya mendapatkannya di toko yang sebut di atas. Sekedar info, harganya 18 ribu per meter, tapi ketika saya bilang cuma butuh setengah meter, kata penjualnya, "Kalau setengah meter harganya 10 ribu, mas." Haiyyya... Emang penjual paling bisa, deh!

3. Saklar, saklar jepit, steker (colokan), dan kabel

Alat-alat ini baru bisa didapatkan di toko alat-alat listrik. Harganya pun cukup terjangkau.

Setelah alat-alat di atas sudah siap, sekarang waktunya merangkai alat pemotong gabus kita. Untuk lebih mudahnya, silahkan perhatikan gambar berikut:

Rangkaian sederhana alat pemotong gabus (styrofoam) | file pribadi


Kabel I, hubungkan antara steker, saklar dan trafo. Pada kabel yang terhubung dengan trafo sambungkan salah satu ujungnya ke kutub 0 V dan ujung lainnya ke kutub 220 V.

Untuk kabel II, hubungkan antara trafo dan masing-masing dari ujung kawat nikelin yang sebelumnya sudah dipasang secara vertikal pada papan (mungkin butuh bantuan paku untuk menambatkan kawat tersebut). Pada kabel yang terhubung dengan trafo sambungkan salah satu ujung kabel ke kutub 0 V dan yang lainnya ke kutub 12 V. Yang disebut terakhir ini bersifat optional, artinya kita bisa memilih angka yang lebih kecil untuk menghasilkan efek panas yang lebih rendah.

Dan akhirnya, alat pemotong gabus ini sudah bisa digunakan.

Alat pemotong gabus yang amat-sangat sederhana


Setelah ini saya akan mencoba membuat sebuah kaligrafi dari huruf/tulisan latin. Kira-kira seperti apa, ya?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, October 09, 2013

Friday, October 4, 2013

ujungkelingking - Dalam sebuah nasehatnya, Sang utusan pernah menyatakan bahwa akan datang suatu masa dimana kebaikan menjadi susah ditemukan. Kebenaran menjadi sering disembunyikan. Kejahatan menjadi lumrah untuk dijadikan sandaran, demi melanjutkan kehidupan. Kebohongan nyata-nyata menjadi pakaian. Katanya solidaritas, padahal itu tidak lebih hanya sebuah persekongkolan. Berhembuslah fitnah di jalan-jalan, bertebaranlah ketelanjangan yang disebut ke-modern-an.

Maka sadarlah, jika nafsu setan yang diikuti, hasilnya hanyalah kehinaan.

Maka beruntunglah yang masih memiliki 'standar pengamanan'. Itulah iman. Sebuah definisi tentang keyakinan yang tak (boleh) lekang oleh keadaan. Tetap genggam jangan lepaskan. Sampaikan dan bagikan kepada anak-keturunan, karena hanya itulah nantinya yang akan menjadi pegangan kita menghadapi ruwetnya jaman.

Sebagai manusia, wajarlah memiliki kesalahan. Itu bagian dari kelemahan. Namun sebuah kebodohan jika tak mau belajar dari pengalaman. Menyedihkan jika masih tak paham mana larangan dan mana kewajiban.

Dan saya memang bukan Sang utusan. Bukan pula seseorang yang dipercayakan. Namun wejangan ini harus disebarkan.

Pada intinya, saya hanya menyampaikan, Anda sekalian hanya mendengarkan. Tidak ada ketentuan bahwa yang menyampaikan itu lebih baik daripada yang mendengarkan. Yang beruntung, adalah dia yang mau melaksanakan.

Ah, siang ini kenapa tiba-tiba saya kepingin makan ketan?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, October 04, 2013

Thursday, October 3, 2013

ujungkelingking - Selepas sholat Dhuhur di masjid sebelah, saya mendapati sebuah selebaran kecil berwarna hijau. Mungkin anak-anak kampus sebelah yang menyebarkannya. Isinya berupa ajakan untuk menjadi pekerja freelance dengan honor yang cukup bikin basah bantal kita.

Tertulis di brosur tersebut PT. Hadena Indonesia yang mencari orang-orang dari segala usia untuk ditugaskan mengelem kotak teh Manggis Herbal. Gajinya lumayan heboh, bayangkan, untuk mengelem 1 kotak (berisi sekitar 200 lembar) kertas teh tersebut kita diberi komisi 70 ribu rupiah. Kalau untuk 5 kotak komisinya 350 ribu rupiah! Rekan-rekan bisa hitung sendiri berapa yang bisa kita dapatkan di akhir bulan... jika iklan ini benar adanya.

Di brosur itu juga tertulis biaya untuk pendaftaran hanya lima ribu rupiah. Sangat mur-mer! Sedang pekerjaan yang diberikan bisa dikerjakan di rumah.

Wow! Siapa yang tidak tertarik?!

