Showing posts with label UMUM. Show all posts
Showing posts with label UMUM. Show all posts

Tuesday, September 17, 2013

ujungkelingking - Pagi ini saya mendapat email dari Google. Isinya pemberitahuan tentang salah satu fitur mereka yaitu Google Authorship atau Google Kepengarangan.

Anda telah menetapkan Kepengarangan Anda, yang berarti foto dan tautan ke profill Anda sekarang dapat muncul di samping konten Anda di hasil penelusuran.

Google Authorship (dok. pribadi)


Dasar saya yang gaptek, tidak banyak yang saya tahu dari fitur ini selain bahwa nantinya setiap postingan saya -yang terindex Google- akan muncul juga foto saya. Nantilah biar rekan-rekan Blogger yang lebih paham akan menjelaskannya.

Ada fotonya sekarang (dok. pribadi)


Jadi berasa penulis pro, hahaha...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, September 17, 2013

Saturday, September 14, 2013

ujungkelingking - "Salahkah diriku bila merindukanmu // Sedangkan kau di sana juga merindukanku // Walau ku tahu kau ada yang memiliki // Tapi cintaku tetaplah untukmu..."

Merasa kenal dengan lagu tersebut? Ya, itu potongan lirik dari lagu dangdut yang masuk trending music di kampung saya akhir-akhir ini.

Saya bukan orang yang anti dengan lagu dangdut. Banyak lagu-lagu dangdut tempo doeloe masih easy listening di telinga saya. Terkadang dengan mendengarkan lagu-lagu tersebut, saya seperti masuk ke mesin waktu dan mulai mengingat memori-memori lama. Duh!

Namun semakin ke sini, genre ini semakin mengikuti arus jaman. Mengikuti pola pasar. Yah, memang sudah hukumnya barangkali, kalau tidak mengikuti tren tidak akan bertahan. Dangdut yang sekarang sudah jauh berbeda dengan dangdut jaman saya es-em-pe dulu. Dari sisi aransemen lagu jelas sudah berbeda meski masih memakai lagu yang sama. Musik yang awalnya "halus" berganti tema menjadi nge-beat atau rada keras. Sudah gak cocok buat saya, haha...

Gaya panggung (baca: goyangan) apalagi. Jelas-jelas membangkitkan birahi. Dan yang ini saya yakin dilakukan hanya untuk membackup vokal yang amburadul. Maklum, vokal nomer sekian. Sing penting goyangane, cak! "Buka dikit, joss!"

Pun juga materi lagu yang -bagi saya- seperti tidak ada ide lain saja. Nah, yang saya sebut terakhir inilah yang paling membuat saya tidak habis pikir. Tentang ide, boleh-bolehlah semau kita, tapi kemasannya itu loh apa tidak bisa lebih "rapi" sedikit? Maksud saya mbok yao jangan terang-terangan. Bukan bermaksud merendahkan, tapi konsumen jenis musik ini kan kebanyakan kalangan menengah ke bawah. Yang artinya jangkauannya jauh lebih luas dibandingkan dengan musik dari jenis lainnya.

Coba saja perhatikan lirik ini,

"Ingin ku Sms an wedi karo bojomu // Pengen telpon-telponan wedi karo bojomu // Pengen ku ngomong sayang wedi karo bojomu... // Pengen ketemuan wedi karo bojomu // Pengen kangen-kangenan wedi karo bojomu..."

"Ingin (ku)sms kamu (tapi) takut dengan istrimu // Ingin menelpon takut dengan istrimu // Ingin ku bilang sayang takut dengan istrimu... // Ingin bertemu takut dengan istrimu // Ingin sayang-sayangan takut dengan istrimu..."

Ini apa-apan coba? Menyelingkuhi suami orang kesannya bangga. Bahkan miris saya ketika di warung nasi ada anak SD yang dengan semangatnya menyanyikan lagu tersebut. Mau jadi apa mereka ketika dewasa, ketika nyanyian tersebut sudah tertanam jauh di alam bawah sadar mereka?

Yang lebih parah, orangtua mereka malah membiarkan anak-anak mereka tumbuh dengan lagu-lagu semacam itu.

"Sakjane kangen iki ra keno di lereni // Nanging aku wedi karo bojomu."

"Sebenarnya rindu ini tidak bisa dihentikan // Tapi aku takut dengan istrimu"

#Au ah!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, September 14, 2013

Monday, September 9, 2013

ujungkelingking - Ramai diberitakan di seluruh media tentang kecelakaan maut yang menewaskan 6 orang di Km. 8 tol Jagorawi (8/9/13). Adalah Abdul Qodir Jaelani (Dul) -putra bungsu Ahmad Dhani dan Maia Estianty- pengemudi Lancer maut tersebut. Dul yang masih berusia 13 tahun tersebut bahkan ditengarai belum memiliki Surat Izin Mengemudi.

Tentu, tulisan ini tidak akan membahas tentang kronologis berita tersebut. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kasih sayang terhadap anak tidaklah selalu harus diwujudkan dengan memberikan sesuatu yang diinginkannya. Tentu bagi Dhani, mengurus ketiga orang putra yang beranjak remaja adalah kesulitan tersendiri. Apalagi kesibukan Dhani sebagai musisi yang sangat menyita banyak waktunya. Maka memberikan sebuah hadiah adalah "jalan singkat" untuk menunjukkan perhatian kepada mereka.

Bukanlah hal yang salah bagi seorang ayah memberikan hadiah kepada anaknya. Namun amat sangat disayangkan bila kemudian hadiah itu pada akhirnya menjadi bumerang bagi sang anak.

Kiranya apa yang menimpa keluarga Dhani ini adalah merupakan pembelajaran bagi kita. Kita harus tahu, bahwa di sekitar kita masih banyak Dul-Dul yang lain. Yang masih SD sudah mengemudikan motor sendiri, bahkan berboncengan dengan adiknya... Mungkin sang orangtua merasa bangga melihat anaknya yang kecil sudah bisa naik motor sendiri. Tapi hati-hatilah kita sebagai orangtua, apapun yang dilakukan sebelum waktunya pasti akan menimbulkan dampak negatif.

Waktu yang berkualitas tentulah lebih baik daripada sebuah hadiah. Kalaupun harus memberikan hadiah, berikanlah apa yang benar-benar mereka butuhkan dan memang sudah waktunya untuk itu.

Tidak memberikan apa yang mereka inginkan bukan berarti orangtua tidak sayang, akan tetapi semua itu demi kebaikan sang anak. Bahkan Tuhan-pun hanya memberikan apa yang kita butuhkan dan tidak memberikan apa yang kita inginkan, kecuali bila kita sudah siap untuk itu.

Semoga, baik keluarga Dhani maupun keluarga korban, sama-sama diberikan kesabaran dan pembelajaran melalui kejadian ini. Dan bagi kita, mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dari ini semua.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, September 09, 2013

Monday, August 26, 2013

ujungkelingking - Berita memprihatinkan datang dari seorang kenalan. Ya, kenalan saya ini baru saja kehilangan uangnya karena penipuan di dunia maya. Meski jumlahnya "cuma" bilangan ratusan ribu, tapi yang namanya tertipu tetap saja gak enak.

