ujungkelingking - Hati-Hati, Membanggakan Anak Bisa Jadi Suatu Bentuk Kesombongan
Pelajaran berharga ini saya dapatkan dari blognya Insinyur Pikun (kerikilberlumut.com). Sebuah peringatan yang keras buat saya -sebagai orangtua- yang (terlalu) membanggakan anak-anaknya.
Anak adalah karunia yang tak ternilai harganya. Ia adalah sebuah pelipur lara dan pereda duka. Bahwa ketika sang ibu harus berjuang di antara hidup dan mati untuk melahirkannya, bahwa sang ibu harus menghadapi penderitaan yang "bertingkat-tingkat", maka ketika sang anak terlahir ke dunia ini dengan selamat, lenyaplah segala kelelahan dan kesakitan itu. Musnah, ditelan tangisannya yang memecah dunia.
Seiring bertambah usianya, semakin tampaklah kepintarannya. Semakin terlihatlah kecerdasannya dalam menangkap hal-hal apa saja yang ada di sekelilingnya. Bahagianya sang orangtua ketika sang bayi mulai bisa mengucapkan "a" dengan lucunya, menjadi lebih bahagia lagi ketika ia sudah sanggup melafalkan "ayah" dan "mama".
Seiring pengajaran dari bundanya, sang anak kemudian mulai dapat membaca. Dari sekedar membedakan huruf a dan e, sampai kemudian membaca satu kata demi satu kata. Kepandaian ini terus meningkat hingga sang anak dapat membaca satu kalimat utuh dan menceritakan satu paragraf cerita dengan indah.
Bangganya kita, orangtua. Sampai-sampai pada setiap orang yang ditemui kita bercerita. Betapa cerdas pikirannya, betapa bagus akhlaknya.
Tapi kita lupa...
Tak semua orangtua seberuntung kita. Bahkan, tidak semua orang berkesempatan menjadi orangtua.
Betapa menggebunya kita menceritakan kelakuan lucu anak kita di hadapan mereka yang masih (dan masih) berharap dikarunia seorang anak...
Anak, "hanyalah" harta titipan
Seorang anak adalah karunia dari Dia Yang Maha Memiliki. Anak, hakikatnya sama halnya seperti rumah, kendaraan, perhiasan, kebun, usaha, dan harta kita yang lainnya. Maka ketika kita dilarang untuk bersikap pamer dan sombong atas harta yang kita miliki, pun begitu terhadap karunia-Nya yang berupa anak-keturunan.
Harus kita pahami bahwa kepandaian yang dimiliki anak bukanlah murni "produk" kita. Kita hanya perantara saja. Ilmu itu diberikan langsung oleh Allah kepada anak kita. Sama seperti harta kita lainnya yang besar bukan melulu karena kerja keras kita. Ada kehendak Dia di sana. Jadi menyombongkan sesuatu yang bukan milik kita adalah sesuatu bodoh sekaligus konyol.
Bahwa bersyukur atas kecerdasan yang dikaruniakan Allah kepada anak kita, itu harus. Namun membangga-banggakannya kepada orang lain, ini yang harus dikoreksi.
Maka saya sependapat dengan apa yang dikatakan mas Insinyur Pikun bahwa kebanggaan terhadap anak bisa jadi adalah bentuk dari sikap jumawa (kesombongan) yang terselubung.
Hati-hati.
Ngomongin anak, yang tampil foto'e buapak'e... (Hasil jepretan Zaki) |
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, April 05, 2014
Wah maspri sudah cukup berpengalaman nih dalah hal mendidik anak..
ReplyDeleteIntinya memang tidak boleh memaksakan anak untuk menjadi yang kita harapkan ya mas. Semuanya ada proses dan masanya.
Wah saya jadi sok tau nih mas hehehe
Justru sebaliknya, saya banyak belajar dr org lain. Cara berpikir saya masih banyak yg perlu diubah.
Deletebetul saya juga setuju, sebaiknya kita mensyukuri tanpa harus membanggakan yang dilebih-lebihkan.
ReplyDeleteKarena bisa membentuk pribadi yang buruk terhadap diri sendiri
trima kasih.
DeleteSalam hormat.
behubung saya belum punya anak karena masih bujang
ReplyDeleteya nyimak aja ya
hehe
dicatet ya, mas...
Deletebener mas setiap orang tua pasti ingin anak-anaknya bisa membanggakannya, tapi rasa ujub bisa menjerumuskan, semoga kita terhindar dari hal yang demikian, aamiin
ReplyDeleteaamiin.
