Showing posts with label CATATANKU. Show all posts
Showing posts with label CATATANKU. Show all posts

Tuesday, June 17, 2014

ujungkelingking - Saya Break Dulu Ya, Sob!


Beberapa dari teman-teman mungkin bertanya-tanya kenapa blog ini sudah tidak lagi update?

Sebenarnya bukan tidak lagi update, hanya saja saya sudah kehilangan waktu untuk mengurus blog ini. Kesibukan dunia nyata lebih mendesak untuk diselesaikan.

Barangkali sudah ada yang tahu apa kesibukan saya di dunia nyata. Yah, saya sekarang mencoba belajar menjadi seorang wirausahawan! Yang ingin tahu lebih lanjut, beberapa teman sudah iseng saya undang untuk LIKE Facebook saya ini. (H-hee, yang tidak berkenan, mohon maaf ya!)


Kok jadi wirausahawan? Udah resign dari kerjanya?


H-hee...

Ada banyak sebab kenapa seorang karyawan -seperti saya- pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari perusahaan tempatnya bekerja alias resign. Masalah salary, hubungan dengan teman kerja, sesuai atau tidaknya pekerjaan dengan passion dan skill, terbuka atau tidaknya peluang dalam jenjang karir, adalah beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pertimbangan seorang karyawan untuk keluar dari pekerjaannya. Masih banyak lagi faktor yang lain.

Namun, segalanya tidak bisa diputuskan dengan tergesa-gesa. Saya bahkan membutuhkan waktu sekitar 2 tahun-an untuk berpikir dan membulatkan tekad. Akhirnya akhir April kemarin saya resmi melayangkan surat pengunduran diri saya.

Apa dampaknya?


Yang paling besar kemungkinannya adalah saya akan kehilangan waktu di depan monitor. Mungkin tidak ada lagi update-an posting, balesan komen atau tidak adanya BW lagi selama beberapa ratus tahun waktu.

Karena itu, pada kesempatan ini saya mohon maaf bila ada postingan-postingan saya yang menyinggung pihak-pihak tertentu. Percayalah, postingan tersebut bukan saya maksudkan untuk menimbulkan perpecahan. Saya hanya melihat ada sisi positif yang bisa diambil dari tulisan tersebut sehingga pada akhirnya tetap saya publish.

Saya juga mohon maaf bila ada komentar-komentar dari rekan-rekan yang tidak sempat saya balas. Bukannya saya tidak ingin membalas, hanya kadang saya merasa "terlambat" untuk membalasnya, karena bagaimanapun saya hanya bisa online pada jam kerja saja, pakai komputer kantor pula. ^_^

Saya juga mohon maaf bila selama berkomentar di blog rekan-rekan, ada komentar saya yang menyakiti hati, baik admin ataupun komentator lain.

Terakhir, permohonan maaf saya bila ada blog rekan-rekan yang belum saya follow back. Jika memang ada, sudilah untuk mengingatkan saya kembali.

In sya Allah jika ada waktu lagi, akan saya sempatkan berkunjung ke blog rekan-rekan sambil sekalian bersih-bersih blog saya.

Juga saya mohon doanya agar selalu diberi keberkahan dalam pekerjaan yang baru nantinya.

Terima kasih atas pertemanan kita selama ini, dan in sya Allah,
I'll be back!

Image: danjlovesthe90s.wordpress

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, June 17, 2014

Wednesday, April 16, 2014

ujungkelingking - DUA!


Alhamdulillah, hari ini tanggal 16 April 2014 tepat dua tahun usia Daffa.

Di antara sekian perkembangannya, ada satu yang masih ngganjel buat saya. Yaitu Daffa masih belum bisa mengucapkan degan sempurna kata-kata sederhana (mis. "a-yah", "bo-la", dsb). Sebagai orangtua tentu ada sekelebat kekhawatiran di hati.


Akan tetapi setelah membaca Home Schooling karya Maulia D. Kembara M.Pd., saya menjadi lega. Pasalnya di buku tersebut disebutkan poin-poin apa saja yang seharusnya sudah bisa dilakukan oleh anak pada usia tertentu. Untuk usia 1-2 tahun ada 17 poin parameternya, misalnya mengobrak-abrik laci, keranjang baju, dsb. Dan di antara ke-17 poin itu hanya 1 poin saja yang Daffa belum menguasai dengan sempurna, yaitu menyebutkan nama benda sederhana ("a-yah" cuma diambil "yah"-nya saja, "bo-la" cuma dapat "la"-nya saja).

Minus satu poin ini oleh penulis buku tersebut sudah dimasukkan ke dalam kategori perkembangan memuaskan atau normal.

Satu lagi perkembangan Daffa yang menggembirakan adalah, dia sudah resmi tidak netek ibunya lagi. Proses menyapihnya-pun terbilang cepat. Hanya butuh waktu sekitar seminggu-an saja. Sama seperti kakaknya dulu. Padahal ibunya juga tidak menerapkan langkah yang aneh-aneh. ^_^

Daffa
Hei, ada apa ya di atas sana?
Sebaiknya aku naik agar bisa lihat lebih dekat!


***

Daffa'ul Haq Azka Muhammad
(Pembela kebenaran yang suci dan terpuji)

Ya Allah, pemilik segala keselamatan...

Selamatkan anak-anak kami dengan agama ini.
Jadikanlah anak-anak kami pembela agama-Mu.
Kuatkanlah kaki-kaki mereka.
Dan jangan biarkan mereka tergelincir kepada kehancuran.

Ya Allah, pemilik segala kesehatan...

Berikanlah kepada anak-anak kami kesehatan, yang membuat mereka dapat optimal menjalankan perintah-perintahMu.
Jika harus sakit, maka jadikan rasa sakit itu sebagai pengingat dan penebus dosa-dosa mereka.

Ya Allah, pemilik segala ilmu...

Karuniakanlah kepada anak-anak kami ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang menjadikan mereka semakin berendah diri, bukan angkuh dan keras kepala.
Jadikanlah ilmu itu sebagai pengangkat derajat mereka agar mereka lebih mudah men-syi'arkan agama ini.

Ya Allah, pemilik segala kekayaan...

Anugerahkanlah kekayaan yang berkah kepada anak-anak kami.
Kekayaan yang tidak menjadikan mereka sombong dan lupa diri.
Kekayaan yang menjadikan mereka lebih empati kepada sesamanya.

Ya Allah, pemilik segala yang di langit dan di bumi...

Jadikanlah kami, anak-anak kami, dan orang-orang yang ada di jalan-Mu agar menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur.
Jauhkanlah amal-amal kami dari sifat riya' dan sum'ah, dari sifat ujub dan sombong.

Dan, karuniakanlah kepada kami anak-anak yang shalih-shalihah.

Rabbii hablii mina 's-Shaalihiin... Rabbii hablii mina 's-Shaalihiin... 

*Aamiin...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 16, 2014

Monday, February 17, 2014

ujungkelingking - Ketika Niat Baik Tidak Berujung Baik


Hari Minggu kemarin merupakan hari yang menjadi catatan bersejarah bagi kami. Sebuah musibah yang tak pernah ada di benak sebelumnya, menyentuh kami. Ketika saya menuliskan ini hati saya sungguh sedang mulai cooling down. Banyak istighfar mengiringi tulisan ini.

***

Pagi itu saya memutuskan libur dari berjualan. Ada beberapa rencana yang sudah kami agendakan, termasuk mengunjungi kedua orangtua saya.

Setelah sarapan dan persiapan anak-anak sudah beres, saya menyempatkan untuk mengerjakan shalat Dhuha. H-hee, sebenarnya saya jarang banget mengerjakan sunnah yang satu ini. Biasanya kalau libur ngantor, prei juga Dhuha-nya. Mumpung ada kesempatan, kali aja dengan ini saya bisa dapat rejeki, h-hii... *ngarep.com

Akhirnya kami pun berangkat. Tidak lupa saya minta juga ke Zaki, ibunya sekaligus Daffa agar berdoa bersama-sama untuk keselamatan di dalam perjalanan nanti. Dengan iringan bismillah, kamipun berangkat.

Sekitar pukul 10.00, beberapa agenda sudah terselesaikan. Agenda yang lain terpaksa kami pending karena hari sudah cukup siang. Kami langsung saja menuju ke rumah orangtua saya di daerah Ngaban, Tanggulangin.