Ceritanya, kenalan saya ini adalah seorang pedagang online. Pekerjaan itu sudah dilakoninya selama 5 tahun. Dan selama itu pula tidak pernah ada kejadian yang tidak mengenakkan, kecuali kejadian yang terakhir ini...

***

Awal mulanya, kenalan saya ini (sebut saja ibu A) tertarik dengan toko online di fesbuk yang menjual baju-baju impor. Karena model yang bagus dan harga yang miring, ibu A kemudian melakukan pemesanan beberapa potong baju. Pemesanan via inbox terjadi pada 26 Juli kemarin. Maaf, saya tidak bisa menampilkan screenshoot percakapan mereka, namun dari yang ditunjukkan kepada saya terlihat sekali jika toko online tersebut dikelola oleh orang yang profesional (bukan bermaksud sok tahu, tapi saya yakin rekan-rekan pun pasti tidak akan berpikir jika akun tersebut adalah akun penipu).

Setelah deal harga dan ongkos kirimnya, toko online tersebut lalu memberikan nomor rekening atas nama pribadi (sebut saja bapak B) untuk proses pembayaran, dan dengan tambahan meminta konfirmasi jika uang telah ditransfer. Ibu A melakukan pembayaran pada keesokan harinya (27/07/13). Dan setelah melakukan konfirmasi (berupa jumlah transfer dan atas nama rekening), toko online tersebut berjanji akan mengirimkan barangnya dalam 2-3 hari. Perhatikan, yang saya cetak tebal di atas adalah poin pentingnya.

Namun, hingga seminggu lebih barang tersebut tidak kunjung datang. Awalnya, ibu A mencoba memaklumi karena menjelang lebaran biasanya traffic sangat padat. Namun yang menjadi keganjilan kemudian adalah karena orderan lain yang dipesan ibu A dari tempat lain pada akhir Juli sudah sampai di rumah pada 2-3 Agustus. Akhirnya ibu A berinisiatif mengecek fesbuk toko tersebut untuk menanyakan pesanannya. Bisa ditebak, nama akun tersebut tidak lagi bisa di-klik, tapi masih tetap aktif jika ibu A masuk menggunakan nama akun lain. Dari sinilah ibu A baru menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban penipuan.

Barangkali menjadi pertanyaan dalam benak rekan-rekan sekalian, bukankah ada nomer rekening yang diberikan pelaku (atas nama bapak B)? Apakah bisa dilacak dari situ?

Jawaban atas pertanyaan ini yang saya dapatkan dari ibu A, ternyata antara pelaku (sebut saja C) dan bapak B tidak saling mengenal. Bapak B -menurut penelusuran ibu A- ternyata adalah juga seorang pebisnis online, secara spesifik beliau bergerak dalam bidang moneychanger, yang dalam sehari ada ratusan transaksi di sana.

Nah modusnya, setelah pelaku C mengetahui bahwa ibu A telah melakukan transfer ke rekening bapak B (dari konfirmasi yang dilakukan ibu A tentang jumlah transfer dan atas nama rekening), maka pelaku C kemudian berpura-pura sebagai ibu A dan menyatakan telah melakukan pembayaran ke bapak B. Sehingga otomatis kemudian terjadilah transaksi atas bapak B dan pelaku C. Dengan kata lain, ibu A yang membayar, pelaku C yang mendapat barangnya.

Atau modus lain yang pernah terjadi pada teman ibu A, pelaku C berpura-pura telah salah dalam melakukan transfer ke rekening bapak B dan meminta agar ditransfer ke rekening pelaku C.

Lebih jelas bisa dijelaskan dengan ilustrasi berikut:

Ilustrasi: dok. pribadi

Mengenai rekening bapak B (yang juga seorang penjual online), maka pastilah menyebutkan nomor rekening di situs miliknya. Dan yang "dicatut" si pelaku tentunya situs-situs yang memiliki ratusan transaksinya perharinya sehingga sukar dilacak.

Dari kejadian yang dialami oleh ibu A ini, maka penting bagi rekan-rekan yang akan bertransaksi online untuk lebih berhati-hati. Dan -seperti yang disarankan oleh ibu A- akan lebih aman untuk menggunakan jasa rekening bersama.

Semoga bermanfaat.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, August 26, 2013

Wednesday, August 21, 2013

ujungkelingking - Berhubung masih bau-bau Agustus-an jadi saya anggap masih relevanlah kalau saya memposting artikel ini. Seorang rekan Kompasianer mengingatkan saya akan kesalahan ini, yaitu penggunaan kata "dirgahayu" yang tidak tepat.

Pernah melihat spanduk besar-besar bertuliskan "Dirgahayu Republik Indonesia ke-68"?

Pastinya pernah. Sepintas memang tidak tampak ada yang aneh atau salah dalam tulisan tersebut. Namun jika mengacu definisi "dirgahayu" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1, didapati arti sebagai berikut:
dir-ga-ha-yu a berumur panjang (biasanya ditujukan kpd negara atau organisasi yg sedang memperingati hari jadinya).

Sumber: dok. pribadi


Karena itu menjadi tidak tepat jika kalimat "Dirgahayu Republik Indonesia" disambung dengan "ke-68", karena artinya kurang lebih menjadi "Semoga panjang umur Republik Indonesia ke-68". Hm, gak nyambung ya?

Maka jika ingin menggunakan kata "dirgahayu", cukuplah kita menulisnya dengan "Dirgahayu Republik Indonesia", titik. Atau kalau mau menyebutkan "ke-68", kita sebaiknya memakai "Selamat HUT Republik Indonesia ke-68"

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, August 21, 2013

Monday, July 22, 2013

ujungkelingking - Idea-less...

Adalah istilah yang pada akhirnya harus saya gunakan untuk mendefinisikan ketiadaan ide atau nge-blank-nya inspirasi di otak saya.

Tugas-tugas kantor yang semakin menumpuk sehubungan dengan adanya mesin baru, pekerjaan-pekerjaan di rumah menjelang lebaran serta kerepotan-kerepotan kecil bersama istri dan anak-anak menjadi menarik untuk dinikmati-tanpa perlu dituliskan.

Sementara terhadap blog ini, yang saya lakukan hanyalah “melempar” artikel-artikel yang sudah beberapa minggu nyantol di draft. Atau jika tidak, hanya melakukan sedikit editing pada isi maupun tampilan postingan.

Selain itu, saya benar-benar idea-less.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, July 22, 2013

Tuesday, June 25, 2013


Seorang teman menceritakan bahwa dulu dirinya pernah melihat sebuah piring terbang (UFO). Tentu, bagi teman saya, kejadian ini adalah sebuah kebenaran. Namun, jika diharuskan membuktikan kebenaran kejadian tersebut, tentu saja teman saya ini tidak bisa membuktikannya. Lalu apakah dengan begitu kejadian tersebut sebenarnya tidak benar-benar ada?

Apakah sebuah kebenaran memang membutuhkan pembuktian? Bukankah banyak hal yang kita yakini benar, namun tak bisa kita buktikan? Kehidupan sesudah mati, adanya surga-neraka, adalah contoh hal-hal yang kita yakin benar dan tidak bisa kita buktikan.

Lalu apakah berarti kebenaran tidak membutuhkan bukti?