Saya hampir-hampir saja tertarik untuk mendatangi kantor cabangnya yang ada di Surabaya. Namun niat itu saya urungkan ketika saya sempatkan googling barusan. Baru sebentar googling, aura 'gak enak' sudah sangat tercium.

Saya tidak akan bicara banyak, rekan-rekan yang penasaran bisa langsung search dengan kata kunci "PT. Hadena Indonesia".

Ternyata ada bermacam-macam desainnya.


Salam hati-hati.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, October 03, 2013
ujungkelingking - Kesibukan yang cukup menyita waktu, pada akhirnya berimbas pada konsentrasi saya dalam melahirkan sebuah postingan. Istilah saya adalah idea-less alias kosong ide, hehe...

Saya pun kemudian saya berinisiatif untuk melihat-lihat koleksi tulisan-tulisan lawas di label CATATAN yang barangkali belum terjamah oleh rekan-rekan blogger. 

Anda mungkin akan dibuat geleng-geleng kepala dengan tingkah Zaki yang mengerjai ibunya. Ya, tingkah kanak-kanak yang sama sekali tidak bisa disebut sebagai kenakalan, namun cukup membuat spot-jantung. 

Atau sekedar cerita biasa ketika sedang menunggu USG putra kedua kami.

Dan Anda dijamin akan tersenyum-senyum, atau malah mengelus dada -mengasihani saya- yang mendapat perlakuan bully di dalam bus.

Atau Anda bisa membaca catatan unik yang saya tulis di dalam bus, tentang tipe-tipe manusia.

Whatever, tulisan kali ini sekedar mencoba memancing gairah menulis saya. Selamat menikmati.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, October 03, 2013

Monday, September 30, 2013

ujungkelingking - Salah seorang teman saya menulis di akunnya begini, "Kamu akan tahu sifat dan watak asli seseorang ketika kamu melakukan safar (perjalanan) dan ber-muamalah (berbisnis) dengannya."

Hal ini mengingatkan saya kepada salah seorang ustadz saya dahulu. Beliau pernah mengatakan bahwa dengan mendaki gunung, watak dan karakter asli kita akan ketahuan.

Beberapa penelitian tentang psikologis manusia mengatakan ada beberapa keadaan yang membuat seseorang menunjukkan sifat atau watak aslinya. Selain melalui olahraga beregu atau acara makan bersama, sifat asli seseorang paling nampak adalah ketika dalam kondisi emosi tinggi. Ini bisa berupa kepanikan, kesal, marah, ataupun takut.

Ketika sedang melakukan perjalanan, berbisnis, atau mendaki gunung, menyebabkan seseorang mudah mendapati kondisi-kondisi di atas. Perjalanan yang melelahkan apalagi ditambah dengan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan; bisnis yang terancam gulung tikar atau adanya kesempatan untuk meraup untung yang ilegal; atau berada di alam bebas yang tidak banyak orang yang bisa dimintai bantuan, bisa menyebabkan seseorang kesal dan gampang tersulut kemarahannya. Nah, ketika hal itu terjadi maka di sinilah karakter asli itu akan terlihat. Apakah dia akan gampang mengeluh dan melampiaskan kemarahannya, ataukah malah bisa menahannya dan mengalihkan energi negatifnya menjadi sesuatu yang positif?

Sebenarnya, apa perlunya kita mengetahui karakter orang lain?

Pada sebuah training yang pernah saya ikuti tahun 2011 yang lalu, dikatakan bahwa setiap orang -di dalam dirinya- memiliki 4 tipe karakter. Namun, setiap trainer atau motivator memiliki nama-nama sendiri untuk masing-masing tipe tersebut. Dan pada setiap orang pasti memiliki kecenderungan terhadap salah satu karakter. Mungkin pada beberapa kesempatan dia bisa "berubah" karakternya, namun hal itu tidaklah permanen. Pada akhirnya dia kan kembali ke karakter yang menjadi kecenderungannya. Dari sinilah penyebutan tentang apa karakter orang tersebut.

Bagaimanapun, setiap tipe memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Artinya, tidak ada orang yang selalu baik sebagaimana tidak ada orang yang selalu jahat. Pada seseorang yang memiliki karakter baik, tetap ada karakter yang tidak baik pada dirinya, meski tidak dominan. Maka dengan mengetahui karakter seseorang, kita bisa menetukan cara yang tepat untuk menghadapinya. Contoh sederhananya, untuk menghadapi seseorang dengan watak pemarah, tentu tidak bisa dihadapi dengan kemarahan juga. Seperti itulah.