Dan musibahpun dimulai dari sini...

Di tengah-tengah perjalanan tersebut, sebuah motor yang ditumpangi 2 orang ibu-ibu mendadak oleng dan kemudian terjatuh. Motor itu tepat di depan kami. Subhanallah, saya tidak bisa membayangkan bila kami yang berada di titik tersebut karena jarak kami memang tidak terlalu jauh. Dua detik saja saya lebih cepat, mungkin kamilah yang sedang terjatuh itu. Namun meski tepat di depan kami, kami tidak sempat melihat kronologisnya karena kejadiannya yang cukup tiba-tiba. Tertabrak atau terserempet oleh siapa, kami tidak tahu.

Saya kemudian bermaksud menolong kedua ibu itu dengan menghentikan motor saya di depan titik jatuhnya motor itu. Namun, karena sudah ada dua orang yang menolong (seorang jukir dan seorang tukang becak), dan saya perkirakan lukanya tidak terlalu parah, saya mengurungkan niat dan bermaksud kembali melanjutkan perjalanan.

Namun di sinilah letak kesalahan saya.

Ketika ibu-ibu tersebut sadar dari kecelakaannya, motor yang pertama kali dilihatnya adalah motor saya. Dan lalu dengan serta-merta saya dianggap sebagai orang yang menyebabkannya jatuh. Ibu-ibu itu menunjuk-nunjuk saya dengan penuh amarah. Saya yang tidak merasa berbuat apa-apa tentu tidak paham dengan maksud ibu itu.

Subhanallah, mungkin sudah garis Allah. Tidak jauh dari lokasi kejadian ada seorang petugas polisi yang sedang melakukan razia. Asumsi saya, orang yang menyerempet ibu tersebut kemungkinan grogi melihat petugas sehingga terjadilah hal ini. Namun si pelaku sudah keburu kabur.

Petugas itu mendekati saya, "Ada apa, Pak?"

Saya yang bingung hanya bilang, "Ibu itu jatuh tepat di depan saya, tapi saya tidak tahu siapa yang menyerempet."

"Baiklah, diomongkan baik-baik saja sama ibu itu." Sahut si petugas.

Maka kamipun dipertemukan dengan ibu itu. Ibu-ibu itu dengan penuh amarah mengatakan kamilah yang menyerempet mereka. Sedangkan saya otomatis membantah hal itu, bahkan ketika ibu itu jatuh posisi saya masih beberapa meter di belakangnya. Saya sudah coba menjelaskan kronologi yang saya ingat, saya juga sudah meminta petugas polisi untuk mengecek apakah sepeda saya baret atau tidak (kalau saya yang menyerempet, setidaknya ada goresan atau patahan baru pada motor saya). Namun si ibu tidak mau tahu tetap menyalahkan saya dan menuntut biaya perbaikan motor dan pengobatan anaknya (ibu yang satunya) yang terluka di bagian kaki.

Petugas polisi yang ternyata tidak melihat kejadian sebenarnya tidak bisa membantu banyak. Jika masalah tidak bisa diselesaikan di tempat (saat itu juga) maka akan dilimpahkan ke polsek. Saya berpikir untuk meminta bantuan juru parkir dan tukang becak yang menolong pertama kali, namun secara ajaib keduanya sudah pergi tak tahu kemana. Dan subhanallah, tak ada seorangpun di lokasi kejadian yang bisa dimintai keterangan sebagai penguat alibi saya. Saya benar-benar sendirian. Kalau kata orang jawa, apes.

Dalam hati saya terus melafadhkan laa haula wa laa quwwata illa billah berkali-kali. Saya tahu Allah Maha Melihat. Dia yang mengatur skenario kejadian ini, tidak mungkin kebenaran tidak terungkap. Saya memang tidak punya saksi penguat tapi cukuplah Ia sebagai penolong. Hasbunallah wa ni'mal wakiil.

Akhirnya saya mencoba mengambil "jalan tengah" bagi diri saya. Saya rela menanggung biaya pengobatan dan perbaikan motor itu, tapi dengan syarat, ibu itu mengakui bahwa bukan saya yang menyerempet motornya. Saya pikir ini yang terbaik. Ibu itu mendapat ganti rugi dari saya, saya pun tidak menjadi seorang tertuduh.

Namun dengan tawaran saya ini, amarah ibu-ibu itu kembali meledak. Mereka tetep keukeuh bahwa sayalah yang menyerempet motornya, meski kemudian ibu-ibu itu juga tidak bisa menjelaskan kepada petugas roda bagian mana yang terserempet motor saya. ^_^

Karena kemudian petugas di lapangan angkat tangan untuk urusan ini, kami kemudian dibawa ke polsek terdekat. Sebenarnya bukan kantor Polseknya sih, tapi cuma pos pantau yang berada di pertigaan jalan raya.

Sesampainya di sana, petugas jaga segera memerintahkan salah satu ibu yang terluka untuk dibawa ke rumah sakit umum daerah, karena minta di rontgen. Saya dan ibu yang satunya lagi menunggu di pos pantau tersebut.

Alamat pengeluaran bisa lebih banyak nih. Saya memperbanyak bacaan tahlil, istighfar dan ayat-ayat dari surah Al-Waqi'ah yang saya ingat.

Di pos itupun petugas masih kesulitan mencari titik temu. Mereka bersikeras bahwa sayalah yang menyerempet motornya, saya pun tetap pada sanggahan saya. Karena memang saya tidak menyerempet ataupun menabrak sehingga ibu-ibu tersebut jatuh dari motornya. Saya juga sempat mengulangi tawaran saya tadi. Saya siap menanggung pengobatan dan perbaikan, asalkan jangan tuduh saya sebagai orang yang menyerempet itu. Alhamdulillah... amarahnya kembali membuncah.

Satu-dua anggota keluarga korban datang ke pos tersebut, menemani si ibu. Suaminya, yang katanya adalah seorang polisi yang dinas di Satreskrim Sidoarjo, langsung meluncur ke rumah sakit.

Petugas yang kehabisan kata-kata akhirnya memutus bahwa jika masalah ini masih tidak ada kesepakatan, maka akan dilimpahkan ke polres. Sebenarnya, tak masalah bagi saya urusan ini semakin naik. Kebenaran ada di pihak saya. Hanya kemudian petugas itu bilang jika sudah di polres, tidak akan bisa langsung selesai karena harus antri dengan kasus-kasus yang lain. Selain itu -ini yang bikin saya nyesek- motor dari kedua belah pihak akan dibawa ke polres sebagai barang bukti. Ini yang akhirnya membuat saya mengurungkan niat untuk memproses lebih lanjut. Bagaimana tidak motor itu sarana transportasi yang paling penting buat keluarga kami.

Akhirnya... (kebanyakan akhirnya, ya) kesepakatanpun dibuat. Saya menanggung biaya pengobatan di rumah sakit, dengan kebenaran tetap tersimpan rapat-rapat di dalam dada blog. Biarlah, Allah maunya begini, kok. Pihak mereka tahu atau pura-pura tidak tahu tidak ada bedanya lagi bagi kami sekarang.

Masalah perbaikan motor, awalnya si ibu bilang bahwa biayanya tidak perlu ditanggung, hanya ongkos untuk pijat saja sebagai gantinya. Namun keesokan harinya (hari ini) mereka berubah pikiran dan minta saya untuk sekaligus menanggung perbaikan motornya. Sudahlah, saya iyakan saja agar masalah ini cepat selesai dan tidak menjadi beban pikiran saya lagi.

Sudah hampir jam 3 sore ketika kami berpisah dengan pihak keluarga korban saat itu.

***

Yang paling terekam dalam memori saya dari kejadian ini adalah bahwa ini untuk pertama kalinya saya melihat istri saya mbrebes mili, nangis. Nangis, karena hari itu kami merasa menjadi orang yang terhinakan dan terdhalimi, dimaki-maki di depan sekian banyak pengunjung rumah sakit. Nangis, karena kami harus merelakan uang belanja terakhir yang kami punya. Makan pakai lauk apa besok, kami tak tahu. Semoga saja dengan apa yang tersisa di dapur bisa untuk bertahan hingga gajian bulan depan.