Kebenaran adalah sebuah hakikat. Ia "begitulah adanya", dan karena itu ia "nyata" dan "ada". Sebab bagaimana bisa disebut benar jika ia hanya omong kosong?

Maka, bagaimanapun, suatu kebenaran haruslah sesuatu yang bisa dibuktikan.

Namun bukan berarti apa yang tidak bisa kita buktikan hari ini adalah kebohongan. Jika hal itu memang sebuah kebenaran, maka bukan kita tidak bisa membuktikannya, hanya: belum bisa. Bisa jadi hal itu karena masih lemahnya teknologi kita atau belum sampainya logika manusiawi kita.

Dan kebenaran itu pastilah akan terbukti. Entah kapan, entah oleh siapa.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, June 25, 2013

Thursday, June 20, 2013

ujungkelingking - Akhirnya, harga BBM benar-benar naik. Kabar tersebut muncul di beberapa jejaring sosial dan BlackBerry Messenger, berlaku efektif mulai hari Sabtu (22/06/13) dengan perubahan harga premium menjadi Rp6.500 dan solar menjadi Rp5.500 per liternya. Namun kepastian tanggal ini masih (harus) menunggu keputusan dari Presiden SBY.

Tentu, karena saya bukanlah seorang praktisi ekonomi dan tidak pula mengerti tentang politik, maka saya tidak bisa berbicara banyak tentang kenapa subsidi BBM harus dikurangi, atau kenapa tidak harus dikurangi. Sebagai rakyat biasa, yang saya pahami hanyalah dampak pasti yang akan ditimbulkan ketika harga BBM naik. Sebagai masyarakat awam, yang saya ketahui hanyalah bahwa harga kebutuhan lain akan ikut terdongkrak, ditambah lagi memasuki tahun ajaran baru dan menjelang Hari Raya dipastikan semua harga bakal meroket!

Kita setuju atau tidak, toh palu sudah diketok. Anggaran APBN-P 2013 sudah disetujui. Kenaikan harga BBM-pun tak terbantahkan. Sekarang, yang dibutuhkan hanyalah ketegasan dari orang nomer satu di negri ini untuk mempercepat datangnya "hari" itu.

Sebab semakin lama ditunda, itu artinya sama dengan memberi waktu bagi penimbun-penimbun BBM itu untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dari kesengsaraan rakyat.

Sebab semakin lama ditunda, itu sama dengan membiarkan demo memanas dan anarkisme merajalela di jalan-jalan.

Sebab semakin lama ditunda, itu berarti membiarkan harga-harga di pasar terus merangkak tanpa tahu harus berhenti di mana.

Saya, -sekali lagi- bukanlah seorang praktisi ekonomi yang paham hitung-hitungan super njlimet itu. Saya bukan juga seorang politikus yang mampu memprediksi kemana muaranya kebijakan-kebijakan itu nantinya. Saya hanyalah seorang rakyat biasa, seperti kebanyakan dari Anda yang menginginkan kebaikan bagi negri ini.

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, June 20, 2013

Monday, June 17, 2013

ujungkelingking - Aturan tersebut disampaikan oleh Wakapolri Komjen Nanan Sukarna beberapa waktu yang lalu. Nanan beralasan bahwa pelarangan tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi pilih kasih dan keberpihakan kepada golongan tertentu ketika bertugas. Meski tidak resmi dan tidak masuk akal, namun aturan tersebut memiliki sanksi yang cukup berat. "Kalau keberatan (dengan aturan tersebut, pen.), kita serahkan kepada yang bersangkutan, pensiun atau memilih tidak menjadi Polwan," tegasnya.

Meski kemudian Mabes Polri "membantah" dengan pernyataan bahwa tidak ada pelarangan mengenakan jilbab secara khusus sekaligus juga belum ada aturan diperbolehkannya jilbab secara khusus, namun di tengah-tengah upaya Polri memperbaiki citra dirinya, ungkapan "cari sensasi" Nanan ini tentu melukai hati kaum muslimin -muslimah Indonesia, khususnya- dan berpotensi memicu gejolak nasional. Jilbab adalah refleksi tentang jawaban seorang muslimah terhadap Rabb-nya. Bukti kepatuhan hamba kepada penciptanya. Seorang manusia, institusi atau negara tidak berhak menggugat itu.

Seorang Polwan seharusnyalah seorang yang cerdas, berintegritas, dan profesional. Maka penggunaan jilbab tidak akan mempengaruhi hal itu. Lalu kenapa harus dilarang?

Bila yang dikhawatirkan adalah keberpihakan, toh tidak pernah ada keluhan pada pelayanan di kantor-kantor administrasi bahwa yang diutamakan adalah warga yang muslim saja, padahal hampir semua stafnya berjilbab?

Jika yang dimaksudkan Nanan adalah standarisasi seragam dari Kepolisian, maka bukan pelarangan solusinya. Sosialisasikan saja jilbab yang khusus untuk Polwan, yang tetap menutup aurat dan tetap fleksibel.

Polisi wanita di Inggris, Eropa dan Hungaria

*Bahkan di negara-negara lain yang mayoritasnya non-muslim saja Polwan boleh memakai jilbab...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 17, 2013

Thursday, June 13, 2013

ujungkelingking - Lagi-lagi saya diingatkan oleh seorang rekan di Kompasiana tentang pembajakan (baca: penduplikasian) akun jejaring sosial kita. Sebenarnya, kasus pembajakan akun-akun ini sudah berlangsung dari dulu, namun sepertinya kita memang harus terus-menerus diingatkan agar waspada, terutama bagi user-user baru.

ruddinnoer.blogspot.com


Apa tujuan seseorang membajak akun kita?

Dengan mengesampingkan alasan cuma iseng, para pembajak akun umumnya memiliki tujuan untuk mendapatkan sejumlah uang, atau bisa jadi untuk melakukan "pembunuhan karakter" terhadap Anda.

Biasanya, si pembajak terlebih dahulu akan "mempelajari" akun Anda. Secara spesifik adalah info diri, status posting dan teman. Lalu kemudian meng-add beberapa teman kita. Yang tidak menyadari bahwa akun tersebut adalah bajakan, pasti akan langsung meng-confirm. Hal ini berbeda dengan kasus hacking yang menyebabkan akun kita berada di dalam kekuasaan mereka. Secara teknis, mereka adalah "kita".

Mengapa begitu mudah sebuah akun dibajak?

Karena tidak masalah memakai nama yang sama, selama alamat email berbeda. Sedangkan untuk foto, tinggal 'save image' saja. Dan orang-orang lebih mudah melihat nama dan foto daripada link si pemilik akun.

Kasus yang biasa terjadi adalah pemilik akun bajakan ini meminta bantuan berupa uang terhadap teman-teman Anda. Alasannya bisa bermacam-macam, kecelakaan lah, sakit parah lah, dsb. Yang sempat mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut -kepada kita- tentu selamat dari penipuan.

Teknologi itu ibarat dua sisi mata uang. Bisa bermanfaat, pun bisa berdampak buruk. Tergantung penggunanya. Bermanfaat untuk orang lain, itu bagus, tapi jika kemudian berdampak buruk bagi kita, ini yang harus diwaspadai.

Berikut ini adalah tips bagaimana kita "memperlakukan" akun facebook kita, atau situs jejaring sosial lainnya.

