Tuesday, July 30, 2013

ujungkelingking - Hari Minggu kemarin saya akhirnya sempat menonton televisi. Iseng-iseng nonton TVRI. Kebetulan acara waktu itu adalah acara untuk anak-anak. Kalau tidak salah nama acaranya "Hayya Bi Du'a" (Ayo berdoa).

Pada tayangan tersebut diceritakan ada seorang anak laki-laki yang membawa minumannya ke dalam kelas. Lalu dia meminta kepada temannya -seorang anak perempuan- yang kebetulan ada di situ untuk tidak meminum minumannya, karena dia akan pergi sebentar.

Namun, anak perempuan ini kemudian meminum minuman tersebut, dan kepergok oleh anak laki-laki pemilik minuman tersebut. Lalu dengan mimik tidak suka, si anak laki-laki mengatakan kepada anak perempuan tersebut bahwa perbuatannya itu termasuk perbuatan dosa dan dia akan masuk neraka. Anak perempuan itu akhirnya menangis, karena dia tidak ingin masuk neraka. Terjadilah kegaduhan karena kedua anak tersebut.

Kemudian datanglah ibu (atau ibu guru?) dari kedua anak itu, menenangkan. Lalu ibu tersebut mengajarkan doa agar terbebas dari neraka, yaitu "Rabbana aatinaa fi 'd-dunya hasanah..." dst. Setelah membaca doa tersebut si anak perempuan sudah yakin bahwa dirinya tidak akan masuk neraka dan melanjutkan meminum minuman yang bukan miliknya itu.


Benar, tapi salah

Islam memang menganjurkan agar kita memperbanyak doa-doa semacam itu. Namun bukan berarti setelah membacanya lalu otomatis kita boleh berbuat (baca: melanjutkan) dosa yang telah kita lakukan. Ampunan itu haknya Allah. Bahwa Allah akan mengampuni semua dosa (selain syirik), itu betul. Namun salah satu syarat ampunan itu adalah dengan tidak mengulang perbuatan dosa tersebut.

Tentu saja yang saya kritisi di sini hanyalah penerapan contohnya yang tidak tepat. Akan lebih sesuai bila ditunjukkan perasaan menyesal pada diri si anak perempuan atau mungkin ada "penekanan" janji yang diucapkan anak perempuan itu bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatan salahnya tersebut.

Bagaimanapun -sebuah tayangan- meski itu diperuntukkan bagi anak-anak, akan lebih baik bila kita senantiasa mendampingi mereka. Langsung menunjukkan mana yang baik dan mana yang tidak baik, lalu menjelaskannya. Dengan langkah ini diharapkan kita bisa menyaring apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh otak mereka.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, July 30, 2013
Categories:

13 comments:

  1. sekarang sering tayangan yg sedikit melenceng dari syar'i..... tapi hebatnya malah jadi trend jaman sekarang.

    ReplyDelete
  2. Subhanllah, memang selalu membangun karya-karya Mas Pri :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah, senang kl ada manfaatnya...

      Delete
  3. tergantung orang tua nya sih, kalo ortunya pinter mengontrol insya allah anak nya bisa baik,,haha sok tau aku

    ReplyDelete
    Replies
    1. tapi tak selamanya orang tua mampu mengontrol anak, sebagai orang tua, wajiblah kita menanamkan nilai agama yang sesungguhnya sejak dini, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari...

      Delete
  4. sungguh, sekarang banyak tayangan yang sudah tak sesuai dengan syar'i, bahkan sinetron2 berbau agama Islam yang sudah dicampur-aduk tuntunanya, menggunakan bacaan2 Al Quran, namun tak sesuai dengan makna ayat itu sendiri---anehnya, banyak ummat islam yang malah hanyut dan menjadikan tayangan2 itu kiblat mereka...satu lagi, bahkan ada tayangan yang berkedok tausiyah, namun isi tausiahnya tak sesuai dengan Quran dan Hadits...naudzubillah

    ReplyDelete
  5. taqoballahuminna waminkum,,, taqobal yaakarim,,,
    minal aizdin walfa'izdin ,,,,
    mohon maaf lahir dan batin

    met lebaran mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. taqabbal yaa kariim... ma'af (agak) telat ya, May... xixixixi,

      Delete

Komentar Anda tidak dimoderasi.
Namun, Admin berhak menghapus komentar yang dianggap tidak etis.

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!