Masya Allah, meski luka yang diderita si ibu tidak seberapa, biaya rumah sakit tetaplah biaya rumah sakit. Uang terakhir itupun ternyata tidak cukup. Masih kurang beberapa ratus ribu lagi, termasuk untuk "biaya administrasi" buat petugas jaga: seratus ribu. Kalau tidak diberi, STNK dan SIM saya masih akan tertahan di sana. Padahal sudah saya bilang kalau uang saya sudah habis, eh, malah disuruh pulang dulu ambil uang. Dan karena inilah untuk pertama kalinya juga -dari yang saya ingat- saya harus ngutang ke emak (ibu) saya. Saya juga harus pinjam ke kantor (lagi).

***

Selepas Maghrib, seperti biasa saya dan istri mengaji Al-Qur'an bersama-sama. Dan subhanallah, kami melewati ayat dari surah Al-Baqaraah: 155-156, yang berbunyi,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [155]

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun." [156]

Kejadian ini telah memberi pelajaran bagi kami. Pelajaran yang tidak bisa didapatkan jika seandainya saya dimenangkan Allah dalam kasus ini. Sebuah pelajaran yang hanya bisa didapatkan oleh mereka-mereka yang jatuh dan kalah. Yaitu pelajaran tentang memaafkan dan mengikhlaskan.

Tulisan ini, setiap kata dan hurufnya, setiap pageviews-nya, +1 dan setiap komentar dan balasan komentar dari teman-teman, mudah-mudahan semakin membuat luntur sakit hati dan rasa kecewa kami. Mudah-mudahan dengan kejadian ini kami bisa lebih mudah untuk memaafkan dan mengikhlaskan.

Doakan saya agar kebaikan yang kami inginkan menjadi cepat diijabah oleh Allah dari sebab kesabaran ini. Doa saya juga buat semua teman-teman semua senantiasa dijauhkan dari hal-hal buruk berbentuk apapun.

Aamiin, allhumma aamiin...

Tambahan: Sepulang dari kantor tadi, menyempatkan diri shalat Maghrib di langgar. Imamnya kebetulan baca surah At-Tiin, yang akhir ayatnya berbunyi "Alaisallahu biahkamil haakimiin". Tambah terharu saya.

Bukankah Allah Hakim yang paling adil?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 17, 2014

Friday, February 7, 2014

ujungkelingking - Satu-Satu, Dan Dia pun Tertidurlah...


Saya yakin banyak di antara teman-teman yang familiar dengan lirik ini:

Satu, satu daun berguguran
Jatuh ke bumi dimakan usia
Tak terdengar tangis, tak terdengar tawa
Redalah, reda

Yah, ini adalah lirik dari salah satu lagunya Iwan Fals yang diberi judul "Satu, Satu".

Beberapa waktu yang lalu di salah satu televisi swasta ada acara bertajuk Konser Suara untuk Negri. Para pemirsa dipersilahkan untuk memposting videonya dalam menyanyikan salah satu lagu milik bang Iwan. Hadiahnya, bagi yang terpilih nanti akan duet mendampingi bang Iwan dalam acara tersebut.

Nah, karena seringnya iklan acara ini muncul, Zaki akhirnya sedikit banyak hafal liriknya. Karena selain liriknya yang memilliki pesan kuat dan iramanya yang easy listening, iseng-iseng saya dunlut-kan lagu ini untuk Zaki. Simak saja salah satu penggalan liriknya,

Waktu terus bergulir
Kita akan pergi dan ditinggal pergi
Redalah tangis, redalah tawa
Tunas-tunas muda bersemi

Perjalanan hidup tak bisa diulang. Yang datang, pada saatnya nanti akan pergi. Hanya tinggal tunggu waktu saja.

Sumber gambar: NET Mediatama Indonesia

Wah, betapa senangnya Zaki waktu pertama kali tahu ada lagu itu di hape saya. Sepanjang sore lagu itu diputar. Bahkan sampai beberapa hari terakhir ini, dia minta lagu itu diputar untuk menemaninya berangkat tidur. Tapi tetap saja baru akan saya perdengarkan seusai dia baca doa akan tidur.

Dasar bocah, gampang ingat kalau sesuatu itu diulang-ulang.

Satu, satu,
Dan Zaki pun tertidurlah...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, February 07, 2014

Wednesday, February 5, 2014

Zaki Mana?? | Samsung GT3322

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 05, 2014

Monday, February 3, 2014


ujungkelingking - Blogger Ini Butuh Bantuan!


Hari ini adalah hari yang benar-benar menguras otak saya. Bukan karena masalah pekerjaan, tapi karena masalah pada blog ini. Lebih tepatnya pada template yang baru saja saya ganti.

Karena hari Jum'at, Sabtu dan Minggu saya tidak ngantor, otomatis ritual 'ngumbah-keyboard' pun stop. Padahal saya juga harus melakukan sedikit editing pada template baru saya. Acara blogwalking dan balas komentar-pun sementara tidak bisa dilakukan. Bahkan artikel saya yang berjudul Sekilas Tentang SelfPublishing adalah postingan auto-publish.

Akhirnya, hari Senin saya baru bisa utak-atik template... Setelah berjibaku dengan deretan kode-kode yang saya sama sekali tidak paham, akhirnya -alhamdulillah- hasilnya, B-U-Y-A-R semuanya!

*mengheningkan cipta

Error demi error bermunculan tanpa diundang. Bete banget jadinya. Itulah kenapa saya masih belum bisa blogwalking ke tempat sodara-sodara...

Awal error yang muncul adalah saya tidak bisa mengupload template hasil backup-an saya. Muncul pesan seperti ini:
Pesan error. Saya tahu maksudnya, tapi gak tahu solusinya

Maka berburulah saya di jagad dunia para master demi mencari tutorial tentang hal ini. Intinya saya harus mengupload template tersebut secara manual.

  1. Buka 'Edit HTML' 
  2. Hapus semua kode dengan Ctrl+A lalu Delete
  3. Pada calon template yang akan dipasang, buka dengan Notepad, copy semua kode dengan Ctrl+A dan Ctrl+C
  4. Paste pada kolom template yang sudah dikosongkan pada langkah 2
  5. Dengan menggunakan Ctrl+F, cari kode <b:widget id> 
  6. Ubah semua nama widget yang muncul, misalnya 'Header1' dengan 'Header11', 'Blog1' dengan 'Blog11', 'Pagelist8' dengan 'Pagelist88', dst.
  7. Save template

Dengan ini permasalahan pada template saya (sejenak) selesai.

Ya, cuma sejenak. Karena kemudian masalah lainnya muncul. Pada tempilan muka, menu 'Home' dan 'About' yang seharusnya ada di bawah Header, tidak bisa dimunculkan kembali. Sebagai gantinya, menu tersebut pindah di sisi sebelah kanan.

Hal ini terjadi karena saya telah menghapus salah satu page, yaitu 'Contact'.

Menu di Header pindah ke sisi kanan. Diset pake 'Top Tabs' gak ngefek

Setelah hampir setengah hari berkutat dengan mbah gugel dengan tanpa hasil. Saya-pun menyerah. Urusan begini bagi yang paham HTML, CSS, Java Script, tentu seperti menjentikkan jari saja. Tapi bagi saya, wah, bisa pecah ini kepala.

Belum kelar masalah yang ini, giliran para widget sekarang yang ikutan protes.

Pertama, sebagian widget tidak bisa diedit (muncul pesan error 400). Namun setelah nama widget disesuaikan dengan link url-nya, si widget sudah akur bisa diklik 'edit'.

Masalah yang lain menyusul kemudian. Widget menjadi tidak bisa digeser/dipindah. Kalau pakai istilah orang Jawa ini yang namanya 'saklek'. Wes gini ya gini, gak bisa diubah. Lah terus piye, jal?

Tidak ada simbol untuk bisa digeser
Sudah pula dicoba dengan mengubah nilai 'true' menjadi 'false', tapi tetap gitu-gitu aja.

*Embuh lah, sak karepmu.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 03, 2014

Thursday, January 30, 2014

ujungkelingking - Arti "Demokrasi" Bagi Zaki


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari kata demokrasi adalah,

de·mo·kra·si /démokrasi/ n Pol 1 (bentuk atau sistem) pemerintahan yg seluruh rakyatnya turut serta memerintah dng perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; 2 gagasan atau pandangan hidup yg mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yg sama bagi semua warga negara;

Namun alih-alih membahas definisi tersebut, tulisan ini hanya mencoba menjawab apa arti dari kata "demokrasi" menurut anak saya yang belum genap berusia 4 tahun.