Bagaimana agar kita tidak menjadi korban pembajakan akun?
  1. Atur akun kita agar tidak terlihat secara "publik", hanya mereka yang sudah menjadi teman kita. Atur juga foto-foto agar dapat dilihat oleh keluarga atau teman dekat saja.
  2. Ingat, si pembajak akan meng-add teman-teman dari calon korbannya. Ini berlaku juga bagi Anda, ketika akan meng-confirm ajakan pertemanan, cek dahulu kebenaran akun ini. Atau Anda bisa meminta klarifikasi langsung via sms atau telpon dari yang bersangkutan.
  3. Sering-seringlah mengganti password. (Sejujurnya, saya agak malas dengan yang ini. Semua tidak lain adalah karena saya termasuk orang yang pelupa). 
  4. Ada yang berpendapat penting juga untuk memiliki akun lebih dari satu. Misalnya, akun pertama hanya diperuntukkan bagi keluarga saja. Akun berikutnya hanya khusus untuk teman saja. Akun berikutnya -mungkin- untuk kenalan-kenalan baru, dst. Dan yang harus diingat adalah masing-masing akun tersebut tidak boleh saling meng-add. (Banyak akun, banyak password. Kalau yang ini saya jelas lebih malas lagi, hehe..) 
  5. Blokir saja orang-orang yang sering bikin rusuh dan berkata tidak sopan.
  6. Terkadang kita menggunakan facebook tidak hanya dari PC saja, namun dari hape juga. Jika hape tersebut hilang, kemungkinan akun kita dipakai oleh orang-orang yang tidak bertanggung-jawab besar sekali. Karena itu jangan lupa menggunakan sign-out jika hendak keluar dari facebook. Ini tentu berlaku juga bagi Anda yang mengaksesnya dari komputer umum (warnet).
  7. Banyak aplikasi dan game menarik bertebaran di facebook. Ingat bahwa semua itu buatan pihak lain. Artinya, selektiflah memilih aplikasi dan game.
  8. Gunakan aplikasi anti pembajakan.
  9. Jika akun sudah dibajak, segera periksa email Anda. Jika masih "selamat", ubah kata sandinya dan laporkan melalui http://www.facebook.com/help.
Diolah dari beberapa sumber. Semoga bermanfaat.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, June 13, 2013

Saturday, June 1, 2013

ujungkelingking - Beberapa waktu yang lalu saya diingatkan oleh seorang Kompasianer tentang pleonasme.


Pada intinya, pleonasme adalah cara untuk me-mubadzir-kan kata dalam suatu tulisan atau artikel. Penggunaan kata yang berlebihan, kata yang tidak efektif, kata yang sinonimi yang jika salah satu katanya dihilangkan tidak akan mengurangi makna kalimat sebagaimana asalnya. Penulis-penulis amatir -seperti saya- seringkali terjebak pada pleonasme ini. Mungkin agar kalimat atau artikel terlihat lebih panjang, atau memang karena ketidak-tahuan si penulis tentang hal ini.

Salah satu contoh pleonasme yang sering terjadi, misalnya,
Segenap para tamu undangan
Semua anak-anak silahkan maju ke depan
Saya pun juga tidak tahu
Kita harus dan wajib melaporkan
Mulai dari halaman rumah hingga...
Ada beberapa poin-poin yang bisa digunakan
dan lain sebagainya.

Penggunaan majas ini bukanlah sebuah larangan, terutama untuk kalimat-kalimat yang memang membutuhkan penegasan. Namun saya pribadi berpendapat ("saya pribadi", nah ini mungkin juga masuk pleonasme), dibutuhkan "kebijaksanaan" di dalam menggunakannya. Bagi yang sudah lama berkecimpung di dalam dunia tulis-menulis, pleonasme ini pada akhirnya akan terasa mengganggu sekali. Sebuah pemborosan. Dan bila kita tidak belajar "mengendalikannya" dari sekarang, akan menjadi kebiasaan yang susah dihilangkan.

Mari, kita mulai memperbaiki cara menulis kita. Meski tulisan kita santai dan apa adanya, tentu menjadi lebih baik jika kita menulis dengan menggunakan kaidah-kaidah yang benar. Padat namun jelas dengan membuang kata-kata yang tidak perlu. Disamping tulisan tidak menjadi bertele-tele dan mudah dipahami, juga melatih efisiensi dan konsentrasi kita sebagai penulis.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, June 01, 2013

Thursday, May 16, 2013

ujungkelingking - Barangkali ini adalah postingan saya yang paling nyleneh dari yang pernah saya tulis. Selama beberapa hari ini saya mencoba mengumpulkan kata atau kalimat yang keren yang muncul dalam dialog sebuah film.

Ketika kita menonton sebuah film, tentu ada kata atau kalimat yang menarik bagi kita. Saking menariknya, hingga kita bisa mengingat film tersebut ketika mendengar kata atau kalimat itu. Padahal kata atau kalimat tersebut sebenarnya tidak ada arti atau makna filosofinya. Misalnya saja seperti "Yippi kai ye" yang sering diucapkan tokoh John McClane dalam Die Hard, atau seperti "I'll be back"-nya Terminator.

Berikut ini adalah daftar kata atau kalimat dalam film yang cukup menarik, menurut saya, tentu.

***

"He's not The God!"

Kalimat ini muncul dalam film 10.000 BC. Cerita ini terjadi pada jaman ketika para mammoth masih berkeliaran dengan bebasnya. Saat itu badai salju, dan kaum Yagahl kedatangan "tamu". Mereka membunuhi para wanita dan menawan para pemudanya untuk dijadikan budak pekerja.

Seorang pemuda bernama D'leh yang kebetulan selamat dari perampokan tersebut, bersama 3 orang lainnya segera menyusuri jejak rombongan perampok untuk membebaskan saudara-saudara mereka.

Dalam perjalanan, rombongan D'leh bertemu suku Nuku yang ternyata bernasib sama. Maka dengan dukungan dari para pekerja yang diperbudak di dalam, kelompok D'leh dan kaum dari suku Nuku bekerja sama untuk melakukan pemberontakan.

Nah, penyerangan dari kaum-kaum yang diperbudak ini sempat terhenti ketika sosok pimpinan perampok yang disebut-sebut sebagai "dewa" keluar dari istananya. Kaum-kaum yang lebih lama diperbudak ini begitu ketakutan dan hampir-hampir saja mereka menyerah kembali. Namun, dalam suatu kesempatan D'leh berhasil membunuh sosok tersebut dengan lemparan tombaknya. Sang pimpinan perampok jatuh bersimbah darah. Ketika itulah, D'leh dengan lantang mengatakan, "Dia bukanlah dewa!", hingga akhirnya perlawanan kembali berkobar.

***

"Not today!"

Kalau Anda sempat menonton Transformers 2, tentu Anda akan menemukan kata-kata ini di awal-awal cerita. Ketika Autobots sedang melakukan "pembersihan" kepada para Decepticons yang mesih bersembunyi di bumi, salah satu Decepticons yang paling besar akhirnya diketahui keberadaannya. Para Autobots kewalahan sehingga mereka harus menurunkan pimpinan mereka, Optimus Prime.