Deletemenyimak saja, karena saya masih seorang anak yang masih menumpang di rumah orang tua :D
ReplyDeletetp postingannya mslah rumah gitu loh? ^_^
Deletedi dalam facebook atau blog juga ramai yang membanggakan anak masing-masing.. segala-galanya mengenai anak itu diceritakan kepada umum sehingga timbulnya riak (ujub).. tentu ada insan lain yang bersedih kerana tidak memiliki anak..
ReplyDeleteitu yg kita khawatir tdk kita sadari... menyakiti org lain.
Deletemantap,, lanjutkan sharingnya ya
ReplyDeletekyk ada sdkit yg mengganjal tapi apa yah....hehehehe
ReplyDeleteapa nih? dijelaskan dong, biar gak penasaran....
Deletesatu pembelajaran sebelum punya anak nih Mas Pri :)
ReplyDeleteh-hee, boleh dicatat kok...
Deletesaya jadi teringat sebuah artikel di kompas, "di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak ada kesombongan dan ketidak mampuan anak dalam menghadapi kesulitan"
ReplyDeleteHm, menarik utk dikembangkan lagi.
DeleteManggut2... disimpen buat nanti kalau udah punya anak :)
ReplyDeletemudah2an masih diinget nanti... ^_^
Deletesebenarnya tergantung niat juga sich,,,,kalau niatnya mau pamer ya pasti intinya jadi kesombongan,,,namun kalau niatnya nggak ada unsur pamer,,,semata hanya karena mau berbagi kebahagiaan kepada orang lain,,,ya tentunya nggak jadi masalah.....keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
ReplyDeleteBetul, pak. Krn itulah saya memakai kata "Hati-hati"... jd ini sbg peringatan semata.
DeleteSm spt kl kita melihat org berjalan di lantai yg licin, kita akan bilang "Hati-hati, bisa jatuh." Bukan brt org tsb pasti jatuh, tp ada harapan kita agar org tsb semakin waspada.
Trim atas tambahannya.
kadang sulit mas, karena kebiasaan sehari-hari jadi tak terasa membanggakan anak, mudah-mudahan tidak niatkan kesombongan, kalau sy mendengar orang tua membanggakan anaknya jadi ini, dpt gelar ini, ambil hikmahnya saja dan ambil tipsnya untuk kita
ReplyDeleteBerpikir possitif dan husnudzan, jika kita dlm posisi yg dikasih cerita.
DeleteSepakat.
cara mendidik anak memang gampang-gampang susah yah mas, makasih artikelnya untuk bekal saat mempunyai anak nanti :)
ReplyDeletekl saya bilang, malah susahhhh banget. sbb kita tdk tahu cara pengajaran kita yg sekarang akan berhasil atau tidak... hal itu akan kita ketahui nanti ketika ia sdh dewasa.
Deletediibookmark dulu lah sampe ntar nikah, kawin trus punya anak :v
ReplyDeleteNikah, kawin, trus pnya anak.... prosedurnya menarik nih... ^_^
Delete*remas-remas tangan sendiri
betul banget Pak Pri...jangan terlena dengan segala kelebihan anak kita...bisa membuat kita tergelincir ke riya'. bismillah, semoga kita terhindar...
ReplyDeleteZaki Zaki...lain kali kalau mau motret sekalian sama ibu dan adik Daffa dong, jangan cuma ayahe thok...
Kn dia nge-fans sama ayah'e...
Delete#Huahahahaha...
mungkin sudah watak dasar manusia suka membangga-banggakan anaknya di depan orang lain. mereka menganggap anaknyalah yang paling sempurna. kalau sudah begini yang berbahaya, selain terkesan sombong, juga bisa menyakiti hati orang lain :)
ReplyDeleteHati-hati. Membicarakan kepandaian anak, sewajarnya saja.
DeleteBetul juga ya. Biasanya ibu-ibu tuh yang suka panas, kalau temennya ngomongin anak. Gak bisa diam, langsung aja nyeritain kehebatan anaknya masing-masing. Hi..hi....
ReplyDeleteTapi bisa juga karena mereka begitu sayang dan cinta kepada anak masing-masing.
Selagi masih dlm batas wajar, dan (spt yg pak Har bilang di atas) tdk ada unsur sombongnya, its OK lah...
DeleteIzin share
ReplyDeleteMas mau tanya, bagaimana jika kita tidak suka dengan sikap ibu kita yg membangga-banggakan kita? Bagaimana kita memberi tahu kalo itu tidak boleh, karena setau saya tidak boleh menggurui orang tuaškarena jujur mas saya tidak tahan karena saya yg jd imbasnya
ReplyDelete