***

Sore itu, seperti biasa Daffa sedang sibuk bermain dengan mainannya. Dan seperti biasanya muncul pula tingkah usil Zaki dengan merebut mainan adiknya. Adiknya pun tak mau kalah dengan tetap mempertahankan mainannya.

Sang kakak akhirnya berhenti berbuat usil. Memang lebih baik mainan itu dipakai bersama. Dengan wajah polosnya sang kakak bilang ke adiknya, "Mainannya berdua saja, ya? Kita berbagi. Kita kan demokrasi."

Jadi, arti kata demokrasi bagi Zaki adalah, bermain bersama-sama.

Lagi mikir mau bikin kosakata apalagi ya?

Lagi menunggu Ayah pulang
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, January 30, 2014

Monday, January 20, 2014

ujungkelingking - Darimana Datangnya Saran?


Sebuah saran yang baik bisa datang dari siapa saja dan di mana saja. Seringkali tak direncanakan, sehingga dia menjadi sebuah cerita yang menarik.

Cerita berikut ini adalah cerita bagaimana akhirnya saya dapat memperoleh saran yang sangat bagus dalam berdagang dari seseorang yang sama sekali tidak saya kenal.

***

Selepas shalat Dhuhur di sebuah masjid, tiba-tiba saja saya kepingin makan mie ayam. Ah, kalau di depan masjid ini ada, beli di situ saja, pikir saya. Sayangnya, selain penjual baju dan sepatu, tidak tampak ada penjual mie ayam di situ. Akhirnya saya pun memutuskan untuk langsung pulang saja.

Setelah memacu motor beberapa lama, tiba-tiba mendadak mesin motor saya mati. Waduh, ada apa pula ini? Saya langsung bergerak ke pinggir dan berhenti untuk memeriksanya. Belakangan saya baru ingat, ketika parkir untuk shalat di masjid tadi saya menutup kran bensin biar tidak menetes (maklum motor tua). Dan saya lupa untuk membukanya kembali ketika menghidupkan motor.

Yang menarik, saya kemudian menyadari bahwa tempat saya menghentikan motor tadi tepat di sebelah penjual mie ayam. H-hee... Jadilah akhirnya saya memesan satu porsi mie ayam untuk dimakan di tempat.

Namun sebenarnya bukan itu hal menariknya


Ketika saya sudah menyelesaikan makan, sebuah mobil berhenti di tempat penjual mie ayam itu. Lalu turun seorang bapak yang masih sangat gagah (usianya saya taksir masih kurang dari 50 tahun) dan seorang perempuan yang masih cukup muda. Belakangan saya baru tahu kalau perempuan ini adalah istri ketiganya, wow!. Rupanya mereka ingin makan mie ayam di tempat itu juga. 

Sambil basa-basi terjadilah percakapan antara saya dan bapak tersebut. Bapak tersebut sudah memiliki 2 orang putra. Yang pertama sudah lulus sarjana informasi, sedang yang kedua sekarang bekerja di sebuah bank. Ketika saya tanya kerja di mana, bapak tersebut hanya mengatakan "di pelabuhan". Saat saya tebak apakah bekerja di EMKL, bapak tersebut menggeleng. Sambil tersenyum bapak tersebut hanya menjawab, ada-lah, mas. Namun, dari percakapan kami selanjutnya saya yakin orang yang sedang saya ajak bicara ini punya posisi penting di pelabuhan, karena bapak ini tahu semua "pergerakan" kapal-kapal ekspedisi yang ke luar pulau.

"Baru pulang kerja, mas?" Tanya bapak tersebut kepada saya. Saya mengiyakan.

"Lho, hari minggu begini masih kerja?" Tanyanya lagi.

Saya pun akhirnya harus menjelaskan bahwa saya sedang mencoba berdagang sepatu. Sepatu anak-anak dan ber-merk, tambah saya.

Namun alih-alih mendapat apresiasi, saya justru "ditembak" dengan pertanyaan yang cukup menohok,

"Jual (sepatu) itu menjanjikan tah?"

Saya melongo.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, January 20, 2014

Wednesday, January 8, 2014

ujungkelingking - Digusur Satpol PP


Ini adalah cerita beberapa minggu yang lalu ketika saya mencoba untuk memulai usaha berjualan sepatu kecil-kecilan. Awalnya, saya mencoba bisnis ini hanyalah untuk belajar bagaimana sebenarnya proses berdagang itu. Tidak ada profit oriented sebenarnya, meski keuntungan yang didapat pada akhirnya bisa membuat saya nyengirrr...

Bisa saja kita mematangkan dahulu teori berbisnis, baru kemudian setelah mantap dan siap bisa langsung terjun praktek. Tapi buat saya itu terlalu lama. Lebih baik praktek langsung dengan mempelajari teori-teorinya sambil lalu.

***

Hari Minggu pagi-pagi sekali saya sudah bangun, padahal malamnya saya tidur cukup larut untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Maklum hari pertama, segalanya pasti ribet, h-hee...

Setelah shalat dan makan sekedar untuk mengisi perut saya pun berangkat menuju tempat yang sudah saya observasi beberapa waktu sebelumnya. Sebuah tempat di pinggir jalan masuk perumahan elite. Kalau hari Minggu memang banyak pedagang-pedagang yang mencoba peruntungannya di sini. Kalau pagi hari kebanyakan penjual nasi yang menggunakan mobil sebagai warungnya. Selain itu ada juga penjual-penjual lain seperti tas, sandal, helm, pakaian, asesoris wanita, asesoris motor, balon, sampai sewa kereta kelinci.

Saya pun mulai mengendarai pelan-pelan motor saya sambil mencari tempat yang kosong. Begitu dapat saya segera memarkirkan motor saya di situ. Beberapa pedagang sudah terlihat ada di tempatnya, namun agak mengherankan karena mereka tidak bersegera membuka lapaknya. Aneh, pikir saya.

Tak lama kemudian seorang penjual balon memarkirkan motornya di samping motor saya. Setelah tengak-tengok gak jelas, dia bertanya kepada saya, "sudah lewat petugasnya?"

"Petugas apa, Pak?" Saya tidak paham.
"Satpol PP," sahutnya. "Biasanya kan mengobrak ke sini."
"Oh, ya?" Saya memang pernah dengar bahwa di sekitar situ memang dilarang berjualan. Tapi itu sudah tahun yang lalu.
"Tapi mas-nya gelar dulu aja, kalau ada orangnya baru pindah." Saran si penjual balon.

Okelah. Saya pun mulai mengeluarkan barang dagangan saya. Eh, ketika sedang menata barang-barang saya seorang petugas berseragam menghentikan motornya dan mendekati saya. Sambil pasang muka sangar dia bilang, "mas, di sini tidak boleh berjualan, ya! Selamanya."

Dengar petugas tersebut bilang "selamanya" kok saya jadi teringat film Spongebob kesukaan Zaki.

S E L A M A N Y A
S  E  L  A  M  A  N  Y  A
S   E   L   A   M   A   N   Y   A
SELAMA LAMA LAMA LAMANYA
SELAMA LAMA LAMA LAMA LAMA LAMANYA

Heh, dengan terpaksa saya pun memunguti barang saya kembali. Lalu pindah ke tempat yang agak jauh dari situ.

Begitu melihat pedagang yang lain mulai menata kembali barang dagangannya, saya ikut-ikutan menggelar lapak lagi. Eh, tak berapa lama sebuah mobil patroli (milik Satpol PP juga) melintas dan dengan speakernya meminta kepada para pedagang untuk pindah ke tempat lain.

Wah, parah. Masih sepagi ini sudah diobrak petugas sampai 2 kali. Mana ini debut pertama lagi. Musti pindah kemana lagi, ya?

Sosok yang mirip?


Kejadian menarik lainnya di hari pertama ini. Ketika saya sudah menemukan tempat yang bagus, dan sudah siap "bertransaksi", datanglah seorang ibu-ibu ke lapak saya. Dengan muka sumringah dia berkata kepada saya, "lho, mas sekarang pindah di sini ya?"