Nah, di dalam sebuah tim, pengenalan tentang karakter masing-masing anggota menjadi sangat diperlukan untuk memperkuat kesolidan tim tersebut. Dengan mengetahui tipikal masing-masing anggota, maka seorang leader dapat menempatkan tiap-tiap orang pada posisi atau bagian yang tepat yang sesuai dengan karakter orang tersebut. Disamping itu, mengetahui kelemahan setiap anggota tim memungkinkan untuk yang lainnya dapat mengkover kelemahan tersebut.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, September 30, 2013

Friday, September 27, 2013

ujungkelingking - Dahulu kala, pada suatu masa, diceritakan ada seorang kakek yang sedang melaksanakan sholat. Ketika sang kakek sedang sujud, tiba-tiba si cucu langsung naik ke punggung sang kakek dan bermain-main di atasnya. Maka sang kakek pun memperlama sujudnya, sampai si cucu bosan dan turun dari punggungnya. Barulah setelah itu sang kakek melanjutkan sholatnya.

***

Terlepas dari ke-"shahih"-an asal-muasalnya, namun cerita ini banyak dipakai sebagai "dalil" tentang "haram"nya mengajari anak kecil sebelum saatnya. Lebih jelas golongan ini berpendapat bahwa untuk mengajari seorang anak kecil belajar membaca, menulis dan berhitung, itu ada waktunya, yaitu ketika otak mereka siap untuk menerima pelajaran itu. Berdasar penelitian adalah usia sekitar 6-7 tahun, karena pada saat itu sudah tercapai kematangan sensorik dan motorik mereka. Maka sebelum mencapai usia tersebut, sebaiknya anak-anak tidak diajarkan membaca, menulis dan berhitung, namun hanya diperkenalkan permainan-permainan yang merangsang sensorik-motorik saja.

Namun, golongan yang lain berpendapat bahwa usia anak antara 0-5 tahun (ada yang mengatakan 0-8 tahun) adalah masa-masa emas atau yang biasa diistilahkan dengan 'Golden Age'. Pada masa ini otak anak-anak berkembang hingga 80% yang memungkinkan mereka mampu menyerap informasi apapun, hal baik ataupun hal buruk. Dan informasi apapun yang terserap pada masa ini akan sulit hilang dari memori mereka, bahkan hingga mereka dewasa nanti. Karena itu golongan ini berpendapat "wajib" untuk mengajarkan sesuatu yang baik kepada anak-anak, agar pengajaran itu dapat mengental dalam ingatan mereka.

Lalu bagaimana menyikapi hal ini, sebagian mengatakan harus mengoptimalkan kemampuan otak mereka, sedangkan sebagian lain menyatakan harus menunggu sampai usia mereka siap?

Alih-alih men-"tarjih" (mencari yang terkuat) dari kedua pendapat ini, saya lebih memilih untuk mengkombinasikan keduanya. Mengambil jalan tengah di antaranya.

Jadi pada masa-masa perkembangan anak-anak, kita boleh mengajari mereka apapun. Di sini pendidikan karakter adalah yang lebih diutamakan karena hal ini amat berhubungan dengan kehidupan mereka nantinya. Namun jika anak-anak memang benar-benar tertarik, tidak ada salahnya mengajari mereka membaca, menulis dan berhitung. Dengan catatan tetap dengan bahasa yang paling sederhana yang mereka pahami, yaitu bermain.

Dan ketika pada suatu ketika mereka bosan, kita harus berhenti. Jangan pernah memaksa mereka karena hal itu justru akan berpengaruh buruk pada karakter mereka. Kita harus menunggu sampai saat mood mereka kembali terbangun atau beralih kepada hal lain yang sama bermanfaatnya.

Anak-anak itu lahir dan tumbuh dengan "keunikan" mereka masing-masing. Hal-hal yang berhasil diterapkan pada satu anak, belum tentu sesuai jika diaplikasikan untuk anak yang lain. Kejelian membaca karakter inilah yang menjadi salah satu tugas penting orangtua. Jangan sampai membuang kecerdasan anak dengan sia-sia karena ketidak-tahuan kita terhadap apa yang mereka minati. Jangan pula "mengganggu" mereka dengan memaksanya melakukan hal-hal yang tidak disenanginya. 

Hm, kalau Anda?

Parangtritis, 2010 (dok. pribadi)

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, September 27, 2013

Thursday, September 26, 2013

ujungkelingking - Apakah Anda pernah mendengar atau mencoba berkreasi dengan MyLiveSignature? Jika iya, maka artikel ini tentu tidak berguna bagi Anda. Namun, jika Anda tertarik untuk mengetahui dan mencobanya, maka Anda bisa mengikuti langkah-langkahnya nanti.

Sebagai contoh, jika Anda memperhatikan tulisan ujungkelingking pada bagian atas blog ini, maka itu adalah salah satu hasil kreasi menggunakan MyLiveSignature.

Oke, langkah pertama, Anda bisa masuk ke http://www.mylivesignature.com/mls_create_signature.php.

Setelah itu pilih 'Using the signature creation wizard'. Kemudian Anda hanya perlu meng-klik 'Next step' untuk melanjutkan langkah-langkahnya.

Ketikkan nama. Dalam contoh ini saya memakai "ujungkelingking" (lagi).