Dengan singkat Optimus berhasil menjatuhkannya. Dalam keadaan sekarat, Decepticons tersebut mengatakan bahwa pimpinan mereka yang terkuat -The Fallen- akan bangkit. Optimus dengan lugas menjawab, "Bukan hari ini!" dan sebuah peluru besar mengakhiri riwayat robot jahat tersebut. Cool!

***

"Get rest, Pam. You're looks so tired."

Bourne Ultimatum. Bersama Bourne Supremacy dan Bourne Identity, trilogi ini menceritakan tentang perjuangan seorang Jason Bourne -yang kehilangan ingatan- dalam mencari siapa sebenarnya dirinya. Dan jejek-jejak dirinya yang ditelusurinya menjelaskan bahwa dirinya merupakan bagian dari proyek ilegal Pemerintahan-nya. Sebuah proyek perekrutan agen-agen rahasia yang disebut dengan "Aset", dengan misi untuk membunuh target-target yang ditentukan pemerintah.

Sejatinya Bourne adalah Aset yang gagal dalam tugasnya. Maka selain dia harus mencari bukti-bukti masa lalunya, dia juga harus berhadapan dengan Aset-Aset lain yang ditugaskan untuk membunuhnya agar operasi tidak terbongkar.

Seorang agen pemerintah bernama Pamela yang diperbantukan pada tim perburuan Jason Bourne sejak awal sudah mencurigai adanya ketidak-beresan di dalam tim-nya. Maka diam-diam Pamela juga mencari tahu kenapa Bourne diburu. Merasa Pamela bisa diandalkan, Bourne kemudian menghubungi wanita ini. Dari Pamela inilah Bourne tahu beberapa hal mengenai identitasnya. Namun karena telepon Pamela disadap, Bourne tidak memperpanjang pembicaraan. Di akhir telepon itu Bourne mengatakan, "Istirahatlah, Pam. Kau terlihat lelah." Dari sinilah para agen yang mencuri dengar pembicaraan itu merasa dipencundangi. Karena dari kata-kata tersebut artinya Bourne bisa melihat Pamela dengan jelas, dan itu berarti lokasinya tidak terlalu jauh dari markas mereka.

***

"Not in my house!"

Masih ingat Red Eye? Kalimat ini ada dalam adegan-adegan terakhir di film itu. Adalah Lisa Reisert, seorang manajer sebuah hotel yang diteror oleh orang yang baru dikenalnya, Jackson Rippner, dalam penerbangannya kembali ke Miami. Rippner mengaku telah menyandera ayahnya, dan meminta Lisa menggunakan wewenangnya di hotel untuk mengganti kamar yang akan ditempati menginap oleh Charles Keefe, seorang Menteri Keamanan dengan kamar yang telah dipilih Rippner. Tujuannya, agar Rippner melalui kelompoknya dapat dengan mudah melancarkan pembunuhan terhadap Keefe dan keluarganya.

Sepanjang penerbangan, Lisa berusaha meloloskan diri dari Rippner. Namun usaha itu baru berhasil ketika pesawat sudah mendarat di bandara. Lisa segera melaporkan hal itu kepada pihak hotel untuk segera mengamankan Keefe dan keluarga. Sementara itu, ia langsung menuju rumahnya untuk menyelamatkan sang ayah.

Rippner menyusul Lisa ke rumahnya, dan terjadilah perkelahian disana. Rippner dengan kata-kata terornya berusaha untuk menyakinkan Lisa bahwa dirinya akan mengalahkan dan menangkapnya. Dengan penuh amarah Lisa menjawab, "Tidak di rumahku!". Ini adalah bentuk perlawanan dan bukti bahwa Lisa bukan lagi sosok yang ketakutan dan bisa dikuasainya seperti ketika di dalam pesawat.

***

"(I am) Here..."

Dengan suara khasnya yang agak-agak serak, mungkin akan langsung dapat Anda kenali. Kata ini ada dalam film pertama dari trilogi The Dark Knight, yaitu Batman Begins.

Para penjahat yang sedang sibuk menyelundupkan narkoba di sebuah terminal peti kemas, dibuat kelabakan dengan munculnya sosok manusia kelelawar ini. Satu persatu para penjahat itu dibuat tidak berkutik. Diliputi putus asa dan ketakutan mereka menembak membabi buta. Salah seorang dari penjahat berteriak lantang mencari Batman, agar menunjukkan dirinya. Secara misterius, Batman muncul di belakang orang tersebut -dengan posisi kepala di bawah- sambil berbisik, "Di sini...". Dan penjahat yang sudah ketakutan itu menjadi begitu kaget gemetaran.

***

Hm, sebenarnya ada satu lagi dialog yang paling impresif bagi saya. Yaitu dalam adegan-adegan terakhir dalam film The Last Samurai.

Ketika Katsumoto dan para samurai lainnya tewas dalam peperangan melawan tentara Jepang, Algreen yang sudah begitu memahami jalan pikiran samurai kemudian menghadap Sang Kaisar untuk menyerahkan pedang milik Katsumoto. Ketika itu, Sang Kaisar bertanya kepada Algreen, "Ceritakan padaku, bagaimana dia (Katsumoto) meninggal?"

Dengan bangga Algreen menjawab, "Aku akan menceritakan kepada Anda bagaimana dia hidup."
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, May 16, 2013

Tuesday, April 23, 2013

ujungkelingking - Dalam keseharian kita, kerap kita jumpai orang-orang menggunakan ungkapan "peace", yang dalam bahasa Indonesia berarti "damai", atau seringkali diartikan sebagai ungkapan yang menyatakan pertemanan atau keakraban.

Di sisi lain kita juga sering menjumpai orang-orang menggunakan ungkapan yang agak berbeda, yaitu "piss", yang dianggap merupakan bentuk pendek dari kata "peace".

Nah, bagi Anda yang sering menggunakan ungkapan "piss" untuk menggantikan ungkapan "peace", sebaiknya mulai sekarang Anda menghentikan kebiasaan Anda tersebut. Karena menurut kamus an English-Indonesian and Indonesian-English versi 2.04, arti kata "piss" adalah:


Beruntung jika yang diajak omong tidak mengerti bahasa Inggris, kalau tahu? Alih-alih dimaknai sebagai simbol pertemanan, ungkapan ini justru berarti penghinaan atau pelecehan.

Dari sini, ketika kita menggunakan bahasa asing -terutama ungkapan slang- ada baiknya jika kita mengerti terlebih dahulu maksud dari ungkapan tersebut.


*ditulis dalam rangka Hari Buku Sedunia, 23 April 2013
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, April 23, 2013

Monday, April 22, 2013

ujungkelingking - Bicara tentang 21 April dan Kartini tentu tak bisa lepas dari pembicaraan tentang emansipasi. Sebuah kata yang pada masa ini banyak menuai polemiknya. Ada yang setuju dan ada pula yang kontra. Dan –tentu saja- hal tersebut berakar dari pemahaman masing-masing ‘kubu’.

Emansipasi, dalam benak Kartini sesungguhnya bukanlah penyetaraan derajat. Ini yang gagal dimengerti orang-orang kebanyakan. Emansipasi bagi dirinya lebih kepada peningkatan harkat-martabatnya. Kartini menolak peng-kotak-an manusia berdasarkan status sosialnya. Perempuan di masanya tidak lebih dianggap hanya sebagai perabot saja. Lingkup hidup mereka hanyalah dapur-sumur-kasur. Para perempuan itu bahkan tidak memiliki hak pilih dan hak jawab untuk menentukan masa depan mereka. Inilah yang hendak diberontak oleh Kartini. Inilah yang ingin diangkat oleh Kartini.

