Tuesday, April 30, 2013

ujungkelingking - Sebenarnya jeprat-jepret dan utak-atik foto bukanlah hobi saya. Namun setelah beberapa kali teman-teman saya di Kompasiana dan G+ membahas tentang software pengolah foto milik mereka, saya jadi berpikir kalau photo editor milik saya tidaklah terlalu "ketinggalan jaman". Photoscape, namanya. Meski software ini terbilang cukup simpel alias sederhana, namun dengan dengan sedikit sentuhan "profesional", maka voila...! Foto Anda sudah siap diikutkan dalam lomba fotografi, hahayyy...

Berikut ini adalah beberapa fitur yang dimiliki photoscape.

Photoscape - Home

Pada tampilan Home terlihat beberapa pilihan menu yang diberikan semisal Viewer, Editor, Batch Editor, Page, Combine, AniGif, dsb. Namun pada kali ini penulis akan fokus pada Combine, Page dan Editor saja.

1. COMBINE

Fitur ini bisa Anda gunakan bila ingin menjajar 2 buah foto atau lebih. Tersedia tiga macam posisi, yaitu Down (berjajar vertikal), Side (horizontal), dan Checker, yang bisa diatur menjadi hingga 24 kolom.

Combine - Checker dengan 2 kolom

2. PAGE

Fitur yang ini sebenarnya sama seperti Combine, namun Anda akan lebih leluasa memasang banyak foto dengan posisi yang diinginkan karena fitur ini menyajikan hingga 110 pilihan bentuk page frame!

Lebih komplit dengan beragam pilihan page frame

3. EDITOR

Kita tentu sepakat bahwa menu editing adalah "nyawa" bagi setiap aplikasi pengolah foto. Dalam photoscape banyak pilihan pengaturan yang bisa di-optimize, dari yang standart seperti Color Adjusment, Cropping, Clipboard Image and Icon, Adding Text, sampai pengaturan yang rada-rada pro.

Editor - Region (Out of Focus) - Blur

Region (Out of Focus) - Pastel


Menambahkan frame dan teks dengan lebih fun!

Itu adalah sebagian saja dari fitur-fitur yang dimiliki photoscape. Tentu, masih banyak lagi menu-menu yang belum penulis kuasai dengan baik.

Namun, bagi Anda yang tertarik menjajal aplikasi ini boleh unduh (gratis) di www.photoscape.org

Selamat berkreasi!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, April 30, 2013

Friday, April 26, 2013

ujungkelingking - Pada postingan sebelumnya, yaitu Ajal Bukan Hanya Untukmu, saya sudah membahas tentang kematian. Untuk kali ini saya ingin menarik benang merah dari panjang umur seseorang dihubungkan dengan sikap hidupnya yang konsumtif (boros). Artikel ini saya beri judul Teori Korelasi Antara Batas Umur dan Sikap Konsumtif Manusia.

Jelas teori ini belum pernah diuji. Dan mungkin tak akan pernah bisa diuji karena melibatkan Dia, Yang Maha Berkehendak.

Teori ini berbunyi, "Orang yang konsumtif lebih cepat berkurang jatah umurnya daripada orang yang tidak konsumtif". Ini berarti agar bisa memperpanjang umur, seseorang tidak boleh berlaku konsumtif alias boros.

Apakah memang seperti itu? Mari kita analisis.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, "Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah dan carilah nafkah dengan cara yang baik, karena sesungguhnya seseorang sekali-kali tidak akan meninggal dunia sebelum rezekinya disempurnakan, sekalipun rezekinya terlambat (datang) kepadanya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram."
[Shahih Ibnu Majah no. 1743, Ibnu Majah II: 725 no. 214]

Ini mengindikasikan bahwa ketika seseorang meninggal berarti rejeki yang telah menjadi jatah untuk dirinya sudah sempurna (habis). Siapa yang menghabiskan? Tentu dirinya sendiri melalui perilaku dalam hidupnya.

