ujungkelingking - Kesalahan-Kesalahan Umum Dalam Berdagang | Bag. 2
Ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya: Kesalahan-Kesalahan Umum Dalam Berdagang | Bag. 1
Selain kesalahan umum yang saya sebutkan di bagian kesatu, ada beberapa lagi kesalahan-kesalahan umum yang seringkali dilakukan oleh pedagang pemula.
2. Salah mendisplay (menata) barang
Beberapa pedagang memilih menggelar dagangannya di tanah. Maksud saya mereka hanya menggunakan tikar, terpal atau semacamnya sebagai alas barang dagangan tersebut. Menjual barang dengan model seperti ini mengesankan bahwa barang yang kita jual murah. Tidak masalah bila dagangan kita memang berupa pernak-pernik atau asesoris kecil yang harganya sekitar 5-10 ribu. Tapi bila di atas 50 ribu, pen-display-an barang seperti itu menjadikan barang dagangan kita tampak murahan. Tentu berbeda barang "murah" dengan "murahan". Apalagi jika menatanya dengan cara ditumpuk tidak beraturan.
Barang-barang tersebut sebaiknya ditata atau diletakkan "di atas" tanah. Kita bisa meletakkannya di sebuah meja
atau rak kecil. Dengan penataan seperti itu barang kita akan
terlihat lebih meyakinkan.
Ada pula yang saya lihat, penjual sandal-sepatu, yang sebenarnya barangnya tampak bagus namun dibiarkan berada dalam bungkus plastik yang kusam. Sehingga calon pembeli kurang tertarik untuk mendekat. Bukankah lebih baik bungkusnya dibuka saja, dan biarkan calon pembeli melihat keindahan barang jualan kita?
Ada pula yang saya lihat, penjual sandal-sepatu, yang sebenarnya barangnya tampak bagus namun dibiarkan berada dalam bungkus plastik yang kusam. Sehingga calon pembeli kurang tertarik untuk mendekat. Bukankah lebih baik bungkusnya dibuka saja, dan biarkan calon pembeli melihat keindahan barang jualan kita?
3. Salah memilih tempat berjualan
Kalau dulu jaman masih sekolah ada slogan, "posisi menentukan prestasi", maka dalam dunia bisnis hal itu betul. Seringkali dikatakan bahwa agar bisnis kita bisa berkembang, kuncinya ada terletak pada 3 poin ini: (1) lokasi; (2) lokasi; (3) lokasi.
Lokasi yang tepat menentukan keberlangsungkan usaha kita. Memang sih, rejeki itu sudah diatur oleh Tuhan. Akan tetapi dari sisi manusiawi kita haruslah tetap ada usaha, yaitu memilih lokasi yang strategis.
Mengenai bagaimana kriteria lokasi yang strategis itu, seiring perjalanan waktu kita akan belajar dengan sendirinya. Ingat, saya juga masih unyu-unyu di sini. Namun yang jelas, jangan yang rentan diobrak satpol PP ya! H-hee...
4. Salah memilih target pasar
Stok awal saya kebanyakan sepatu untuk ukuran 1-2 tahun. Tahu-tahu banyak yang mencari untuk ukuran anak TK. Ketika saya stok untuk ukuran anak TK, eh, kebanyakan yang dicari sepatu untuk anak sekolah. Beuh!
Sama dengan solusi-solusi sebelumnya, lakukan saja sambil amati. Lama-kelamaan kita akan mengerti dengan sendirinya. Trial and error, kata orang di kampung saya.
Ada penjual yang menjual barang A. Namun ketika dia melihat yang laris adalah barang B, spontan dia beralih menjual barang B. Lalu belum lagi jualan B berjalan, ia beralih menjual barang C karena melihat jualan barang C milik tetangga lebih laris.
Membaca pasar itu penting. Namun fokus terhadap apa yang sedang kita kerjakan -saya pikir- jauh lebih penting lagi. Bukankah lebih baik membiarkan dagangan A berjalan, lalu kemudian menambah jualan B? Lalu ketika keduanya bisa berjalan dengan baik, kita baru menambah dagangan C.
Umumnya ini dilakukan karena penjual tidak (baca: belum) menguasai barang jualannya dengan baik. Solusinya adalah dengan mempelajari seluk-beluk barang yang akan dijual.
Masih mending jika hanya belum paham, tapi kalau sudah sampai pada taraf berbohong (agar jualannya tetap laku) ini yang tidak benar. Untuk yang saya sebut terakhir ini bisa saja terjadi pada pedagang-pedagang yang sudah kawak.
Dan mengamini komentar Jenx Indah pada postingan sebelumnya, daripada untung banyak tapi pembeli cuma satu kan lebih baik untung banyak dan pembeli ramai.
5. Salah fokus
Ada penjual yang menjual barang A. Namun ketika dia melihat yang laris adalah barang B, spontan dia beralih menjual barang B. Lalu belum lagi jualan B berjalan, ia beralih menjual barang C karena melihat jualan barang C milik tetangga lebih laris.
Membaca pasar itu penting. Namun fokus terhadap apa yang sedang kita kerjakan -saya pikir- jauh lebih penting lagi. Bukankah lebih baik membiarkan dagangan A berjalan, lalu kemudian menambah jualan B? Lalu ketika keduanya bisa berjalan dengan baik, kita baru menambah dagangan C.
6. Salah memberikan informasi barang
Umumnya ini dilakukan karena penjual tidak (baca: belum) menguasai barang jualannya dengan baik. Solusinya adalah dengan mempelajari seluk-beluk barang yang akan dijual.