Jalan kehidupan gadis Jawa (baca: Indonesia) itu sudah dibatasi dan diatur menurut pola tertentu. Kami tidak boleh mempunyai cita-cita. Satu-satunya impian yang boleh kami kandung ialah, hari ini atau besok dijadikan istri yang kesekian dari seorang pria. Saya tantang siapa yang dapat membantah ini. Dalam masyarakat Jawa persetujuan pihak wanita tidak perlu. Ia juga tidak perlu hadir pada upacara akad nikah.
(Surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar, 6 Nopember 1899)

Keterlibatan perempuan dalam hidup ini adalah sesuatu yang tak terelakkan. Manusia dan kehidupan tidak bisa berlepas diri dari peran perempuan. Begitu pula bagi Kartini, perempuan dapat memberi pengaruh yang amat besar bagi keberlangsungan "peradaban" sebuah masyarakat.

Namun yang disayangkan, semakin kesini definisi emansipasi ini mengalami penggerusan makna. Emansipasi cenderung didefinisikan sebagai 'pembebasan' dari laki-laki. Emansipasi lebih diartikan sebagai penuntutan kesetaraan hak namun abai terhadap pemenuhan kewajiban. Emansipasi adalah kebebasan mutlak. Parahnya hal ini dilakukan seolah-olah karena ini adalah hasil buah pikir Kartini.

Ini yang salah!

Perempuan bisa saja mendapat pendidikan yang tinggi. Pun perempuan boleh bekerja dan berkarir dalam bidang apa saja. Namun yang tetap harus diingat adalah bahwa perempuan itu memiliki kewajiban dalam kodratnya. Ia tetap berkewajiban menjaga kehormatan dirinya, mendidik dan mengasuh anak-anak serta melayani dan mendampingi suaminya. Ini tidak boleh terabaikan -bahkan- atas nama emansipasi.

Binalah mereka (putri-putri bangsawan) menjadi ibu-ibu yang pandai, cakap dan sopan. Mereka akan giat menyebarkan kebudayaan di kalangan rakyat. Sadar akan panggilan moral dalam masyarakat mereka akan menjadi ibu-ibu yang penuh kasih sayang, pendidik yang baik dan berguna bagi masyarakat yang memerlukan bantuan dalam segala bidang.
(Berikanlah Pendidikan Kepada Bangsa Jawa, nota Kartini tahun 1903 yang dipublikasikan melalui berbagai surat kabar)

Bukankah di situ dengan jelas Kartini tetap menyebut-nyebut kata "Ibu", "pendidik", "panggilan moral"? Lalu bagaimana mungkin mereka yang menggaung-gaungkan emansipasi justru menolak kodratnya? Mereka lebih suka berkiblat ke Barat, padahal nyata-nyata Kartini menolaknya.

Kami sekali-kali tidak ingin membuat murid-murid kami menjadi orang-orang setengah Eropa atau orang Jawa yang kebarat-baratan. Dengan pendidikan bebas kami bermaksud pertama-tama membuat orang Jawa menjadi orang Jawa sejati, yang menyala-nyala dengan cinta dan semangat terhadap nusa bangsanya, terbuka dengan mata dan hati terhadap keindahan serta kebutuhannya.
(Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 10 Juni 1902)

Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?
(Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902)

Ah, andai Kartini masih hidup, tentu kita bisa meminta klarifikasi sebenarnya tentang konsep emansipasi yang digagasnya, yang dengan begitu kita berharap agar perempuan-perempuan masa sekarang tak lagi dihinakan oleh prinsip-prinsip emansipasi yang salah dimengertinya.

"...
Semoga melalui banyak sekali penderitaan dan kesedihan, kami berhasil menciptakan sesuatu.
Bagi rakyat kami. Terutama yang bermanfaat bagi kaum wanita kami - bagaimanapun kecilnya.
Andaikata ini pun tidak terlaksana, semoga penderitaan dan perjuangan kami berhasil menarik perhatian khalayak ramai terhadap keadaan-keadaan yang perlu diperbaiki.
Dan andaikata itu pun tidak dapat kami capai, wahai, setidaknya kami telah berusaha berbuat baik, dan kami yakin benar bahwa air mata kami, yang kini nampaknya mengalir sia-sia itu, akan ikut menumbuhkan benih yang kelak akan mekar menjadi bunga-bunga yang akan menyehatkan generasi-generasi mendatang.”
(Surat Kartini kepada Ny. Abendanon 15 Juli 1902)


Catatan tambahan:
Dalam beberapa kali interaksinya dengan Kiai Sholeh Darat, Kartini amat tergugah dengan kalimat mina 'd-dzulumatin ila 'n-nuur -dari kegelapan menuju cahaya- (Al-Baqarah: 257). Karena itulah Kartini kemudian sering mengulang-ulang kalimat "Dari Gelap Kepada Cahaya" dalam surat-suratnya. Istilah ini yang dalam Bahasa Belanda adalah "Door Duisternis Tot Licht", yang kemudian menjadi kurang tepat ketika diterjemahkan menjadi "Habis Gelap Terbitlah Terang".


Dari berbagai sumber
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 22, 2013

Monday, April 1, 2013

ujungkelingking - Mengawali April 2013, saya coba angkat lagi tema yang sudah sering dibahas di dunia blogging, yaitu tentang re-share, retweet, atau apalah istilah lainnya. Men-forward suatu tulisan, status atau artikel dengan maksud menyebarkannya kembali ke publik.

Fenomena ini sebenarnya sama dengan aktifitas copy-paste, hanya bedanya untuk re-share ini penulis asalnya sudah otomatis kelihatan.

Saya punya sedikit pengalaman menarik dalam hal ini.

Kemarin malam, saat saya membuka akun facebook saya, seorang teman menuliskan sebuah hadits yang indah berikut penjabaran singkatnya. Saya tertarik dengan status tersebut dan hampir saja saya men-sharenya kembali. Namun karena lebih kuat kantuk saya, akhirnya saya memutuskan untuk istirahat saja. Toh, nge-sharenya bisa besok pagi, pikir saya.

Pagi ini, karena kesibukan kantor yang cukup padat, saya baru mulai senggang sekitar jam makan siang. Saya teringat kalau saya belum nge-share status teman tadi malam. Namun sebelum itu, saya iseng untuk googling tentang status teman saya tersebut. Hasilnya, cukup mengejutkan, karena dari sekian hasil yang muncul ada satu tulisan yang dengan gamblang menyatakan bahwa hadits dari status teman saya tersebut adalah tidak benar alias palsu alias dusta!

Kejadian lain, pernah seorang rekan di Kompasiana menerima broadcast tentang acara penggalangan dana untuk anak yatim. Rekan ini pun langsung menforwardnya ke teman-teman yang lain. Belakangan disadari bahwa broadcast tersebut adalah hoax. Meski kemudian pihak panitia melakukan klarifikasi bahwa broadcast tersebut benar adanya dan bukan hoax, namun tak urung hal tersebut menimbulkan keresahan pada banyak pihak.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa adalah sangat bijak bila kita tidak terburu-buru dalam men-share status atau tulisan orang lain. Berhati-hati dalam menyebarkan sebuah berita, sebab langsung menforward tanpa ada kejelasan hal-ihwalnya adalah suatu langkah yang ceroboh.