Pilih huruf. Ada 120 pilihan model kreasi yang disediakan. Agar berbeda, saya memilih no. 83.
Pilih ukuran. Dari ukuran 1 s/d 10, saya pilih 3.
Pilih warna. Kolom atas untuk memilih warna background, sedangkan kolom bawah untuk warna pada teks.
Atur tingkat kemiringannya.
Selesai. Selanjutnya Anda tinggal klik kanan untuk 'Save Image'.
Dan, inilah hasilnya.

Selamat mencoba.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, September 26, 2013

Wednesday, September 25, 2013

ujungkelingking - Baru saja saya selesai melaksanakan sholat Ashar di masjid sebelah, saya melihat sebuah hape berbungkus pouch warna kulit tergeletak di bawah salah satu tiang masjid.

Saat itu kondisi masjid memang relatif kosong, maklum sholat Ashar sudah selesai dari tadi. Sambil mengira-ngira siapa pemiliknya, saya coba mengamati keadaan sekitar. Agak jauh di depan saya ada tiga orang yang sedang sholat berjamaah. Di pojok sebelah sana, ada dua orang yang sedang berdiskusi (belakangan saya baru tahu kalau mereka mahasiswa di situ). Di bawah tiang yang lain ada seseorang yang sedang tidur dengan lelapnya. Sementara beberapa mahasiswa lain sedang bercengkrama di luar masjid.

Agak ragu-ragu saya mendekati hape tersebut. Tapi saya yakin pemilik hape ini tidak ada di antara orang-orang yang ada di sini.

Sebenarnya, saya ingin memberikan hape tersebut langsung kepada ta'mir masjid. Namun keberadaan beliaunya saya juga tidak tahu. Akhirnya dengan memantapkan hati, saya mendekati dua orang mahasiswa yang sedang asyik berdiskusi dari tadi. Saya katakan kepadanya bahwa saya menemukan sebuah hape dan minta tolong untuk menyerahkan hape tersebut kepada ta'mir masjid, sampai nanti ada pemilik yang sebenarnya. Setelah itu saya pun bergegas kembali ke kantor.

Ketika sedang menuju kantor, saya berpapasan dengan seorang teman dari induk perusahaan dimana saya bekerja. Pak Subur, namanya. Meski begitu posturnya sama sekali tidak subur (gemuk), kok. Pak Subur ini pernah menemani saya sewaktu ada seminar perpajakan di Jakarta. Karena nampaknya beliau sedang tergesa-gesa, saya pun tidak banyak bertanya.

Mungkin ending cerita ini sudah bisa tertebak, ya.

Ketika sedang menunggu lift yang akan mengantar saya ke lantai 5, Pak Subur sudah menyusul saya. Belum sempat saya bertanya kenapa tadi tergesa-gesa, orangnya sudah lebih dahulu bercerita, "Alhamdulillah, Mas hape saya masih ketemu. Mungkin jatuh pas di masjid tadi."

Ooo... ternyata,

Hehe, saya tersenyum saja dalam hati.

Saya dan P. Subur, di depan KPP Besar Dua (2010) | dok. pribadi
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, September 25, 2013

Monday, September 23, 2013

ujungkelingking - Dalam sebuah bincang ringan ibunya Zaki dengan salah seorang tetangga tentang membuat kue, tetangga tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak berbakat dalam urusan membuat kue. Karena pernah, dirinya diajari oleh kakaknya yang lebih jago membuat kue, dengan bahan yang sama dan dengan cara dan teknik yang sama, toh hasilnya jauh berbeda. Memang saya ini tidak berbakat, katanya.


***

Bakat (gift), atau yang dalam definisi umum sering diartikan sebagai dasar kepandaian yang dibawa sejak lahir, adalah sebuah anugerah yang diberikan Tuhan kepada masing-masing individu. Dan hal ini tidak ada hubungannya dengan genetik. Jadi bisa saja dua orang yang tidak saling mengenal memiliki bakat yang sama, dan bisa juga terjadi antara saudara kembar malah memiliki bakat yang sama sekali berbeda.

Beda bakat, beda pula keahlian. Jika bakat -dikatakan- secara otomatis sudah ada pada diri kita, maka keahlian baru bisa diperoleh dengan cara belajar, latihan-latihan dan pengalaman. Karena itu bakat tidak selalu berbanding lurus dengan keahlian. Bisa saja seseorang dengan bakat menulis memiliki keahlian memasak, atau seseorang yang berbakat di bidang musik malah sukses di bidang modeling, dsb.

