ujungkelingking - Baca: Ber-enam Satu Tujuan
Saya ingat tahun-tahun pertama saya di pesantren. Seorang kakak kelas mengajak kami untuk naik gunung. Tujuannya kali itu adalah Gunung Penanggungan, yang kemudian menjadi destinasi favorit saya.
Ketika ditawari mau ikut atau tidak, saat itu saya menjawab bahwa saya tidak pernah sama sekali mendaki gunung. Kakak kelas saya malah mengatakan, "Lah makanya kamu ikut, biar pernah."
Sejujurnya saya tidak tahu apa-apa tentang pendakian, bagaimana persiapannya, dsb.
Apalagi rencana ini sangat mendadak. Hal ini nantinya justru jadi kebiasaan
saya juga (apa-apa gak pake rencana, spontanitas). Antara takut dan penasaran, akhirnya saya-pun jadi ikut rombongan ini.
Rombongan yang ikut berjumlah enam orang termasuk kakak kelas saya sebagai pemandu. Nah, kalau ada istilah plesetan nekad traveling, maka yang kami lakukan ini bisa dikatakan nekad climbing. Bagaimana tidak, dari enam orang ini tidak ada yang memakai perlengkapan pendakian. Kami mendaki gunung cuma pakai sandal jepit, tanpa jaket, satu tas samping yang isinya radio sama sebuah selimut (kalau rekan-rekan ingat, selimut khas rumah sakit yang warnanya strip hitam-putih), plus nasi bungkus yang fresh from the dandang.
Tambahan: tanpa tenda! Jika beruntung, kami bisa bermalam di sebuah goa kecil di atas yang hanya cukup untuk tidur 6 orang dewasa. Jika tidak, barangkali kami akan semalaman bergadang.
Singkatnya, selama berlelah-lelah selama kurang lebih 3 jam-an, kami pun sampai di puncak menjelang Maghrib. Sebuah perjalanan yang sangat panjang bagi saya, yang akan terbayar ketika sudah tiba di puncak.
Bagi yang sudah pernah mendaki gunung tentu tak perlu saya jelaskan bagaimana keadaan malam di atas dengan langit cerah penuh bintang dan kerlap-kerlip lampu perkampungan di bawah.
Tak perlu juga saya ceritakan bagaimana sejuknya semilirnya angin pagi hari sambil menikmati hangatnya matahari terbit.
Sebuah kombinasi sempurna yang bikin setiap orang ingin mengulang petualangan ini.
***
Pertanyaannya, kenapa kemudian cerita ini saya jadikan tulisan pembuka di 2014?
Jawabannya ada pada pelajarannya.
Dalam hidup, setiap kita pasti memiliki kekhawatiran-kekhawatiran seperti yang saya alami. Kekhawatiran terhadap sesuatu yang baru, yang asing, dan yang kita belum pernah sama sekali bersentuhan dengannya. Kekhawatiran itu kemudian bisa berubah menjadi 'ketakutan' yang membuat langkah kita terhenti. Namun bisa juga menjadi dorongan 'penasaran' yang membuat kita mendobrak batasan-batasan diri.
Jelasnya, jika konteksnya adalah hal-hal yang sifatnya positif, maka seharusnya bukan ketakutan yang muncul. Sebaliknya, jika hal tersebut adalah sesuatu yang negatif, maka sebaiknya kita tidak menjadi penasaran terhadapnya. Karena bagaimanapun, jika terlalu sering kita bermain-main di pinggir jurang akan ada masanya kita terjatuh.
Maka ketika kita dilanda sebuah kekhawatiran, tentukanlah, hal tersebut termasuk hal yang positif atau tidak. Setelah itu kita bisa mulai menentukan akan melakukan apa.
Tulisan ini bukan mencoba untuk menggurui siapapun. Saya hanya mencoba menuliskan "perintah-perintah" ke dalam program yang tersemat di otak saya. Dengan ini, mudah-mudahan saya bisa menerapkannya.
Semoga.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, January 02, 2014
juara banget nih tulisan pembukanya.
ReplyDeletekatanya nih mas, orang yang baisa mendaki gunung lebih takut menyebarang jalan dari pada naik mahameru sekalipun.
naik mahameru bisa di persiapkan dengan matang, rintangan bisa di pelajari, bisa di jinakkn. kalau nyeberang, moro-moro mak grobyak, ndlosor...ditabrak sepeda grand ijo teko mburi..
hehehehe
SETUJUUU... (pk huruf besar loh), tp in sya Allah berkendara di samping Grand Ijo, aman, mas :LOL:
Deletesaya kepingin ikut nimbrung tapi bingung :(
DeleteStuju saya copy saja Komentar Mas Agus
DeleteSoal nya akur dengan Narasi saya makasih Mas Semua :)
kenapa bisa begitu? karena mendaki identik dengan kabur ke atas dari pada menyebrang haha
Deletemendaki gaka ada lampu merahnya danmacet, kalau nyebrang banyak pengendara yang ugal - ugalan tentunya ya
Deletepastinya mang yono, makanya mnding terbang aja kalo nyebrang haha
Deletemendingan masuk ke gentong aja, kemudian di gelindingkan
Deletelewat saluran air aja, kyk di pilem2...
