ujungkelingking - Hari Minggu kemarin saya akhirnya sempat menonton televisi. Iseng-iseng nonton TVRI. Kebetulan acara waktu itu adalah acara untuk anak-anak. Kalau tidak salah nama acaranya "Hayya Bi Du'a" (Ayo berdoa).
Pada tayangan tersebut diceritakan ada seorang anak laki-laki yang membawa minumannya ke dalam kelas. Lalu dia meminta kepada temannya -seorang anak perempuan- yang kebetulan ada di situ untuk tidak meminum minumannya, karena dia akan pergi sebentar.
Namun, anak perempuan ini kemudian meminum minuman tersebut, dan kepergok oleh anak laki-laki pemilik minuman tersebut. Lalu dengan mimik tidak suka, si anak laki-laki mengatakan kepada anak perempuan tersebut bahwa perbuatannya itu termasuk perbuatan dosa dan dia akan masuk neraka. Anak perempuan itu akhirnya menangis, karena dia tidak ingin masuk neraka. Terjadilah kegaduhan karena kedua anak tersebut.
Kemudian datanglah ibu (atau ibu guru?) dari kedua anak itu, menenangkan. Lalu ibu tersebut mengajarkan doa agar terbebas dari neraka, yaitu "Rabbana aatinaa fi 'd-dunya hasanah..." dst. Setelah membaca doa tersebut si anak perempuan sudah yakin bahwa dirinya tidak akan masuk neraka dan melanjutkan meminum minuman yang bukan miliknya itu.
Benar, tapi salah
Islam memang menganjurkan agar kita memperbanyak doa-doa semacam itu. Namun bukan berarti setelah membacanya lalu otomatis kita boleh berbuat (baca: melanjutkan) dosa yang telah kita lakukan. Ampunan itu haknya Allah. Bahwa Allah akan mengampuni semua dosa (selain syirik), itu betul. Namun salah satu syarat ampunan itu adalah dengan tidak mengulang perbuatan dosa tersebut.
Tentu saja yang saya kritisi di sini hanyalah penerapan contohnya yang tidak tepat. Akan lebih sesuai bila ditunjukkan perasaan menyesal pada diri si anak perempuan atau mungkin ada "penekanan" janji yang diucapkan anak perempuan itu bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatan salahnya tersebut.
Bagaimanapun -sebuah tayangan- meski itu diperuntukkan bagi anak-anak, akan lebih baik bila kita senantiasa mendampingi mereka. Langsung menunjukkan mana yang baik dan mana yang tidak baik, lalu menjelaskannya. Dengan langkah ini diharapkan kita bisa menyaring apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh otak mereka.
Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, July 30, 2013
makasih mas udah sharing :)
ReplyDeletesama2 :p
Deletemampir balik mas :D
sekarang sering tayangan yg sedikit melenceng dari syar'i..... tapi hebatnya malah jadi trend jaman sekarang.
ReplyDeleteorgtua filternya.
DeleteSubhanllah, memang selalu membangun karya-karya Mas Pri :D
ReplyDeletealhamdulillah, senang kl ada manfaatnya...
Deletetergantung orang tua nya sih, kalo ortunya pinter mengontrol insya allah anak nya bisa baik,,haha sok tau aku
ReplyDeletetapi tak selamanya orang tua mampu mengontrol anak, sebagai orang tua, wajiblah kita menanamkan nilai agama yang sesungguhnya sejak dini, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari...
Deleteberguru mendidik anak ma mas pri
ReplyDeletesungguh, sekarang banyak tayangan yang sudah tak sesuai dengan syar'i, bahkan sinetron2 berbau agama Islam yang sudah dicampur-aduk tuntunanya, menggunakan bacaan2 Al Quran, namun tak sesuai dengan makna ayat itu sendiri---anehnya, banyak ummat islam yang malah hanyut dan menjadikan tayangan2 itu kiblat mereka...satu lagi, bahkan ada tayangan yang berkedok tausiyah, namun isi tausiahnya tak sesuai dengan Quran dan Hadits...naudzubillah
ReplyDeleteyang mana? yg mana?
Deletetaqoballahuminna waminkum,,, taqobal yaakarim,,,
ReplyDeleteminal aizdin walfa'izdin ,,,,
mohon maaf lahir dan batin
met lebaran mas
taqabbal yaa kariim... ma'af (agak) telat ya, May... xixixixi,
Delete