Mengutip seperti apa yang pernah dikatakan Thomas A. Edison, bahwa persentase sebuah bakat dalam keberhasilan suatu hal nyatanya memiliki porsi hanya 1% saja. Sisanya yang 99% adalah kerja keras atau latihan yang intens. Jadi kalau boleh saya menganalogikan, seseorang yang memiliki bakat membutuhkan usaha 99 kali untuk sampai pada 100 (karena yang 1 sudah dimilikinya berupa bakat), sedangkan bagi yang tidak memiliki bakat, butuh 100 kali usaha untuk mencapai angka yang sama. Dari sini kita bisa tahu bahwa bakat tidaklah secara dominan menentukan sebuah kesuksesan. Dalam konteks yang lebih riil, seseorang dengan bakat yang bagus namun kurang dilatih pasti akan mudah diungguli oleh mereka yang memilih berlatih keras meski tanpa bakat. Di sinilah intinya.

Banyak kita dengar kisah tokoh-tokoh yang sukses mendunia yang kesemuanya itu tenyata karena usaha keras mereka. Kegigihan dan ketidak-mauan mereka terhadap kata menyerah dan putus asa.

Michael J. Howe, seorang psikolog dan penulis buku "Genius Explained" mengatakan bahwa genius is not a mysterious and mystical gift, but the product of a combination of environment, personality, and sheer hard work.

Note: Bagi yang ingin mendownload "Genius Explained" (file .pdf versi bahasa Inggris) bisa unduh di link ini.

***

Kita memang terlahir dengan bakat kita masing-masing. Namun pada perjalanan waktu, kitalah yang memutuskan: akan mengasah bakat yang sudah ada, atau memilih melatih apa yang bukan menjadi bakat kita. Dan pada akhirnya yang menentukan hasil dari itu semua adalah prosesnya (baca: usaha keras kita).

Jadi sekarang, apakah bakat itu (masih) perlu?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, September 23, 2013

Tuesday, September 17, 2013

ujungkelingking - Barangkali postingan ini masih ada hubungannya dengan artikel saya sebelumnya tentang Materi Dangdut Dalam Konflik Sosial, dimana sebuah lagu dapat dengan mudah ditiru oleh anak-anak.

Hari Minggu kemarin, karena tidak ada hal-hal yang bisa dikerjakan di rumah, sayapun mengajak istri dan anak-anak untuk mengunjungi salah seorang sepupu saya yang tinggal di Sidoarjo kota. Jarak tempuh yang cuma kurang dari sejam dengan mengendarai motor membuat kami santai berangkat selepas Ashar.

Lah, emak'e pake gaya dulu...

Sebenarnya, ini adalah kali pertama kami mengunjungi sepupu saya yang satu ini. Maklum, setelah mereka pindahan beberapa bulan yang lalu kami masih belum sempat berkunjung. Jadi selain untuk bersilaturahim, juga ingin tahu dimana kontrakan mereka yang baru. Tidak terlalu sulit mencarinya karena sebelumnya saya memang sudah diberi "ancer-ancer" yang cukup jelas.

Gak pake jaket dulu karena masih panas.

Sepupu saya ini punya satu putra (tapi sebentar lagi dua) yang seumuran dengan anak kedua saya. Faris, namanya. Dan, karena waktu sampai di sana si Farisnya masih tidur, jadilah Zaki dan Daffa bermain-main sendiri dengan mainannya Faris.

Nah, ketika Faris bangun dan sudah "jangkep nyowone", sepupu saya lalu memutar CD kesukaan Faris, Ria Enes dan Susan!

Wah, ini lagu tahun berapa, kata saya. Jadul pake banget! Sepupu saya menyahut, bahwa saat ini anak-anak memang membutuhkan lagu-lagu untuk anak. Sebab yang ada sekarang sebenarnya adalah lagu dewasa meski yang menyanyikan masih bocah. Kami mengamini.

Dan ternyata Zaki langsung suka. Si Kodok paling favorit. Bahkan sampai di rumah pun Zaki terus menyanyikan potongan syair lagu tersebut.

"Kodok dan semut sahabat lama
Semut bilang, dok kodok bagi telurmu..."

Karena itu berhatilah-hatilah kita ketika memperdengarkan lagu atau apapun kepada anak-anak, sebab mereka itu adalah peniru yang ulung.

Jadi kata siapa, "Ah masih anak-anak ini, gak bakal ngerti?"

Tulisan Zaki sendiri.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, September 17, 2013
ujungkelingking - Pagi ini saya mendapat email dari Google. Isinya pemberitahuan tentang salah satu fitur mereka yaitu Google Authorship atau Google Kepengarangan.

Anda telah menetapkan Kepengarangan Anda, yang berarti foto dan tautan ke profill Anda sekarang dapat muncul di samping konten Anda di hasil penelusuran.

Google Authorship (dok. pribadi)


Dasar saya yang gaptek, tidak banyak yang saya tahu dari fitur ini selain bahwa nantinya setiap postingan saya -yang terindex Google- akan muncul juga foto saya. Nantilah biar rekan-rekan Blogger yang lebih paham akan menjelaskannya.

