Wednesday, February 16, 2011

ujungkelingking - Enterobacter sakazakii merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, sampai tahun 1980 E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter Cloacae berpigmen kuning.

Tahun 1980, bakteri ini dikukuhkan dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii untuk menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi sakazakii.
Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter Freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae.

SIKLUS HIDUP
  1. Enterobacter sakazakii tumbuh secara optimal pada temperatur 37 - 44°C dan dapat bertahan hingga temperatur 60°C.
  2. Habitat alami di air,sayuran, namun sebagian besar hidup dalam makanan, khususnya susu formula atau bubuk, sereal.

PENYAKIT YANG DITIMBULKAN

Efek minimal dari penyebaran Enterobacter sakazakii yaitu diare.
Efek yang lebih buruknya lagi yaitu: neonatal meningitis (infeksi selaput otak pada bayi), hidrosefalus
(kepala besar karena cairan otak berlebihan), sepsis (infeksi berat), necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna), dan bahkan infeksi saluran urine.

PENYEBARAN DALAM TUBUH

Setelah tertelan, masuk dalam saluran pencernaan, bertahan dari keasaman lambung dan sampai di usus. Di usus hidup dan berkembang biak, setelah matang kemudian menginfeksi dinding usus sehingga dapat masuk ke dalam aliran darah. Akibatnya, Enterobacter sakazakii dengan racunnya (enterotoksin) sampai di kepala dan menginfeksi jaringan otak.

Enterotoksin memiliki 2 subunit A dan B. Subunit B melekat pada sel epitel berbulu dari usus halus sehingga memungkinkan masuknya subunit A. Subunit A mengaktifkan adenilat siklasa yang mengakibatkan hipersekresi air dan klorida serta penghambatan reabsorbsi sodium sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit. Lapisan usus menjadi menggembung penuh cairan sehingga timbul hipermotilitas (gerak peristaltik berlebihan) dan diare.

PENULARAN

Sebagian besar kasusnya, Enterobacter sakazakii menyebar dan menular melalui susu formula. Secara mendasar, ada 3 rute E. sakazakii dapat masuk ke susu formula:
  1. Melalui material untuk memproduksi susu formula.
  2. Melalui kontaminasi udara bebas setelah pasteurisasi.
  3. Melalui kontaminasi ketika penyajian atau pembuatan sebelum dikonsumsi.

GEJALA YANG DITIMBULKAN

Karena Enterobacter sakazakii hidup dan berkembang biak di usus, maka menyebabkan penderitanya diare dan mengalami demam ringan.

PENCEGAHAN

Bagi pengguna rumahan:
  1. Bila sebelumnya susu bayi cukup dicampur dengan air hangat, maka sekarang cobalah untuk merendam susu bubuk dengan air panas (85-100°C) selama 1-2 menit sebelum ditambahkan air dingin untuk mereduksi jumlah koloni hidup bakteri.
  2. Tidak menggunakan produk susu bubuk yang kemasannya telah terbuka cukup lama (lebih dari 8 hari) atau dibeli dalam kemasan yang sudah tidak baik atau bocor.
  3. Simpanlah susu bubuk yang telah dibuka kemasannya di dalam lemari pendingin (suhu <5°C) untuk mencegah pertumbuhan mikroba, bukan hanya E. sakazakii.
  4. Cucilah bahan makanan yang biasa dimakan mentah dengan sanitiser, bukan hanya air mengalir, untuk mereduksi kontaminasi mikroba pada bahan pangan tersebut.
  5. Konsultasikan dengan dokter/tenaga medis terhadap penggunaan susu formula bagi bayi berusia 0-6 bulan, terutama sekali bayi lahir prematur atau yang memiliki daya tahan lemah.
  6. Waspada terhadap gejala demam dan diare yang merupakan indikasi infeksi, apapun mikroorganismenya, bukan hanya E. sakazakii.

Bagi industri:

Melakukan evaluasi terhadap proses produksi susu formula bayi secara menyeluruh. Hal ini dimungkinkan dengan memasukkan E. sakazakii dalam sistem monitoring, terutama HACCP yang telah ada.

PENGOBATAN

Bila terjadi infeksi saluran urine, obatnya trimethoprim-sulfametoksasol. Obat itu digunakan dalam bentuk kombinasi karena sifat sinergisnya.

KESIMPULAN
  • Kontaminasi E. sakazakii menurut penelitian di seluruh dunia terjadi secara sporadis dan tidak terkait brand tertentu.
  • E. sakazakii berbahaya bagi bayi berusia 0-6 bulan, atau lahir prematur atau bayi dengan sistem imun yang rendah.
  • Mempersiapkan susu dengan cara merendam susu di dalam air panas (85-100°C) selama 1-2 menit sebelum dicampur dengan air dingin dan diberikan pada bayi sudah cukup untuk menonaktifkan bakteri tersebut.
  • Menghentikan asupan susu dan mencari alternatif lain, terutama air tajin, adalah solusi yang tidak dianjurkan, karena kandungan gizinya tidak selengkap susu segar ataupun susu formula.

Diolah dari berbagai sumber

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 16, 2011
Categories:

0 comments:

Post a Comment

Komentar Anda tidak dimoderasi.
Namun, Admin berhak menghapus komentar yang dianggap tidak etis.

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!