Setiap kita memiliki jatah rejekinya sendiri-sendiri. Ketika rejeki tersebut habis, maka disitulah saatnya ajal kita. Sehingga, logika yang bisa dimunculkan adalah, jika kita bisa 'menghemat' rejeki kita -yaitu dengan meniggalkan pola hidup konsumtif- maka harapan untuk memperpanjang jatah umur kita menjadi lebih besar.

Kita ambil contoh yang paling dekat, misalnya: pecandu rokok, pecandu obat-obatan atau minuman keras (apologize for the offense, but I have to give an example). Dalam banyak penelitian medis diungkapkan bahwa ketika seseorang merokok maka dikatakan bahwa jatah umurnya akan berkurang. Yang lain menyebutkan bahwa dengan satu hisapan rokok bisa mengurangi umur sekian menit. Penelitian tersebut tentu bukan hasil dari pengamatan sementara. Hal ini bisa jadi karena dengan membeli rokok berarti dia telah memboroskan uangnya (uang = rejeki), dan dengan merokok dia telah memboroskan kesehatannya (kesehatan = rejeki). Maka dengan menghambur-hamburkannya berarti sama dengan menghabiskannya dengan cepat.

Begitu juga yang terjadi pada pecandu obat-obatan atau minuman keras. Maka menjadi tak heran jika kita disuguhi banyak berita tentang orang-orang yang meninggal karena over dosis atau yang meninggal setelah pesta miras. Hal tersebut terjadi karena jatah rejeki mereka yang berupa kesehatan, disia-siakan.

Dengan ini kemudian lahir teori turunannya bahwa banyak rejeki berbanding lurus dengan panjangnya umur.

***

Kalau begitu apakah kita harus bersikap pelit dan anti sedekah dalam rangka 'menghemat' rejeki?

Dihemat atau tidak, rejeki kita pastilah akan habis pada waktunya. Jadi bersikap pelit dan anti sedekah bukanlah solusi yang benar, karena justru balasan bagi orang yang pelit justru adalah pendeknya umur.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidak satu hari pun dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Sedangkan yang lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta (rejeki, pen.) orang yang kikir.'"
[Bukhari, Muslim]
Cukup jelas kemudian bahwa bersikap pelit, kikir dan bakhil adalah justru mempersempit rejeki diri kita sendiri. Dan jika rejeki sudah sempit (sedikit), maka jatah umur kita juga sedikit.

Maka terhadap rejeki yang dianugerahkan kepada kita sudah menjadi kewajiban untuk kita syukuri. Dan yang dimaksud dengan bersyukur itu adalah: menggunakan rejeki tersebut sebagaimana kehendak Yang Maha Pemberi Rejeki. Secara eksplisit yaitu bersedekah atau membuat rejeki itu bermanfaat kebaikan bagi banyak manusia.

Karena itulah bagi orang-orang yang gemar bersedekah, maka baginya dijanjikan tentang panjangnya umur. Bukankah sering dikatakan bahwa sedekah itu dapat menolak bala' dan memperpanjang umur?
Yang dapat menolak takdir adalah doa, dan yang dapat memperpanjang umur adalah kebajikan (amal).
[Ath-Thahawi]
Hal ini tentu sejalan dengan teori di atas.



Benarkah ada korelasi antara bersedekah dan panjang umur?

Benar. Karena ketika seseorang bersedekah maka sebenarnya harta (baca: rejekinya) tidak menjadi berkurang, akan tetapi justru bertambah. Ini juga berarti jatah umurnya menjadi bertambah pula.
Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan kecuali ia bertambah... bertambah... dan bertambah.
[At-Tirmidzi]
Di samping itu, para peneliti menemukan bahwa ketika seseorang berhadapan dengan situasi stres, mereka yang terbiasa membantu orang lain lebih rendah mengalami gangguan kesehatan. Hal ini pernah disampaikan  peneliti Michael J. Poulin, PhD, asisten profesor psikologi di Universitas Buffalo, seperti dilansir di Dailymail.