Ada fotonya sekarang (dok. pribadi)


Jadi berasa penulis pro, hahaha...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, September 17, 2013

Saturday, September 14, 2013

ujungkelingking - "Salahkah diriku bila merindukanmu // Sedangkan kau di sana juga merindukanku // Walau ku tahu kau ada yang memiliki // Tapi cintaku tetaplah untukmu..."

Merasa kenal dengan lagu tersebut? Ya, itu potongan lirik dari lagu dangdut yang masuk trending music di kampung saya akhir-akhir ini.

Saya bukan orang yang anti dengan lagu dangdut. Banyak lagu-lagu dangdut tempo doeloe masih easy listening di telinga saya. Terkadang dengan mendengarkan lagu-lagu tersebut, saya seperti masuk ke mesin waktu dan mulai mengingat memori-memori lama. Duh!

Namun semakin ke sini, genre ini semakin mengikuti arus jaman. Mengikuti pola pasar. Yah, memang sudah hukumnya barangkali, kalau tidak mengikuti tren tidak akan bertahan. Dangdut yang sekarang sudah jauh berbeda dengan dangdut jaman saya es-em-pe dulu. Dari sisi aransemen lagu jelas sudah berbeda meski masih memakai lagu yang sama. Musik yang awalnya "halus" berganti tema menjadi nge-beat atau rada keras. Sudah gak cocok buat saya, haha...

Gaya panggung (baca: goyangan) apalagi. Jelas-jelas membangkitkan birahi. Dan yang ini saya yakin dilakukan hanya untuk membackup vokal yang amburadul. Maklum, vokal nomer sekian. Sing penting goyangane, cak! "Buka dikit, joss!"

Pun juga materi lagu yang -bagi saya- seperti tidak ada ide lain saja. Nah, yang saya sebut terakhir inilah yang paling membuat saya tidak habis pikir. Tentang ide, boleh-bolehlah semau kita, tapi kemasannya itu loh apa tidak bisa lebih "rapi" sedikit? Maksud saya mbok yao jangan terang-terangan. Bukan bermaksud merendahkan, tapi konsumen jenis musik ini kan kebanyakan kalangan menengah ke bawah. Yang artinya jangkauannya jauh lebih luas dibandingkan dengan musik dari jenis lainnya.

Coba saja perhatikan lirik ini,

"Ingin ku Sms an wedi karo bojomu // Pengen telpon-telponan wedi karo bojomu // Pengen ku ngomong sayang wedi karo bojomu... // Pengen ketemuan wedi karo bojomu // Pengen kangen-kangenan wedi karo bojomu..."

"Ingin (ku)sms kamu (tapi) takut dengan istrimu // Ingin menelpon takut dengan istrimu // Ingin ku bilang sayang takut dengan istrimu... // Ingin bertemu takut dengan istrimu // Ingin sayang-sayangan takut dengan istrimu..."

Ini apa-apan coba? Menyelingkuhi suami orang kesannya bangga. Bahkan miris saya ketika di warung nasi ada anak SD yang dengan semangatnya menyanyikan lagu tersebut. Mau jadi apa mereka ketika dewasa, ketika nyanyian tersebut sudah tertanam jauh di alam bawah sadar mereka?

Yang lebih parah, orangtua mereka malah membiarkan anak-anak mereka tumbuh dengan lagu-lagu semacam itu.

"Sakjane kangen iki ra keno di lereni // Nanging aku wedi karo bojomu."

"Sebenarnya rindu ini tidak bisa dihentikan // Tapi aku takut dengan istrimu"

#Au ah!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, September 14, 2013

Monday, September 9, 2013

ujungkelingking - Ramai diberitakan di seluruh media tentang kecelakaan maut yang menewaskan 6 orang di Km. 8 tol Jagorawi (8/9/13). Adalah Abdul Qodir Jaelani (Dul) -putra bungsu Ahmad Dhani dan Maia Estianty- pengemudi Lancer maut tersebut. Dul yang masih berusia 13 tahun tersebut bahkan ditengarai belum memiliki Surat Izin Mengemudi.

Tentu, tulisan ini tidak akan membahas tentang kronologis berita tersebut. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kasih sayang terhadap anak tidaklah selalu harus diwujudkan dengan memberikan sesuatu yang diinginkannya. Tentu bagi Dhani, mengurus ketiga orang putra yang beranjak remaja adalah kesulitan tersendiri. Apalagi kesibukan Dhani sebagai musisi yang sangat menyita banyak waktunya. Maka memberikan sebuah hadiah adalah "jalan singkat" untuk menunjukkan perhatian kepada mereka.

Bukanlah hal yang salah bagi seorang ayah memberikan hadiah kepada anaknya. Namun amat sangat disayangkan bila kemudian hadiah itu pada akhirnya menjadi bumerang bagi sang anak.