Melongo saya. Lah ini kan baru pertama kali buat saya?

Belum selesai keterkejutan saya, datang lagi seorang ibu-ibu dan langsung bilang, "makanya kemarin tak cari-cari gak ada, pindah di sini rupanya."

H-hee, saya cuma nyengir sambil bingung.

Belum selesai sampai di situ, di hari Minggu berikutnya saya berjualan, seorang ibu-ibu juga datang ke tempat saya. Dia terus bilang, "jauh amat mas dari sana pindahnya ke sini."

#Gleg!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, January 08, 2014

Thursday, January 2, 2014

ujungkelingking - Baca: Ber-enam Satu Tujuan


Saya ingat tahun-tahun pertama saya di pesantren. Seorang kakak kelas mengajak kami untuk naik gunung. Tujuannya kali itu adalah Gunung Penanggungan, yang kemudian menjadi destinasi favorit saya.

Ketika ditawari mau ikut atau tidak, saat itu saya menjawab bahwa saya tidak pernah sama sekali mendaki gunung. Kakak kelas saya malah mengatakan, "Lah makanya kamu ikut, biar pernah."

Sejujurnya saya tidak tahu apa-apa tentang pendakian, bagaimana persiapannya, dsb. Apalagi rencana ini sangat mendadak. Hal ini nantinya justru jadi kebiasaan saya juga (apa-apa gak pake rencana, spontanitas). Antara takut dan penasaran, akhirnya saya-pun jadi ikut rombongan ini.

Rombongan yang ikut berjumlah enam orang termasuk kakak kelas saya sebagai pemandu. Nah, kalau ada istilah plesetan nekad traveling, maka yang kami lakukan ini bisa dikatakan nekad climbing. Bagaimana tidak, dari enam orang ini tidak ada yang memakai perlengkapan pendakian. Kami mendaki gunung cuma pakai sandal jepit, tanpa jaket, satu tas samping yang isinya radio sama sebuah selimut (kalau rekan-rekan ingat, selimut khas rumah sakit yang warnanya strip hitam-putih), plus nasi bungkus yang fresh from the dandang.

Tambahan: tanpa tenda! Jika beruntung, kami bisa bermalam di sebuah goa kecil di atas yang hanya cukup untuk tidur 6 orang dewasa. Jika tidak, barangkali kami akan semalaman bergadang.

Singkatnya, selama berlelah-lelah selama kurang lebih 3 jam-an, kami pun sampai di puncak menjelang Maghrib. Sebuah perjalanan yang sangat panjang bagi saya, yang akan terbayar ketika sudah tiba di puncak.

Bagi yang sudah pernah mendaki gunung tentu tak perlu saya jelaskan bagaimana keadaan malam di atas dengan langit cerah penuh bintang dan kerlap-kerlip lampu perkampungan di bawah.

Tak perlu juga saya ceritakan bagaimana sejuknya semilirnya angin pagi hari sambil menikmati hangatnya matahari terbit.

Sebuah kombinasi sempurna yang bikin setiap orang ingin mengulang petualangan ini.

***

Pertanyaannya, kenapa kemudian cerita ini saya jadikan tulisan pembuka di 2014?


Jawabannya ada pada pelajarannya.

Dalam hidup, setiap kita pasti memiliki kekhawatiran-kekhawatiran seperti yang saya alami. Kekhawatiran terhadap sesuatu yang baru, yang asing, dan yang kita belum pernah sama sekali bersentuhan dengannya. Kekhawatiran itu kemudian bisa berubah menjadi 'ketakutan' yang membuat langkah kita terhenti. Namun bisa juga menjadi dorongan 'penasaran' yang membuat kita mendobrak batasan-batasan diri.

Jelasnya, jika konteksnya adalah hal-hal yang sifatnya positif, maka seharusnya bukan ketakutan yang muncul. Sebaliknya, jika hal tersebut adalah sesuatu yang negatif, maka sebaiknya kita tidak menjadi penasaran terhadapnya. Karena bagaimanapun, jika terlalu sering kita bermain-main di pinggir jurang akan ada masanya kita terjatuh.

Maka ketika kita dilanda sebuah kekhawatiran, tentukanlah, hal tersebut termasuk hal yang positif atau tidak. Setelah itu kita bisa mulai menentukan akan melakukan apa.

Tulisan ini bukan mencoba untuk menggurui siapapun. Saya hanya mencoba menuliskan "perintah-perintah" ke dalam program yang tersemat di otak saya. Dengan ini, mudah-mudahan saya bisa menerapkannya.

Semoga.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, January 02, 2014

Monday, December 16, 2013

ujungkelingking - Sabtu kemarin, selepas kerja saya mampir ke toko buku Togamas. Ini adalah karena permintaan istri saya yang ingin memberikan kado buku dalam sebuah acara pernikahan.

Rencana awalnya sih, saya hanya mencari buku yang cocok, lalu langsung pulang. Akan tetapi hujan kemudian turun dengan lebatnya. Daripada nganggur gak jelas, mending baca komik-komik yang kebetulan tidak bersegel.

Saya kemudian jadi teringat kejadian tahun lalu, di toko yang sama, saya diajak oleh bos saya untuk mencari buku. Saat itu saya masih pakai seragam yang modelnya kayak tukang parkir, atau pekerja bengkel (yang seragamnya mirip, mohon maaf ya...). Nah, gara-gara seragam itulah saya sampai beberapa kali dikira sebagai karyawan toko tersebut. Tidak kurang dari 5 orang yang bertanya kepada saya buku ini di mana, buku itu di mana. Saya jawab saja dengan senyum. Mereka yang menyadari kesalahannya, langsung ngacir sambil minta maaf.

H-hee, agak lucu juga mengingat hal itu.

Tapi sejak beberapa bulan yang lalu aturan tentang seragam tersebut tidak diberlakukan lagi terhadap saya dan teman-teman se-ruangan saya. Hal ini karena kami selalu bertemu dengan pihak luar (supplier/customer), jadi dianggap kurang pantas bila memakai seragam seperti itu. Sekarang kami memakai seragam berupa kemeja lengan panjang dan celana kain untuk bekerja. Jadi kejadian seperti tahun yang lalu itu tidak mungkin terjadi lagi.

***

Di saat saya lagi menyelesaikan bacaan komik saya, tiba-tiba seorang bocah laki-laki berusia 6 atau 7 tahun menepuk pundak saya sambil bertanya, "Pak, ada komik Blitz?"

#Rrruagh!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, December 16, 2013

Tuesday, December 10, 2013

ujungkelingking - Setelah kemarin membaca postingan mas Wong Crewchild tentang Semeru dan postingan mbak Khusna tentang ikan Gabus, saya jadi teringat kenangan saya ketika dulu mendaki ke puncak Hargo Dumilah, Lawu.

Namun kalau sudah ngomongin soal gunung, tidak afdol rasanya kalau saya tidak menceritakan tentang ustadz saya yang satu ini. Ust. Wildan, namanya. Beliau termasuk orang yang -bisa dibilang- unik alias eksentrik. Salah satu contoh ke-eksentrik-an beliau adalah tentang hobi. Kalau para ustadz yang lain hobinya seputar main bola, bulutangkis atau bersepeda, beliau memiliki hobi yang cukup berbeda, yaitu mendaki gunung dan berburu.

Keakurasian tembakan beliau tidak perlu ditanyakan lagi. Pernah, beliau membidik sebuah cangkir kecil yang diletakkan di atas genteng pada bangunan berlantai dua. Sekali tembak, jatuhlah cangkir itu, entah kemana. Ya, mungkin bagi pemburu profesional hal-hal semacam ini sudah menjadi makanan sehari-hari. Namun bagi kami yang pegang senapan aja baru kali itu, tentu sangat mengagumkan.

Pada suatu kesempatan yang lain, beliau pernah memanggil saya selaku ketua di kelas, menyuruh saya agar mengajak anak-anak makan bersama. Rupanya beliau baru saja mendapatkan beberapa ikan gabus. Beberapa ikan gabus itupun kemudian diserahkan kepada saya untuk dimasak bersama-sama. Dan setelah saya coba mengamati ikan-ikan itu, saya baru menyadari kalau bidikan yang mengenai ikan-ikan itu berada di posisi yang persis sama. H-hee, niat banget.

