Ilustrasi: kaskus.co.id |
Nah, kita perlu tahu tingkatan-tingkatan ilmu itu agar kita paham ada diposisi mana kita sekarang. Berikut adalah tingkatan-tingkatannya:
Pertama, Ilmu "Katanya"
Ini adalah tingkatan ilmu yang paling rendah, menurut saya. Ilmu "katanya" ini bisa dibilang ilmu tanpa ilmu, lha wong cuma katanya. Katanya si A begini... Si B pernah bilang seperti ini..., dst.
Menghadapi ilmu jenis ini harus dipastikan terlebih dahulu sumber "katanya" itu valid atau tidak. Bila sumbernya memang orang yang berkompeten dan bisa dijadikan rujukan, maka harus diterima. Jika tidak, silahkan ditampung saja... di tong sampah.
Kedua, Ilmu "Teorinya"
Tingkatan ilmu yang kedua ini lebih tinggi satu tingkat dibandingkan dengan ilmu "katanya". Dari sebutannya bisa disimpulkan bahwa ilmu "teorinya" memiliki dasar ilmu, yaitu nalar atau logika. Namanya teori, tentu masih perlu pembuktian. Karena itu kebanyakan ilmu jenis ini masih bisa diterima publik, sisanya masih diperdebatkan.
Ketiga, Ilmu "Faktanya"
Ilmu ini jelas lebih "berbobot" ketimbang kedua ilmu yang disebut sebelumnya. Biasanya ilmu "faktanya" lebih bisa diterima dibandingkan ilmu "teorinya" ataupun ilmu "katanya". Apalagi jika terdapat pertentangan, ilmu "faktanya"-lah yang dimenangkan.
Namun yang masih menjadikan kebingungan saya adalah ucapan Albert Einstein yang mengatakan bahwa jika fakta tidak sesuai dengan teori, maka ubahlah faktanya. Jika ada diantara rekan-rekan yang bisa menjelaskan hal ini saya sangat berterima kasih sekali.
Keempat, Ilmu "Pokoknya"
Nah, ilmu ini adalah ilmu yang terkuat. Bisa jadi ilmu jenis ini adalah ilmu yang tak bisa dipatahkan teori atau fakta manapun. Yang melahirkan ilmu ini pertama kali adalah ke-ego-an. Misinya
Jadi bila Anda menginginkan kemenangan mutlak, kuasailah baik-baik ilmu ini, karena orang lain jika ada yang berbicara, berdiskusi, berdebat menggunakan ilmu jenis ini akan saya sarankan untuk segera mundur teratur dan minggir menyingkir dari arena. Energinya kan bisa dimanfaatkan untuk yang lain.
H-hee...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, October 31, 2013
oleh karena ilmu saya rendah, saya sering mengutip teori dengan katanya,hehehe
ReplyDeletekalau pkoknya itu orang ngeyel seperti dalam debat kusir tentang golongan tertentu
kl 'pokoknya' gak boleh ngeyel...!!! gimana?
Deletekalau gitu di itik itik aja deh
Deletekarena ilmu saya masih rendah, pasti saya langsung menghindar kalau diajak debat... ^_^
ReplyDeletekl saya habis mbantah trus kabur... biarin, h-haa...
Deletepokoknya Pak Pri juara kalau dalam bidang berbagi ilmu seperti ini, titik. hehehe
ReplyDeletesaya tak suka berdebat dengan orang lain, tapi selalu gemes kalau lihat orang lain berdebat.
kadang ada sesuatu yang lucu bila dua orang sudah berdebat dan tak ada yang mau mengalah...ujung-ujungnya (bukan ujungkelingking lho) kata-kata mereka ngelantur dan tak logis, bahkan cenderung serampangan demi memenangkan argumennya...hihihi, bikin geli
kl adayg saya anggap berbeda, saya akan kasih pandangan saya. kl dia mbantah, saya jelaskan dg cara yg lain. kl masih mbantah, saya pulang.
Deletesaya dulu pernah belajar teori berdebat yang mana kata-kata meragukan seperti "mungkin" atau "sepertinya" tidak boleh digunakan karena terkesan meragukan.
ReplyDeleteKl debat sudah gak yakin duluan pasti gampang dijegal. Btw, trims atas tambahannya.
DeleteKalau saya lebih senang menggunakan kombinasi antara opini dan fakta, yang diawali dengan menurut saya dan diakhiri dengan kata buktikan saja. :) Nice share mampir di ikerenki.blogspot.com
ReplyDeletependapat pribadi dan dikuatkan dg fakta, nice!
DeleteSaya yg paling alergi yg nomor satu. Seringkali seseorang berdebat mempertahankan pendapatnya, tetapi ujung2nya ternyata "Katanya", hehehe :)
ReplyDeleteOrang seperti ini di kampung saya disebut "ngeyel" atau "ngengkel", sukanya membantah orang lain tetapi dianya sendiri gak ngerti, karena hanya hanya "Katanya", hohoho ^_^
makasih sharingnya mas Pri 617
lebih menjengkelkan lagi kl ditanya katanya siapa, pura-pura lupa. siapa ya? ada, kok!
Delete#gubrak!
pokoknya harus begitu, udah susah deh dibujuknya kalo orang udah ngomong gitu :D
ReplyDeletemangkanya, mending minggir aja.. :)
Deletemending cari pohon mangga terus gelar kardus sambil beli kopi
Deletecari mangga sambil bwa blender, sekalian di jus...
Delete*listrik_mancep_nang_irung
yang sering saya gunakan adalah "katanya" karena saya kurang wawasan jadi ya cuma denger dari orang orang saja.... terjadilah "katanya" hehehehe
ReplyDeletetp kl sumber "katanya" itu valid, g masalah sebenarnya, mas.
Deletejika ingin berdeba tperlu seorang yang confident.. saya tidak mahir berdebat..
ReplyDeletesprti yg dikatakan mbak Elsa di atas, tdk boleh terlihat ragu. tapi saya juga tak mahir berdebat, makanya seringkali menghindar, h-heee...
DeleteDalam berdebat, yang perlu dihindari ya ilmu katanya dan pokonya, ga ilmiah jadinya hehe..
ReplyDeletedlm bhsa anak mudanya, ilmu "mekso", :D
Deletewah lumayan nih saya baru dapat ilmu biar gak kalah berdebat dengan orang lain. saya juga masih pusing tentang yang dikatakan albert einstein
ReplyDeletenah, kl gitu mari kita sama-sama pusing, xixixi...
Deletebener banget setuju
ReplyDelete