Kiranya apa yang menimpa keluarga Dhani ini adalah merupakan pembelajaran bagi kita. Kita harus tahu, bahwa di sekitar kita masih banyak Dul-Dul yang lain. Yang masih SD sudah mengemudikan motor sendiri, bahkan berboncengan dengan adiknya... Mungkin sang orangtua merasa bangga melihat anaknya yang kecil sudah bisa naik motor sendiri. Tapi hati-hatilah kita sebagai orangtua, apapun yang dilakukan sebelum waktunya pasti akan menimbulkan dampak negatif.

Waktu yang berkualitas tentulah lebih baik daripada sebuah hadiah. Kalaupun harus memberikan hadiah, berikanlah apa yang benar-benar mereka butuhkan dan memang sudah waktunya untuk itu.

Tidak memberikan apa yang mereka inginkan bukan berarti orangtua tidak sayang, akan tetapi semua itu demi kebaikan sang anak. Bahkan Tuhan-pun hanya memberikan apa yang kita butuhkan dan tidak memberikan apa yang kita inginkan, kecuali bila kita sudah siap untuk itu.

Semoga, baik keluarga Dhani maupun keluarga korban, sama-sama diberikan kesabaran dan pembelajaran melalui kejadian ini. Dan bagi kita, mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dari ini semua.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, September 09, 2013

Sunday, September 8, 2013

ujungkelingking - Pernahkah Anda ketika sedang bekerja dengan fungsi-fungsi pada excel menemukan hasil seperti ini: #####, #DIV/0!, #NAME?, #REF!, #VALUE!, atau #N/A? Sebagian orang beranggapan bahwa munculnya hasil seperti itu adalah akibat dari sebuah kesalahan penerapan rumus pada excel. Padahal penyebabnya bisa berbeda-beda, tergantung dari pesan error yang muncul.

Misalnya saja jika pesan yang muncul adalah #####, ini bisa terjadi karena kolom yang kurang lebar atau format tanggal berbeda.

Sedang jika #DIV/0! (divide by zero), maka hal ini terjadi karena ada bilangan yang dibagi dengan angka Nol.

Atau #NAME? yang ada kemungkinan kita salah mengetikkan nama fungsi, misalnya fungsi SUM kita tulis dengan SUN.

Pesan error #REF! akan muncul jika excel tidak menemukan referensi yang dimaksud.

Pesan #VALUE! biasanya muncul ketika referensi yang seharusnya angka (number), tapi yang kita masukkan ternyata sebuah text.

Sedang error #N/A (not available) akan muncul ketika excel tidak menemukan nilai dari referensi yang diberikan.

Dan masih ada beberapa lagi pesan error yang saya sendiri belum begitu mengerti...

Lalu bagaimana mengatasi pesan #error seperti itu?

Meski tidak selalu sebuah kesalahan, namun tentu tidak enak melihat laporan yang banyak pesan semacam itu. Untuk mengatasinya, Anda bisa menyiapkan sebuah hasil alternatif. Maksudnya jika akan muncul pesan error seperti itu, maka yang tampil adalah alternatifnya. Hasil alternatif ini bisa berbentuk rumus lain, atau bisa juga berupa angka 0 (nol).

Baru setelah itu Anda bisa menggunakan fungsi ISERR.

Secara sederhananya bisa ditulis begini:

 =IF(ISERR(Rumus1);(Rumus2);(Rumus1)), atau

=IF(ISERR(Rumus1);0;(Rumus1))

Cara membacanya: Jika Rumus1 tidak terbaca/error, maka beralih memakai Rumus2 (atau 0). Namun jika tidak ada masalah, maka tetap memakai Rumus1.

Salam #Error.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Sunday, September 08, 2013

Friday, September 6, 2013

ujungkelingking - Sebenarnya tulisan ini adalah hasil adaptasi dari sebuah ebook yang ditulis oleh pak Joko Susilo, ST (www.jokosusilo.com), dengan judul asli adalah 14 Kesalahan Fatal Bisnis Internet, dan Bagaimana Cara Mendobraknya!

Karena artikel tersebut terlalu panjang, akhirnya saya rangkum dan saya ringkaskan sedemikian rupa sehingga menjadi judul tulisan ini, 5 Kesalahan Dalam Berbisnis dan Cara Mengatasinya.

Akan timbul pertanyaan, kenapa saya memposting artikel tentang bisnis internet, padahal saya tidak sedang menekuni bisnis ini?

Jawabannya adalah karena meskipun ditujukan bagi para penggiat bisnis internet, nyatanya kesalahan-kesalahan yang ditulis dalam artikel ini bisa terjadi juga pada pebisnis di dunia nyata. Karena itulah, bagi Anda –tidak hanya pebisnis internet saja- penting untuk menghindari kesalahan-kesalahan berikut ini agar kesuksesan lebih mudah (cepat) menghampiri Anda.

Artikel ini ditulis (hanya) sebagai catatan pribadi, karena sampai sekarang penulis juga belum menjadi seorang pebisnis. :’( 

Lalu apa saja kesalahan-kesalahan tersebut?