Deleteulasannya benar2 mantab mas Pri :) sesuatu yg belum kita tahu akan membuat kita takut :D
DeleteIjin nyimak ya sob :D, selamat tahun baru 2014 ya
ReplyDeletetrims, selamat juga bt mas +Yobert Parai
Deletehmm sangat menginspirasi mas, sesuatu hal yang tidak pernah mencoba pasti akan timbul perasaan yang bukan-bukan, enath itu was-was, takut de es be...
ReplyDeletepadahal tidak seperti yang kita bayangkan sebelum menjalanannya ya mas...
satu lagi mas, mungkin nama Pri-617 diilhami oleh cerita ini ya mas....
Deleteh-hee, sebenarnya 617 sdh ada sebelum perjalanan ini. jd yg ini sifatnya kebetulan semata.
Deletemengenai arti 617, biar saya dan Tuhan saja yg tahu, H-hayyy...
Inspiratif banget mas artikelnya ..., bisa buat pembelajaran bagi saya ..
ReplyDeletemudah2an bermanfaat bt semua.
Deletemenyimak dengan seksama sob, sangat bermanfaat
ReplyDeleteambil kursi dulu, gih!
DeleteMenghilangkan rasa takut yang menyelimuti pada diri kita akan hilang apabila kita menyikapinya dengan sungguh-sungguh ya mas. angka 617 ternyata berasal dari berpetualangannya mas Toh. hehe
ReplyDeletekl angka itu, R-H-S, mas h-hee...
Deleteiya ya...kalau kita malah seringnya kebalik ya pak...yang negatif malah penasaran, tapi yang positif malah takut setengah mati hehe.
ReplyDeleteterima kasih pak telah memberikan pegangan di awal tahun ini
aamiin, mudah2an kita semua bisa menerapkannya.
DeleteArtikelnya sangat memotivasi buat saya Mas Pri
ReplyDeleteIni sebuah pelajaran berharga di awal tahun baru 2014 ini
Terima kasih Mas Pri sudah berbagi sesuatu yang bermanfaat :)
senangnya bisa bermanfaat.
DeleteSama persisi dengan diri saya,
ReplyDeleteSelamat Tahun Baru
yg mananya, mas? naik gunungnya? :P
Deletewah hebat nih mas nekad travelingnya ... saya belum pernah tuh mendaki alias nekad traveling...
ReplyDeleteitu juga gr2 ada yg ngomporin, mang...
DeleteDari pesantren mana ya mas... siapa tau saya bisa main kesana hehehe
ReplyDeletehuahaha... kasih tau gak ya?
Deleteah..ternyata kemaren saya melewatkan postingan ini toh..
ReplyDeletewah wah.. bener tuh mas,itu sih namanya nekad ya.. :D
makasih mas pesannya,tidak menggurui kok,lah mas pri kan bukan guru,eheheh
gak bakat jd guru, he... ^_^
Deletejelasnya kita adalah apa yang kita fikirkan.. jika kita fikirkan positif, pasti kita yakin boleh melakukannya.. jika negatif pasti kita akan kecundang akhirnya..
ReplyDeletesetuju.
Deleteagree
Deletemirip kyk nama anaknya kang Zach loh?
DeletePertamaxxx !! eh nggak jadi ding.. udah keduluan 30-an komentar.. hehehe...
ReplyDeleteklo saya pas SMU dulu ada kelompok 'CLUE MELAS' kepanjangan dari CLub dUa Enam MEnyang alAS. berarti kesukaan kita sama, mas Pri.
tp itu dulu ya, mas. kl sekarang "ndog'e wes 2 ra iso tekan ndi2... :)
Deletemengutip dari serangkaian karta diatas,
ReplyDeletejadi kesimpulannya jika kita memang tidak melakukan kesalahan dan berada pada jalus yang positif kenapa harus takut, boleh jiga ni mas lika liku critanya
:)
Deletewahh ngomong ngomong mendaki jadi pengen lagi nihh soalnya udah lama ngga
ReplyDeletesaya udah banyak tanggungan, gan. susah.
Deletebermain air basah bermain api letup, berdiri dipinggir jurang lama2 kecemplung jurang, hehehe :D
ReplyDeleteseperti itulah.
DeleteAyo mas Pri, sekali-sekali kalo ada kesempatan, ga ada salahnya kalau mencoba mendaki gunung yang ada di sumatra.. biar beda beda nuansa mas :D
ReplyDeletewah, berat di ongkos dong, mas... h-hee...
Delete