Jangan sampai kita menyebarkan hal-hal yang salah dan provokatif. Jangan sampai orang lain menjadi salah dan malu karena sifat terburu-buru kita. Jangan sampai timbul hal yang fatal karena kebodohan kita.

Nge-share itu urusan kecil, tanggung jawab di belakangnya yang besar.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 01, 2013

Saturday, March 23, 2013

ujungkelingking - Ketika kita bertemu dengan seseorang biasanya kita menyapanya dengan menggunakan kalimat sapaan. Kalimat sapaan yang populer biasanya adalah selamat pagi, selamat siang, dsb.

Dalam dunia yang serba instan dewasa ini kita dituntut untuk mengerjakan sesuatunya dengan secepat dan sesingkat mungkin. Termasuk juga dalam menggunakan kalimat sapaan. Kalau dulu kita menyapa dengan "Selamat pagi", maka sekarang sudah disingkat menjadi "Met pagi" saja. Dan sering dijumpai "Met pagi" itupun dipotong lagi menjadi cukup dengan "Pagi".

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa yang dimaksud dengan "Pagi" dalam sebuah kalimat sapaan adalah "Selamat pagi", namun tentu saja -menurut hemat saya- tetap ada perbedaan yang sangat signifikan antara ucapan "Selamat pagi" yang diucapkan dengan lengkap dengan hanya "Pagi" saja.

Ucapan "Selamat pagi" mengandung maksud doa dan harapan agar orang yang disapa mendapat keselamatan di pagi hari tersebut. Sedangkan jika digunakan kata "Pagi" saja, tidak lain artinya hanyalah sebagai penunjuk waktu.

Ketika seorang pengajar masuk ke dalam kelas, lalu dia mengucapkan, "Selamat pagi, anak-anak!", maka pengertian yang timbul adalah: [Semoga kalian mendapat] keselamatan [di] pagi [ini], anak-anak.

Berbeda ketika yang diucapkan adalah, "Pagi, anak-anak!", karena arti yang muncul adalah: [Hari ini sudah] pagi, anak-anak.

Jadi, jika Anda ingin menyapa seseorang, akan lebih baik jika Anda menggunakan versi yang lengkap. Tidak ada ruginya mendoakan kebaikan bagi orang lain, sebab siapa tahu doa itu juga akan kembali kepada diri kita.

***

Bagi kita yang Muslim, tentu kalimat sapaan "Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh" adalah ucapan sapa yang paling komplit: Semoga keselamatan, rahmat dan berkah dari Allah tetap atas Anda. Sebuah doa yang amat sempurna, tidak "pelit" karena mencakup segala keadaan dan tidak berbatas waktu.

Dari Imran bin Al-Hushain radhiallahu anhu, dia berkata:


جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ عِشْرُونَ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ ثَلَاثُونَ

Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan, "Assalamu alaikum," Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Sepuluh pahala". Setelah itu ada orang lain yang datang dan mengucapkan salam, "Assalamu alaikum wa rahmatullah," Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk, maka beliau bersabda: "Dua puluh pahala". Setelah itu ada lagi orang yang datang dan mengucapakan salam, "Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh," Beliau membalas salam orang tersebut kemudian orang itu duduk. Beliau lalu bersabda: "Tiga puluh pahala".
[Abu Daud No. 5195, At-Tirmizi No. 2689, dan Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath (5/11), "Sanadnya kuat"]

Karena ucapan ini adalah sebuah bentuk ibadah juga, maka tidak boleh menggunakan lafadz-lafadz yang lain dari hadits di atas. Adapun untuk jawabannya adalah yang lebih komplit adalah lebih baik, atau setidaknya yang sama.


وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.
[An-Nisa': 86]

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, March 23, 2013

Wednesday, March 13, 2013

ujungkelingking - Banyak cerita banyak kisah yang mengajarkan kita tentang pentingnya berhati-hati di dalam berbicara. Ungkapan "Mulutmu, harimaumu" begitu akrabnya dalam keseharian kita. Sering kita jumpai ucapan-ucapan yang terlontar begitu saja tanpa kontrol sebelumnya sehingga menjadi ucapan yang menyakiti, melecehkan, membuat marah sebagian atau banyak orang. Tak terkecuali tayangan televisi kita. Betapa banyak acara-acara "live" di layar kaca dengan host-host yang -saya sebut saja- labil, latah dan terlalu muda untuk bertanggung jawab terhadap ucapannya.

Kita mungkin masih ingat beberapa waktu yang lalu Olga (di acara Dahsyat?) pernah "keceplosan" dengan statementnya yang menyatakan bahwa orang Islam identik dengan pengemis, kini giliran host dari acara sejenis, Inbox, yang melecehkan seorang perempuan tua di atas panggung!

Menurut KPI, kita simak, acara yang ditayangkan pada 7 Januari 2013 tersebut menampilkan para host yang memanggil seorang perempuan tua ke atas panggung.

Ketika perempuan tua tersebut naik, Andhika mengatakan, "Ini cewek Brazil? Yang beginian di lampu merah Gaplek banyak!"

Narji lalu menimpali, "Maaf ini Ibu, yang terbalik topinya apa mukanya?" (Monyong lu yang kebalik!)

Tak selesai, -karena dianggap lucu- Gading melanjutkan, "Ini sih bukan Brazil, (tapi) berantakan!"

Selain itu, Andhika juga memperlihatkan sebuah buku sambil mengatakan bahwa perempuan tua tersebut masuk ke dalam buku sejarah!

***

KPI dalam hal ini sudah melayangkan surat pemberhentian tayangan tersebut (yang sayangnya) untuk sementara dalam antara tanggal 6 - 20 di bulan ini.

Tentu masih banyak hal yang bisa dipakai untuk lucu-lucuan, usil-usilan daripada harus menabrak batas-batas norma dan kesopanan. Lucu memang, bagi dia. Tapi tidak bagi orang lain. Saya pribadi sangat mengkhawatirkan tayangan-tayangan semacam ini. Apalagi ditayangkan pagi hari ketika anak-anak masih di rumah.

Seperti yang pernah saya tulis dalam Dumay, Hilangnya Sebuah Etika, sepertinya "etika" juga sudah mulai banyak ditinggalkan di dunia nyata.

#Salam Miris
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, March 13, 2013

Friday, March 1, 2013

ujungkelingking - Tentu pertanyaannya tidak bisa dibalik, “jadi tua apakah harus bijak?”. Kok rada aneh jadinya.

Jika judul di atas yang ditanyakan kepada saya, tentu jawaban yang paling mudah adalah, “idealnya seperti itu”. Maksudnya adalah bahwa semakin tua usia seseorang “seharusnya” semakin dewasa dan bijaksana ia.

Tapi ada kok yang sudah tua tapi masih childish. Ada kok yang umurnya masih muda tapi sudah bijaksana banget.

Kembali lagi ke jawaban paling mudah -idealnya- bahwa semakin banyak seseorang makan asam-garam kehidupan dia lebih punya peluang untuk menjadi bijaksana. Tapi apakah tua pasti bijaksana? Tergantung, apakah dia bisa mengambil pelajaran dari asam-garam itu.