Kesalahan #1: Terlalu banyak belajar, menunggu sampai tahu segalanya

Ketika kita mulai terjun sebagai new comers dalam sebuah bisnis, tentu kita mencoba mempelajari seluk-beluknya. Anggap saja kita belajar teori dari pengusaha A. Selama beberapa waktu kita mencoba mendalami teori-teori dari pengusaha A tersebut dan lahir ide-ide kreatif dari situ. Sampai kemudian kita bertemu dengan pengusaha B. Dan ternyata, teori-teori milik pengusaha B ini lebih menarik perhatian kita, meski bertentangan dengan teori pengusaha A. Namun karena kita sudah mempelajari teori pengusaha A, kita menjadi bimbang untuk memilih yang mana, teori pengusaha A atau teori milik pengusaha B?

Nah, untuk mengatasi keragu-raguan tersebut, kita pun mulai menggali lebih banyak informasi lagi. Lalu dalam proses itu kita bertemu dengan pengusaha C -dengan teorinya sendiri. Hasilnya bisa ditebak, kita semakin bingung, dan semakin “bersemangat” untuk mempelajari yang lainnya. Ide-ide yang kita hasilkan-pun semakin banyak. Dan pada poinnya, kita hanya sibuk belajar dan menelurkan ide-ide tanpa ada aksi sama sekali.

Mengatasi Kesalahan #1:
Rencanakan salah satu ide yang sesuai dengan Anda, lalu kerjakan. Tidak perlu menunggu sampai tahu segalanya, cukup garis besarnya saja.

Kesalahan #2: Terlalu banyak ide

Adakalanya kita memiliki banyak ide dalam satu waktu. Namun semuanya tidak bisa kita lakukan bersamaan. Adakalanya juga kita sudah menjalankan ide yang satu, lalu kita tinggalkan untuk menjalankan ide berikutnya. Inilah yang pada akhirnya menjadi bumerang bagi bisnis kita.

Sebuah analogi menarik dari penulis, anggap saja kita memiliki lima buah piring di atas meja. Lalu kita diminta untuk memutar kelima piring tersebut secara bersamaan. Apa bisa?

Mengatasi Kesalahan #2: Sama seperti ide-ide yang kita punya, kita hanya perlu memutar satu piring dengan sangat bagus. Pastikan ia tetap berputar. Lalu kita bisa mulai memutar piring kedua, ketiga, dst. Setelah itu kita tinggal menjaga agar piring-piring tersebut tidak saling bertabrakan. Dan jika sudah menguasai medan dengan baik, kita malah bisa menambah piring lain lagi.

Kesalahan #3: Tidak menganggapnya sebagai sebuah bisnis serius

Bagaimanapun kesalahan ini pasti pernah menghinggapi pebisnis pemula. Mereka menjalani bisnisnya dengan dasar iseng. Tentu saja, hal-hal yang dilakukan dengan tidak serius dan setengah-setengah maka hasilnya tidak akan mungkin maksimal. Dampak lainnya, hal yang tidak serius itu menjadikan kita lebih mudah menyerah ketika mendapat hantaman sekecil apapun.

Mengatasi Kesalahan #3: Seriuslah! Tidak berarti kita harus mengorbankan banyak waktu. Artinya, se-sedikit apapun waktu yang kita gunakan, haruslah efisien, sungguh-sungguh untuk menuju kesuksesan

Kesalahan #4: Rumput tetangga selalu lebih hijau

Melihat kesuksesan orang lain semestinya sebagai pelecut bagi kita, bahwa kita juga pasti bisa!

Namun yang seringkali terjadi, melihat kesuksesan oranglain menjadikan kita malah pesimis, rendah diri dan tidak percaya diri. Akhirnya kita berpikir, “Sudah sekian lama, kenapa mereka sudah sukses sedangkan saya belum?”

Mengatasi Kesalahan #4: Pelajari kunci sukses mereka, namun jangan berlama-lama. Lalu ikuti. Selama kita hanya bisa menonton, kita tidak akan bisa mendapat tepukan tangan.

Kesalahan #5: Takut bertanya, tersesatlah…

Ketika kita tidak memiliki pengetahuan apapun tentang bisnis yang akan kita geluti, apa yang harus kita lakukan?

Tentu kita bisa jawab, "Bisa browsing di internet". Tapi sampai berapa lama? Internet itu luas. Kita bisa kehabisan waktu! Memang benar kita akan menemukan banyak hal di sana, tapi bisa-bisa kita terjebak pada kesalahan pada no. 1 di atas.

Mengatasi Kesalahan #5:
Bergabunglah dengan forum atau komunitas yang khusus berkecimpung dalam bidang yang ingin Anda geluti. Atau miliki seorang mentor. Dengan cara ini, waktu yang kita habiskan untuk menggali ilmu bisa lebih singkat.

So, do it Now!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, September 06, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!