ujungkelingking - Dahulu kala, pada suatu masa, diceritakan ada seorang kakek yang sedang melaksanakan sholat. Ketika sang kakek sedang sujud, tiba-tiba si cucu langsung naik ke punggung sang kakek dan bermain-main di atasnya. Maka sang kakek pun memperlama sujudnya, sampai si cucu bosan dan turun dari punggungnya. Barulah setelah itu sang kakek melanjutkan sholatnya.
***
Terlepas dari ke-"shahih"-an asal-muasalnya, namun cerita ini banyak dipakai sebagai "dalil" tentang "haram"nya mengajari anak kecil sebelum saatnya. Lebih jelas golongan ini berpendapat bahwa untuk mengajari seorang anak kecil belajar membaca, menulis dan berhitung, itu ada waktunya, yaitu ketika otak mereka siap untuk menerima pelajaran itu. Berdasar penelitian adalah usia sekitar 6-7 tahun, karena pada saat itu sudah tercapai kematangan sensorik dan motorik mereka. Maka sebelum mencapai usia tersebut, sebaiknya anak-anak tidak diajarkan membaca, menulis dan berhitung, namun hanya diperkenalkan permainan-permainan yang merangsang sensorik-motorik saja.
Namun, golongan yang lain berpendapat bahwa usia anak antara 0-5 tahun (ada yang mengatakan 0-8 tahun) adalah masa-masa emas atau yang biasa diistilahkan dengan 'Golden Age'. Pada masa ini otak anak-anak berkembang hingga 80% yang memungkinkan mereka mampu menyerap informasi apapun, hal baik ataupun hal buruk. Dan informasi apapun yang terserap pada masa ini akan sulit hilang dari memori mereka, bahkan hingga mereka dewasa nanti. Karena itu golongan ini berpendapat "wajib" untuk mengajarkan sesuatu yang baik kepada anak-anak, agar pengajaran itu dapat mengental dalam ingatan mereka.
Lalu bagaimana menyikapi hal ini, sebagian mengatakan harus mengoptimalkan kemampuan otak mereka, sedangkan sebagian lain menyatakan harus menunggu sampai usia mereka siap?
Alih-alih men-"tarjih" (mencari yang terkuat) dari kedua pendapat ini, saya lebih memilih untuk mengkombinasikan keduanya. Mengambil jalan tengah di antaranya.
Jadi pada masa-masa perkembangan anak-anak, kita boleh mengajari mereka apapun. Di sini pendidikan karakter adalah yang lebih diutamakan karena hal ini amat berhubungan dengan kehidupan mereka nantinya. Namun jika anak-anak memang benar-benar tertarik, tidak ada salahnya mengajari mereka membaca, menulis dan berhitung. Dengan catatan tetap dengan bahasa yang paling sederhana yang mereka pahami, yaitu bermain.
Dan ketika pada suatu ketika mereka bosan, kita harus berhenti. Jangan pernah memaksa mereka karena hal itu justru akan berpengaruh buruk pada karakter mereka. Kita harus menunggu sampai saat mood mereka kembali terbangun atau beralih kepada hal lain yang sama bermanfaatnya.
Anak-anak itu lahir dan tumbuh dengan "keunikan" mereka masing-masing. Hal-hal yang berhasil diterapkan pada satu anak, belum tentu sesuai jika diaplikasikan untuk anak yang lain. Kejelian membaca karakter inilah yang menjadi salah satu tugas penting orangtua. Jangan sampai membuang kecerdasan anak dengan sia-sia karena ketidak-tahuan kita terhadap apa yang mereka minati. Jangan pula "mengganggu" mereka dengan memaksanya melakukan hal-hal yang tidak disenanginya.
Anak-anak itu lahir dan tumbuh dengan "keunikan" mereka masing-masing. Hal-hal yang berhasil diterapkan pada satu anak, belum tentu sesuai jika diaplikasikan untuk anak yang lain. Kejelian membaca karakter inilah yang menjadi salah satu tugas penting orangtua. Jangan sampai membuang kecerdasan anak dengan sia-sia karena ketidak-tahuan kita terhadap apa yang mereka minati. Jangan pula "mengganggu" mereka dengan memaksanya melakukan hal-hal yang tidak disenanginya.
Hm, kalau Anda?
Parangtritis, 2010 (dok. pribadi) |
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, September 27, 2013