Penelitian sebelumnya oleh Greater Good Science Center di California menegaskan bahwa efek kebiasaan menolong itu seperti candu. Bersedekah dikatakan membuat bagian otak mengeluarkan hormon dopamin, yang memberikan efek bahagia. Yang pada akhirnya berpengaruh kualitas kesehatan dan memperpanjang umur.

***

Lalu ada pertanyaan, bagaimana dengan si A yang hidup hemat namun meninggal muda, sedang si B yang konsumtif justru masih hidup hingga sekarang?

Jawabannya -tentu saja- karena jatah rejeki untuk setiap orang berbeda-beda. Ada yang diberi jatah rejeki sedikit dan ada pula yang diberi jatah rejeki melimpah.

Secara matematis bisa kita analogikan seperti ini. Kita umpamakan saja si A mendapat jatah rejeki 10. Dan karena dia bukan orang yang konsumtif, sehari dia hanya menghabiskan 1 dari rejekinya. Maka pada hari kesepuluh rejekinya habis dan disitulah ajalnya tiba. Sedang si B mungkin saja mendapat jatah rejeki 100, sehingga meski dalam sehari dia menghabiskan 5 atau 7 dari jatah rejekinya, dia tidak akan mati dalam sepuluh hari (karena jatah rejekinya belum habis).

Dan terakhir sebagai penutup, seperti yang sudah saya singgung di awal postingan bahwa teori ini jelas tak mungkin bisa diuji, karena semuanya tergantung kehendak Yang Memiliki Segenap Takdir. Namun demikian ada 3 hal yang tetap bisa kita imani, yaitu bahwa,
  1. Balasan atau pahala yang berlipat bagi yang bersedekah adalah PASTI.
  2. Hukuman atau siksa bagi yang pelit adalah PASTI.
  3. Berbuat baik bagi manusia, maka meski jasad berkalang tanah, nama kita tetap akan dikenang dan menjadi teladan bagi yang masih hidup. Ini juga dinamakan panjang umur.
Apabila anak Adam wafat putuslah semua amalnya kecuali tiga hal: yaitu (1) shodaqah jariyah, (2) pengajaran dan penyebaran ilmu yang bermanfaat untuk orang lain, dan (3) anak yang mendoakannya.
[Muslim]
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, April 26, 2013

Thursday, April 25, 2013

ujungkelingking - Kemarin, salah seorang teman perempuan di kantor menangis terisak-isak. Usut punya usut, ternyata dirinya baru saja mendapati kabar bahwa ibundanya yang di desa, meninggal dunia.

Sedih karena ditinggal pergi orang yang paling berpengaruh dalam hidup kita, itu sudah pasti. Namun yang paling membuatnya menyesal adalah karena sehari sebelumnya dirinya sudah diminta menjenguk ibunya di desa. Akan tetapi karena suatu hal (saya tidak mau berprasangka buruk disini), permintaan tersebut ditundanya. Dan kemarin, berita itu datang ketika dia sedang berkutat dengan pekerjaan kantornya...

Hanya penyesalan yang tersisa. Waktu tak pernah bisa diundur kembali.

***

Seringkali kita mendengar ungkapan "kita tak pernah tahu kapan ajal kita". Ungkapan ini biasanya digunakan sebagai pengingat agar kita senantiasa mempersiapkan diri, membawa sebanyak-banyaknya ibadah untuk bekal kita ketika nanti dipanggil oleh-Nya.

Namun, kita sering lupa bahwa ungkapan yang sama bisa saja terjadi pada orang-orang di sekeliling kita dan orang-orang terkasih kita. Orang-orang terkasih itu bisa saja sosok ibu atau ayah, pasangan kita, buah hati kita, atau siapapun yang dekat dengan kita.