Hal lain tentang Ust. Wildan ini adalah beliau tidak pernah mau difoto, baik itu dalam acara formal ataupun tidak. Saya jadi ingat tokoh utama dalam film God of Gambler, h-hiii. Bahkan saya menduga foto beliau yang ada di buku biodata para asatidz adalah satu-satunya foto beliau di dunia ini. Atau jangan-jangan di buku itu foto beliau juga tidak ada?

Pernah, salah seorang teman saya berhasil memotret beliau pada sebuah kesempatan. Mengetahui itu, beliau segera mengejar teman saya tersebut sampai dapat. Lalu mengeluarkan negatif-nya dari kamera. Hanguslah foto itu. :'( 

Nah, kembali ke ide awal artikel ini. Setelah membaca artikel mas Wong Crewchild tersebut, saya kemudian mencoba mencari-cari buku diary saya yang sudah terkubur sejak zaman pra-sejarah. Di dalam buku itu saya sempat menuliskan beberapa detil tentang perjalanan kami ke puncak Lawu. Namun detil-detil yang lain sudah kabur dimakan waktu.

Alkisah pun bermula...

***

Sabtu, 29 Juni 2002. Kami berangkat dari pesantren. Kami semua satu kelas (ada sekitar 30-an personil, 4 orang teman kami memutuskan tidak ikut karena beberapa hal).

Pendakian ini memang dalam rangka perpisahan kelas. Kami naik dari kelas 5 (setara kelas XI) ke kelas 6. Ust. Wildan memang selalu menjadi provokator dalam setiap pendakian kami. Beliau selalu mengiming-imingi kami tentang sebuah kepuasan di dalam pendakian, keindahan alamnya, dsb. Saya ingat beliau pernah mengatakan di kelas pada tahun pertama kami di pesantren, "Kalau kalian tidak berani mendaki, betina kalian". H-hee, sangar ya? Tapi dari situlah kami mulai termotivasi untuk melakukan hal-hal semacam ini. Bahkan pernah juga, saya ke Penanggungan sendirian, tanpa seorang teman.

Ada lagi kalimat beliau yang masih saya ingat, "Lebih baik meminta tapi tidak diberi daripada memberi tapi tidak diterima". Tapi yang ini sih ndak ada hubungannya sama cerita saya.

Nah, karena Ust. Wildan yang mem-provokasi kami, jadilah beliau dilibatkan dalam pendakian kali ini. Namun nanti, ada hal yang dilakukan oleh beliau yang bikin kami semua #tepokjidat.

Pukul 11.50 kami naik kereta api dari Bangil menuju Madiun. Perjalanan memakan waktu sekitar empat jam. Sesampainya di sana, karena hari sudah hampir malam, kami menuju desa Plaosan. Rupanya di desa ini sebuah panti asuhan yang kenal dengan Ust. Wildan. Di sanalah kami bermalam (dan numpang makan).

Pagi-pagi sekali Ust. Wildan menyuruh dua orang teman saya untuk menemani beliau. Dipikir kemana, ternyata ke pinggir jalan raya. Begitu ada angkutan umum yang lewat, beliau stop. Beliau langsung naik sambil bilang, "Sudah ya, saya balik dulu". Dong! Bengonglah teman saya. Piye iki jal, diajak ke Lawu, begitu sampai malah balik pulang. Ndak tanggung jawab ini mah.

Namun bukan kami namanya kalau surut mundur. Berbekal kekompakan, kami tetap berangkat menuju gerbang masuk pendakian. Namun ternyata jalan yang kami lewati cukup jauh juga. Beberapa teman yang berpikir cepat langsung nggandol pick up yang kebetulan lewat. Sementara sebagian yang lain -termasuk saya- akhirnya terpaksa urunan buat nebeng mobil. Perjalanan ke atas sekitar 15 atau 20 menit hingga kami tiba di pintu gerbang pendakian. Saya ingat di sana ada sebuah jembatan yang merupakan perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jadi bila kita menyeberang ke sana kita sudah berada di Jawa Tengah.

Setelah seluruh personil berkumpul, kami pun memulai pendakian. Rute yang kami pilih adalah melalui jalur Cemorosewu. Bila tidak familiar dengan nama ini, rekan-rekan mungkin lebih kenal nama Telaga Sarangan. Katanya sih, lewat jalur Cemorosewu ini lebih susah, namun bisa sampai ke puncak lebih cepat.

Dari jalur ini kami harus melewati 5 pos. Sungguh sebuah perjalanan panjang yang amat-sangat menguras tenaga. Kami sampai harus berhemat air minum. Sehingga untuk minum seseorang hanya dijatah satu tutup botol air mineral. Menyedihkan, hiks...

Namun semua kelelahan itu terbayar sudah ketika kami sampai di puncaknya yang tertinggi. Di bawah kami adalah kumpulan awan yang menyerupai gumpalan kapas. Sejauh mata memandang, kami bisa melihat puncak-puncak dari gunung-gunung lain. Kami sempat berpose pada sebuah tugu di sana.

Kami pun turun dan memulai perjalanan pulang.

Kami sampai di pesantren pada tanggal 2 Juli 2002. Berarti semuanya memakan waktu 4 hari. Dan jangan membayangkan bagaimana keadaan kami yang tidak mandi dan tidak ganti celana dalam selama itu.

#Ngethel, bos.

Akhirnya, nemu juga satu poto.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, December 10, 2013

Monday, November 11, 2013

ujungkelingking - Saya mau cerita. Tapi terus terang saja, cerita ini tidak baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak Anda. Jadi bila di dekat Anda sekarang ada anak-anak, segera minta mereka menyingkir jauh-jauh, karena dikhawatirkan mereka akan meniru adegan ini. H-hii...

Ilust. demonsking19.wordpress.com

Tingkah anak-anak balita itu kadang lucu dan menggemaskan. Namun terkadang pula menjengkelkan dan bikin kesal. Dilarang, tapi malah dilakukan. Atau menurut untuk sementara waktu, lalu dilakukan lagi kemudian. Nah, menyikapi hal-hal yang seperti itu tentu dituntut kesabaran ekstra dari para orangtua. Cerita berikut ini hanya sebagai catatan buat Zaki, agar kelak dia akan tahu betapa bulus-nya akal dia.

Kegemaran Zaki bermain game di komputer menjadikan dia sering lupa waktu. Karena itu ibunya memutuskan ada "jam komputer" di rumah. Selain jam-jam yang ditentukan tersebut, Zaki tidak boleh menyalakan komputer.

Namun dasar anak-anak, Zaki malah memilih untuk "meminta bantuan" Daffa, adiknya. Caranya, dia akan berpura-pura masuk kamar. Ketika ibunya lengah, dia akan langsung menyalakan stavolt. Lalu keluar.

Kemudian dicarinya adiknya, lalu dibisiki untuk menyalakan CPU-nya. Adiknya yang gak ngerti apa-apa itu hanya manut-manut saja disuruh kakaknya.

Setelah Daffa selesai melaksanakan tugasnya, kakaknya akan masuk ke kamar lagi untuk menyalakan monitor. Setelah itu keluar.

Suara komputer yang sedang starting memang cukup berisik. Namun sebelum ibunya  keluar tanduk  bertanya, Zaki terlebih dahulu pura-pura heran, "Eh, itu suara apa, ya?" Sambil mengajak adiknya masuk ke kamar.

Grrrr!!!
 
Tapi seneng kalau lihat yang ini :)

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, November 11, 2013

Friday, October 18, 2013

ujungkelingking - Setiap orang memiliki kebanggaannya sendiri-sendiri. Kebanggaan terhadap sesuatu yang sedang dimiliki atau sesuatu yang tengah dinikmati. Namun bagi orangtua yang tengah memiliki seorang balita, barangkali inilah kebanggaan mereka.

Yang akan saya ceritakan ini adalah hal yang jamak terjadi di kehidupan kita. Tentang perkembangan terhadap balita kita. Namun bagi saya tetap menarik untuk ditulis, itung-itung sebagai cara untuk mengabadikan momen yang tidak bisa ditangkap oleh kamera apapun.

Petang itu, saya baru pulang dari kantor. Belum juga melepas pakaian dan mandi, si Zaki tiba-tiba nyletuk, "Yah, 3 ditambah 1 sama dengan 4". Entah mencontoh darimana.