Masih mending jika hanya belum paham, tapi kalau sudah sampai pada taraf berbohong (agar jualannya tetap laku) ini yang tidak benar. Untuk yang saya sebut terakhir ini bisa saja terjadi pada pedagang-pedagang yang sudah kawak.
Dan mengamini komentar Jenx Indah pada postingan sebelumnya, daripada untung banyak tapi pembeli cuma satu kan lebih baik untung banyak dan pembeli ramai.
***
Nah, barangkali Anda punya tambahan lagi? Atau sekedar bantahan dari kesalahan-kesalahan yang saya sebutkan ini?
Tentu akan sangat berguna sekali bila dapat di-share di sini. Sebab dengan mengetahui beberapa kesalahan ini diharapkan kita bisa meminimalisir hal tersebut, atau setidaknya, kita tidak kaget bila mendapatinya terjadi dalam usaha kita.
Tentu akan sangat berguna sekali bila dapat di-share di sini. Sebab dengan mengetahui beberapa kesalahan ini diharapkan kita bisa meminimalisir hal tersebut, atau setidaknya, kita tidak kaget bila mendapatinya terjadi dalam usaha kita.
Tambahannya silahkan ditulis di kolom komentar ya!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Sunday, January 12, 2014
Sepakat dengan cara-cara di atas kang Pri, dan rasanya gak ada salahnya melakukan riset pasar kecil-kecilan untuk mengetahui apa yang diinginkan pasa, sehingga tepat dalam menentukan target pasar ...
ReplyDeleteDan dan saya setuju sekali dengan artikel Mas Pri
DeleteJuga comments Mas Mohammad ini salam sukses :)
kl tujuannya agar barang cepat laku, memang mau-gak mau kita harus mengikuti apa yg diinginkan pasar.
Deletesaya juga setujuh dan manggut manggut gituh pokoknya.
DeleteKalau manggut manggut itu ke bawah ya. Kalau ke kiri dan kekanan namanya Geleng Geleng ya. Hiehiheiehe Udah kaya lagu Malaysia "Angguk ANgguk Geleng Geleng.... hihehehieee
DeleteDapat pencerahan dan pemahaman saya tentang kesalahan dalam
ReplyDeleteBerdagang dan kesimpulan nya ini jadi insfirasi saya agar lebih
Berhati-hati dan teliti dalam Berdagang terima kasih Mas Pri
salam hormat selalu. :)
trima kasih,mas.
Deletekalau harga selangit saya paling males mas pri haha
ReplyDeletekalau harga selangit saya paling males mas pri haha
ReplyDeletewah, barangnya apa mas kok harganya smp selangit?
Delete*naik ulang-alik dulu
wah.. Hebat banget ada barang harga selangit. Tapi siapa yah yang pernah jual langit hehehe..
Deletebisa jadi pelajaran buat saya mas, saya juga mau usaha kecil-kecilan.
ReplyDeletemakasih buat sharing ilmunya....
oke, mas. saya doakan semoga sukses...
Deletewah kudu di catat nih kali aja lain kali berdagang tidak melakukan kesalahn kesalahan itu ya h.
ReplyDeleteMinimal tahu dan gak kaget, mas.
Deleteuntuk menjadi seorang pedagang memang gampang2 susah ya om kalo kurang punya bakat hehe, makasih banyak om buat tipsnya, mungkin aja saya lain hari jadi pedagang :)
ReplyDeletesip.
DeleteWah..maspri memang pedagan teladan nih. Detail banget penjelasanya mas.. Tapi ini lebih ke pedagang kaki5 ya mas. Bukan pedagang yang menetap di ruko gitu.?
ReplyDeleteSementara ini pengalaman saya masih jadi kaki lima, mas.
Deletedari dulu saya cuman punya kaki dua om :o hohoho
DeleteAh, bukannya ada "tiga"?
Delete*sampluk keyboard
nah.. nomor 6 itu yang sering saya temukan. Pas pembeli nanya ini itu tentang barang yg dijual,lah penjualnya malah gak ngerti. saya waktu kuliah jualan mas,tapi ya jualan semaunya,gak menguasai barang dagangan. ketika ada teman yang bertanya,saya belepotan deh jawabnya :D
ReplyDeletewah, mbak Yulita lebih berpengalaman berarti?
Deletekalo di toko online barang yang diperjual belikan haruslah melalui foto-foto yang beresolusi tinggi.. karena kalau pakai foto yang buram/pecah-pecah barangnya jadi keliatan murah :)
ReplyDeleteMasuk akal.
Deletesaya pernah dikecewakan dg nomer 6, krna beli online ternyata berangnya ngga sesuai yang ditayangkan ato ada yg disembunyikan cacatnya, hasilnya nggak jadi beli, padahal sdah cod jauh
ReplyDeleteMenyembunyikan cacat barang termasuk kesalahan yg fatal dlm berdagang sebenarnya. Krn org ogah balik kl sdh dibohongi. Dia juga bakal koar-koar kpd temen2nya.
DeleteAdalagi bagian 2 ya hehe
ReplyDeleteCuma 2 aja kok, mas. H-hee...
Deleteberdagang itu memang susah susah gampang ya
ReplyDeleteYup. Musti tahu ilmunya dan seninya :)
Deleteposisi menentukan rejeki, hehe....
ReplyDeleteSepakat.
Deleteyang penting usah tamak untuk meraih keuntungan.. biar jualannya laris, tetapi berterusan..
ReplyDelete