Nah, karena kebijaksanaan itu erat kaitannya dengan cara berpikir, yang proses berpikir itu melibatkan kerja otak, maka disinilah kebijaksanaan itu bisa dilatih.

Idem dengan apa yang ditulis oleh salah seorang Kompasianer, Irsyal Rusad*, bahwa menurut penelitian otak itu seperti otot. Untuk meng-upgrade-nya dibutuhkan latihan yang kontinyu, sejak dini. Tapi berbeda dengan otot yang memiliki batas maksimal -yang jika dilanggar bisa mengakibatkan cedera- otak tidak akan menjadi rusak karena dirangsang dengan belajar dan berlatih.


Lantas bagaimana kita melatih otak agar dapat berpikir bijak?

Sementara ini, yang bisa saya tangkap dari para senior-senior, sebagai langkah awal adalah menahan diri dari marah. Sumpah, kalau untuk yang satu ini susahnya setengah mati! Apalagi untuk saya yang orangnya ngambek’an (hehe, yang ini mudah-mudahan gak ada yang percaya)…

Tapi harus dilatih.

Saat menghadapi suatu kejadian yang “mengharuskan” kita marah cobalah untuk menahannya dulu, jangan langsung dilepas. Kemarahan menghalangi kita berpikir panjang. Namun dengan mencoba menahannya menjadikan kita bisa melihat dengan lebih jernih. Dan pikiran yang jernih akan membuat kita bisa menghasilkan jawaban, balasan, dan reaksi yang tepat.

Jadi jika pertanyaannya, apakah menjadi bijak harus menjadi tua dulu? Jawabannya, tergantung seberapa cepat kita berlatih.


Salam (mudah-mudahan) bijak.



*http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2013/02/28/makin-bodoh-jangan-salahkan-usia-anda-537988.html
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, March 01, 2013

Wednesday, February 27, 2013

ujungkelingking - Pagi ini, sebelum berangkat ke kantor saya menyempatkan diri untuk membuka-buka status teman-teman di facebook.

Agak terkejut juga saya ketika mendapati update-an status disana, tertulis:
"Tugas sebagai istri sudah selesai | Sekarang waktunya bobok"

Kira-kira apa yang ada dalam benak Anda? Apakah sama dengan yang saya pikirkan?

Karena yang menulis status tersebut adalah seorang perempuan muda, baru menikah dan waktu postingnya sekitar pukul sebelas malam, jadi wajar jika asumsi saya mengarah ke "situ".

Untuk menguatkan dugaan, saya coba untuk melihat komentar yang masuk. Sayangnya hanya ada 2 komentar saja. Komentar pertama hanya tertulis singkat,
"Indahnya pernikahan"
Sedang komentar berikutnya yang cukup mendukung asumsi saya,
"Jam 04.00 bangun mandi jinabat terus sholat Shubuh, wkwkwkwkwkwk...."
Hadeehhhh,

***

Internet, melalui dunia maya-nya memang membebaskan setiap person untuk berkreasi dan berekspresi. Namun bukannya tanpa batas, segala apa yang kita kreasikan dan kita ekspresikan haruslah dibatasi dengan yang namanya 'etika'.

Okelah, mungkin asumsi yang terbentuk di dalam benak saya dan para komentator -mungkin saja- keliru. Mungkin yang dimaksud oleh si empunya akun adalah tugas istri yang lainnya dan bukan tugas yang "itu". Namun bagaimanapun karena sosmed semacam ini adalah sebuah dunia yang mengharuskan interaksi tanpa harus bertatap muka, maka kita berkomunikasi melalui ketikan huruf-huruf, yang salah ketik bisa saja salah arti dan salah bahasa bisa jadi salah maksud.

Etika, di dalam dunia yang "permisif" ini seolah kehilangan kekuatannya. Karena orang tidak bertemu dengan orang lain secara langsung akhirnya timbul suatu persepsi bahwa "salahpun tidak apa-apa". Kalau orang lain salah memahami maksud saya, ya itu salah dia sendiri. Kalau harus menabrak batas-batas perasaan seseorang, toh ini hanya sekedar tulisan. 

Bahkan kemarin, salah seorang di lingkaran G+ memposting foto tentang keadaan korban sebuah kecelakaan maut, lengkap dengan darah-darahnya dan potongan tubuh yang dikumpulkan, dan -tentu saja- uncensored!

Ini dimana etikanya? Saya paham maksudnya adalah mengingatkan agar yang lain berhati-hati. Padahal toh tanpa foto pun orang yang membacanya pasti bergidik ngeri.

Saya sempat berkomentar di foto tersebut. Kata saya,
"Yang beginian sebaiknya gak usah di upload-lah. Gak kebayang perasaan keluarga korban yang melihat gambar ini. Pasti sakit dan sedihnya berlipat-lipat. Bahkan sekelas media publik pun harus men-sensor-nya."
Tak berapa lama si pemilik akun pun membalas,
"Terima kasih mas sudah diingatkan. Saya tidak akan memposting gambar-gambar seperti ini lagi. Ini saya hanya sekedar ber-kreasi."

Gubrakkkk!!!!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 27, 2013

Saturday, February 16, 2013

ujungkelingking - Melakukan rutinitas yang sama setiap hari seringkali bisa membuat kita merasa jenuh. Bagaimana cara mengatasi kejenuhan itu tentu berbeda pada setiap orang. Yang sering ditemui, beberapa orang mengatasi kejenuhan ini dengan tidur. Namun, cara ini tentu tidak efektif. Hal ini disebabkan karena kejenuhan melibatkan kelelahan emosi dan psikis, sedangkan tidur biasanya berhubungan dengan kelelahan yang bersifat fisik.

Lalu aktifitas apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi kejenuhan ini? Berikut ini ada beberapa saran yang pantas dicoba.

1. Rekreasi

Pergi ke tempat yang menyenangkan biasanya efektif untuk mengatasi kejenuhan karena rutinitas sehari-hari. Destinasinya tentu berbeda untuk setiap orang. Ada suka pergi ke pantai, ada pula yang memilih mendaki gunung, memancing, berkemah, atau sekedar nonton bioskop.

2. Bertemu dengan teman-teman lama

Reuni, sepertinya yang akan saya lakukan di akhir bulan ini. Bertemu dengan teman-teman semasa sekolah dulu bisa memberikan banyak hal yang menyenangkan. Sharing dengan teman-teman lama bisa saja memberi Anda informasi (atau inspirasi) baru untuk "keluar" dari rutinitas Anda, memulai bisnis baru misalnya, who knows?

3. Melakukan hal yang di luar rutinitas

Saran ketiga ini juga bisa dilakukan untuk mengatasi kejenuhan. Misalnya saja, pulang-pergi kantor melalui jalan yang berbeda, atau mengganti format excel kerja Anda dari yang biasanya vertikal menjadi horizontal, dsb. Dengan melakukan hal-hal yang berbeda dari kebiasaan cukup bisa membuat otak kita "teralihkan". Efek yang diharapkan adalah ketika kita kembali menjalani rutinitas, otak kita sudah dalam keadaan refresh.

Ada tambahan?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, February 16, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!