"Oh, ya?" Kata saya. Iseng, coba saya tes. "Kalau 3 dikurangi 1 sama dengan berapa?"

"Sama dengan... empat." Jawabnya. Saya tahu dia ragu.

Saya coba lagi. Kali ini dengan jari saya sebagai peraga. "Ada 3 (jari) terus diambil satu, jadi berapa?"

Si Zaki masih bingung. Belum bisa menangkap rupanya. Akhirnya saya coba dengan cara lain.

"Begini, kalau kakak punya wafer T*ngo tiga, terus dikasihkan ke adik satu, sekarang wafer T*ngo-nya kakak tinggal berapa?"

"2!" Sahutnya cepat.

H-he...

Imajinasi anak-anak itu sungguh luas. Namun dunia mereka sebenarnya sederhana saja. Maksud saya, dunia mereka tidak lebih dari mainan. Dan jajanan, tentu saja.

Jadi bila setiap pengajaran bisa kita sederhanakan seperti sederhananya dunia mereka, tentu mereka akan bisa (baca: mudah) menerima.

Selamat pagi.

Selamat beraktifitas.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, October 18, 2013

Thursday, October 3, 2013

ujungkelingking - Kesibukan yang cukup menyita waktu, pada akhirnya berimbas pada konsentrasi saya dalam melahirkan sebuah postingan. Istilah saya adalah idea-less alias kosong ide, hehe...

Saya pun kemudian saya berinisiatif untuk melihat-lihat koleksi tulisan-tulisan lawas di label CATATAN yang barangkali belum terjamah oleh rekan-rekan blogger. 

Anda mungkin akan dibuat geleng-geleng kepala dengan tingkah Zaki yang mengerjai ibunya. Ya, tingkah kanak-kanak yang sama sekali tidak bisa disebut sebagai kenakalan, namun cukup membuat spot-jantung. 

Atau sekedar cerita biasa ketika sedang menunggu USG putra kedua kami.

Dan Anda dijamin akan tersenyum-senyum, atau malah mengelus dada -mengasihani saya- yang mendapat perlakuan bully di dalam bus.

Atau Anda bisa membaca catatan unik yang saya tulis di dalam bus, tentang tipe-tipe manusia.

Whatever, tulisan kali ini sekedar mencoba memancing gairah menulis saya. Selamat menikmati.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, October 03, 2013

Wednesday, September 25, 2013

ujungkelingking - Baru saja saya selesai melaksanakan sholat Ashar di masjid sebelah, saya melihat sebuah hape berbungkus pouch warna kulit tergeletak di bawah salah satu tiang masjid.

Saat itu kondisi masjid memang relatif kosong, maklum sholat Ashar sudah selesai dari tadi. Sambil mengira-ngira siapa pemiliknya, saya coba mengamati keadaan sekitar. Agak jauh di depan saya ada tiga orang yang sedang sholat berjamaah. Di pojok sebelah sana, ada dua orang yang sedang berdiskusi (belakangan saya baru tahu kalau mereka mahasiswa di situ). Di bawah tiang yang lain ada seseorang yang sedang tidur dengan lelapnya. Sementara beberapa mahasiswa lain sedang bercengkrama di luar masjid.

Agak ragu-ragu saya mendekati hape tersebut. Tapi saya yakin pemilik hape ini tidak ada di antara orang-orang yang ada di sini.

Sebenarnya, saya ingin memberikan hape tersebut langsung kepada ta'mir masjid. Namun keberadaan beliaunya saya juga tidak tahu. Akhirnya dengan memantapkan hati, saya mendekati dua orang mahasiswa yang sedang asyik berdiskusi dari tadi. Saya katakan kepadanya bahwa saya menemukan sebuah hape dan minta tolong untuk menyerahkan hape tersebut kepada ta'mir masjid, sampai nanti ada pemilik yang sebenarnya. Setelah itu saya pun bergegas kembali ke kantor.

Ketika sedang menuju kantor, saya berpapasan dengan seorang teman dari induk perusahaan dimana saya bekerja. Pak Subur, namanya. Meski begitu posturnya sama sekali tidak subur (gemuk), kok. Pak Subur ini pernah menemani saya sewaktu ada seminar perpajakan di Jakarta. Karena nampaknya beliau sedang tergesa-gesa, saya pun tidak banyak bertanya.

Mungkin ending cerita ini sudah bisa tertebak, ya.

Ketika sedang menunggu lift yang akan mengantar saya ke lantai 5, Pak Subur sudah menyusul saya. Belum sempat saya bertanya kenapa tadi tergesa-gesa, orangnya sudah lebih dahulu bercerita, "Alhamdulillah, Mas hape saya masih ketemu. Mungkin jatuh pas di masjid tadi."

Ooo... ternyata,

Hehe, saya tersenyum saja dalam hati.

Saya dan P. Subur, di depan KPP Besar Dua (2010) | dok. pribadi
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, September 25, 2013

Tuesday, September 17, 2013

ujungkelingking - Barangkali postingan ini masih ada hubungannya dengan artikel saya sebelumnya tentang Materi Dangdut Dalam Konflik Sosial, dimana sebuah lagu dapat dengan mudah ditiru oleh anak-anak.

Hari Minggu kemarin, karena tidak ada hal-hal yang bisa dikerjakan di rumah, sayapun mengajak istri dan anak-anak untuk mengunjungi salah seorang sepupu saya yang tinggal di Sidoarjo kota. Jarak tempuh yang cuma kurang dari sejam dengan mengendarai motor membuat kami santai berangkat selepas Ashar.

Lah, emak'e pake gaya dulu...

Sebenarnya, ini adalah kali pertama kami mengunjungi sepupu saya yang satu ini. Maklum, setelah mereka pindahan beberapa bulan yang lalu kami masih belum sempat berkunjung. Jadi selain untuk bersilaturahim, juga ingin tahu dimana kontrakan mereka yang baru. Tidak terlalu sulit mencarinya karena sebelumnya saya memang sudah diberi "ancer-ancer" yang cukup jelas.

Gak pake jaket dulu karena masih panas.

Sepupu saya ini punya satu putra (tapi sebentar lagi dua) yang seumuran dengan anak kedua saya. Faris, namanya. Dan, karena waktu sampai di sana si Farisnya masih tidur, jadilah Zaki dan Daffa bermain-main sendiri dengan mainannya Faris.

Nah, ketika Faris bangun dan sudah "jangkep nyowone", sepupu saya lalu memutar CD kesukaan Faris, Ria Enes dan Susan!

Wah, ini lagu tahun berapa, kata saya. Jadul pake banget! Sepupu saya menyahut, bahwa saat ini anak-anak memang membutuhkan lagu-lagu untuk anak. Sebab yang ada sekarang sebenarnya adalah lagu dewasa meski yang menyanyikan masih bocah. Kami mengamini.

Dan ternyata Zaki langsung suka. Si Kodok paling favorit. Bahkan sampai di rumah pun Zaki terus menyanyikan potongan syair lagu tersebut.

"Kodok dan semut sahabat lama
Semut bilang, dok kodok bagi telurmu..."

Karena itu berhatilah-hatilah kita ketika memperdengarkan lagu atau apapun kepada anak-anak, sebab mereka itu adalah peniru yang ulung.

Jadi kata siapa, "Ah masih anak-anak ini, gak bakal ngerti?"

Tulisan Zaki sendiri.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, September 17, 2013

Tuesday, August 20, 2013

ujungkelingking - Kemarin, karena sekalian menyelesaikan pekerjaan kantor, akhirnya saya pun pulang terlambat. Hampir bisa dipastikan, jika saya pulang lebih dari jam setengah lima sore, saya akan mendapati adzan Maghrib sebelum saya sampai di rumah.

Dan memang benar, di tengah perjalanan terdengar adzan Maghrib berkumandang. Biasanya, kalau mendengar adzan seperti ini saya lebih memilih memacu motor lebih kencang agar saya lebih cepat sampai di rumah. Baru kemudian setelah mandi atau istirahat sejenak saya melaksanakan sholat Maghrib, terkadang bersama istri, terkadang pula sendirian.

Masjid pertama saya lewati begitu saja. Pun juga dengan masjid-masjid berikutnya, hingga tak terdengar lagi suara adzan. Namun pada masjid yang kesekian (males ngitung) saya berhenti dan tergerak untuk mengikuti sholat Maghrib di sana. Saya memang jarang sekali berhenti untuk sekedar sholat berjama'ah ketika di perjalanan seperti ini. Bahkan di masjid yang saya datangi kali ini, tercatat hanya sekali saja saya mampir. Itupun karena saya harus membatalkan puasa, pada Ramadhan kemarin.

Ketika saya tiba, tentu saja sholat sudah dimulai. Setelah memarkir motor dan mengambil wudhu, sayapun memasuki jama'ah ketika imam sudah duduk tasyahud awal. Telat 2 rakaat. Sayapun sholat. Dan -tentu- saya masih harus menambah kekurangan rakaat ketika sang imam sudah menyelesaikan sholatnya.

Setelah saya menyelesaikan sholat, sang imam sudah naik ke mimbar. Rupanya ada pengajian singkat. Agak segan juga saya untuk meninggalkan tempat. Pikir-pikir, tak apalah mengikuti pengajian ini, toh saya jarang sekali mendengarkan ceramah. Paling-paling seminggu sekali pas sholat Jum'at.

Yang menarik adalah materi yang disampaikan sang imam sama dengan apa yang pernah saya tulis pada artikel terdahulu, yaitu tentang menstabilkan ibadah kita agar jangan sampai turun selepas Ramadhan. Hanya saja, dalam pengajian kali ini ada tambahan yang disampaikan sang imam, yang akan saya coba sampaikan pada artikel selanjutnya.

Dan yang menarik berikutnya adalah bahwa ternyata pengajian seperti ini akan rutin diadakan setiap hari Senin ba'da Maghrib.

Hm, kesempatan saya untuk menimba ilmu.

Bismillah...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, August 20, 2013

Monday, June 24, 2013

ujungkelingking - Bekerja sebagai kasir di sebuah perusahaan besar tenyata gampang-gampang susah. Gampang, karena pekerjaannya "hanya" menerima invoice, lalu menge-cek keabsahannya (sudah ada sistem yang online), mengajukan ke pimpinan untuk dibayar, lalu melakukan pembayaran pada tanggal yang ditetapkan pimpinan, dan kemudian mencatatnya di excel pribadi. Selesai.

Namun, di sisi lain ada hal-hal complicated yang harus dimiliki bila kita bekerja di dalam bidang ini, yaitu kerapian dokumen, pelayanan yang cepat, keramahan dan, kecermatan. Yang disebut terakhir inilah yang saya seringkali "lolos".

Seperti yang terjadi pada pagi hari ini. Saya kehilangan dokumen yang seharusnya sudah dibayar awal Juni kemarin. Saya baru menyadarinya ketika supplier yang bersangkutan menanyakan tentang tagihan outstanding mereka. Pikir punya pikir, saya pun sampai pada kesimpulan kalau invoice tersebut terselip ke dalam tagihan-tagihan yang lain. Inilah yang sejak tadi membuat pening kepala. Bisa membuat susah tidur, nih! Sebab, kalau judulnya adalah "terselip", maka dibutuhkan sekeranjang keajaiban untuk dapat menemukannya kembali. Maklum, dalam satu bulan ada sekitar 400-500 invoice yang masuk. Ibarat mencari jarum dalam jerami.

Kalau sudah terselip seperti ini, saya selalu bingung harus mulai melakukan tracking dari mana. Bila diibaratkan bermain teka-teki, maka clue yang ada adalah nol.
  • Saya tidak tahu apakah tagihan tersebut terselip pada supplier yang sama atau tidak?
  • Saya tidak tahu apakah tagihan tersebut terselip pada tagihan yang sudah terbayar atau yang belum? (Bila sudah terbayar, berarti dokumen berada di pabrik. Kantor kami berbeda dengan pabrik).
  • Saya juga tidak tahu apakah tagihan tersebut terselip pada bulan yang sama atau bulan sebelumnya? (Mengingat konfirmasi yang masuk sudah lebih dari setengah bulan).
  • Saya juga tidak tahu tagihan tersebut rencananya akan dibayar pada bank yang mana? (Kami punya 5 akun untuk pembayaran dalam bentuk valas).
Sebenarnya, untuk mengatasi masalah seperti ini ada solusi yang lebih mudah. Yaitu, saya tinggal meminta pada supplier yang bersangkutan untuk menerbitkan invoice-nya kembali (atau paling tidak copy-nya) dan kami akan membayarnya berdasarkan itu. Namun sebelum itu saya harus menghadap pimpinan untuk menjelaskan hal tersebut. Inilah yang saya tidak sukai. Menunjukkan betapa teledornya saya. Huft! :'(

Sejak awal saya sudah bertekad untuk tidak akan memakai cara ini sebelum cara pertama -pencarian secara manual- dilakukan. Dan dengan terpaksa akhirnya saya harus merepotkan rekan kerja yang berada di pabrik untuk mencarikannya, secara manual tentunya, sementara saya juga melakukan pencarian di sini.

Dan...

Alhamdulillah wa syukurillah, baru saja, tagihan tersebut ketemu. :) :) Bagi saya, ini benar-benar keajaiban setelah beberapa jam yang lalu saya mencarinya dengan rasa pesimis yang besar, hehe...

Saking senangnya, saya langsung mempostingnya ke dalam tulisan saya. Hm, akhirnya bisa tidur nyenyak nanti malam.

Pesan moralnya: telitilah sebelum membeli. #Lho?

#edisibingungposting
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 24, 2013

Tuesday, June 11, 2013

ujungkelingking - Pada tanggal 11 Juni -seperti hari ini- banyak kejadian-kejadian penting yang telah turut andil mengubah dunia kita.

Apa saja?

cahnuryahya.blogspot.com
11 Juni 1855

Gustav Kirchoff dan Robert Bunsen, dua ilmuwan dari Jerman ini berhasil memisahkan spektrum warna yang menyusun cahaya matahari dengan menggunakan prisma. Seperti kita ketahui, pemisahan warna-warna matahari ini sering terjadi secara alami ketika munculnya pelangi setelah terjadi hujan.

Sebelumnya, sekitar tahun 1700, Newton sudah menemukan konsep tentang spektrum cahaya, yaitu bahwa cahaya putih ternyata merupakan gabungan dari spektrum yang terdiri dari warna-warni pelangi.

kristinadwief.wordpress.com
11 Juni 1913

Seorang fisikawan Perancis yang bernama Charles Fabry berhasil menemukan adanya lapisan ozon di atmosfer. Seperti yang kita ketahui lapisan ozon adalah merupakan tameng yang menghalangi masuknya sebagian sinar ultraviolet yang membahayakan makhluk hidup di bumi.

Pencemaran lingkungan dewasa ini telah menyebabkan menipisnya lapisan ozon. Bila lapisan ozon itu sampai berlobang, sinar ultraviolet secara bebas akan mencapai bumi dan menimbulkan dampak negatif, misalnya kanker kulit, kerusakan retina mata, serta membentuk asap beracun dan merusak tanaman.

apirnet.ilo.org
11 Juni 1950

Indonesia (Republik Indonesia Serikat, pada waktu itu) resmi menjadi anggota International Labour Organization (ILO) ke-16.








belajarguitarzone.blogspot.com

11 Juni 1990

Sherina Munaf lahir. Kiprahnya di dunia tarik suara dan akting sudah tidak diragukan lagi. Sejak kecil Sherina sudah mewarnai dunia musik dan perfilman di tanah air.







sumber: dok. pribadi
11 Juni 1988

Lahirnya seorang perempuan bernama Suci Hartanti Fadilah. Kalau masih menebak-nebak, ini istri saya. :) Meski kelahirannya tidak mengubah dunia secara luas, namun keberadaannya telah mengubah dunia kami: saya dan anak-anak. Ngikutin apa katanya Zaki, hepi milad ya, Bun!


nb: Tetep jangan protes. Ini blog saya, hahayyy...






Sumber:

http://indonesian.irib.ir/dunia/-/asset_publisher/d8fG/content/id/5107303/pop_up?_101_INSTANCE_d8fG_viewMode=print
http://id.wikipedia.org/wiki/11_Juni
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, June 11, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!