Betapa banyak orang yang menyesal karena tak sempat mengungkapkan rasa sayangnya kepada orang-orang terkasih mereka. Jika Anda berada bukan pada posisi teman saya tersebut, mungkin Anda akan menyayangkan sikap teman saya tersebut. Namun, apapun komentar kita tidak akan mengubah apapun. Nasi sudah menjadi bubur.

Yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini adalah, cerita tentang teman saya itu biarlah tetap menjadi cerita bagi kita, yang akan selalu mengingatkan kita akan perlunya mengungkapkan perasaan kita terhadap orang-orang terkasih di sekeliling kita.

Bukti berupa perbuatan memang lebih baik, namun ungkapan berupa kata-kata seringkali memberi makna lebih dari apa yang telah kita lakukan.

I lop yu pul.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, April 25, 2013

Tuesday, April 23, 2013

ujungkelingking - Dalam keseharian kita, kerap kita jumpai orang-orang menggunakan ungkapan "peace", yang dalam bahasa Indonesia berarti "damai", atau seringkali diartikan sebagai ungkapan yang menyatakan pertemanan atau keakraban.

Di sisi lain kita juga sering menjumpai orang-orang menggunakan ungkapan yang agak berbeda, yaitu "piss", yang dianggap merupakan bentuk pendek dari kata "peace".

Nah, bagi Anda yang sering menggunakan ungkapan "piss" untuk menggantikan ungkapan "peace", sebaiknya mulai sekarang Anda menghentikan kebiasaan Anda tersebut. Karena menurut kamus an English-Indonesian and Indonesian-English versi 2.04, arti kata "piss" adalah:


Beruntung jika yang diajak omong tidak mengerti bahasa Inggris, kalau tahu? Alih-alih dimaknai sebagai simbol pertemanan, ungkapan ini justru berarti penghinaan atau pelecehan.

Dari sini, ketika kita menggunakan bahasa asing -terutama ungkapan slang- ada baiknya jika kita mengerti terlebih dahulu maksud dari ungkapan tersebut.


*ditulis dalam rangka Hari Buku Sedunia, 23 April 2013
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, April 23, 2013

Monday, April 22, 2013

ujungkelingking - Bicara tentang 21 April dan Kartini tentu tak bisa lepas dari pembicaraan tentang emansipasi. Sebuah kata yang pada masa ini banyak menuai polemiknya. Ada yang setuju dan ada pula yang kontra. Dan –tentu saja- hal tersebut berakar dari pemahaman masing-masing ‘kubu’.

Emansipasi, dalam benak Kartini sesungguhnya bukanlah penyetaraan derajat. Ini yang gagal dimengerti orang-orang kebanyakan. Emansipasi bagi dirinya lebih kepada peningkatan harkat-martabatnya. Kartini menolak peng-kotak-an manusia berdasarkan status sosialnya. Perempuan di masanya tidak lebih dianggap hanya sebagai perabot saja. Lingkup hidup mereka hanyalah dapur-sumur-kasur. Para perempuan itu bahkan tidak memiliki hak pilih dan hak jawab untuk menentukan masa depan mereka. Inilah yang hendak diberontak oleh Kartini. Inilah yang ingin diangkat oleh Kartini.

Jalan kehidupan gadis Jawa (baca: Indonesia) itu sudah dibatasi dan diatur menurut pola tertentu. Kami tidak boleh mempunyai cita-cita. Satu-satunya impian yang boleh kami kandung ialah, hari ini atau besok dijadikan istri yang kesekian dari seorang pria. Saya tantang siapa yang dapat membantah ini. Dalam masyarakat Jawa persetujuan pihak wanita tidak perlu. Ia juga tidak perlu hadir pada upacara akad nikah.
(Surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar, 6 Nopember 1899)

Keterlibatan perempuan dalam hidup ini adalah sesuatu yang tak terelakkan. Manusia dan kehidupan tidak bisa berlepas diri dari peran perempuan. Begitu pula bagi Kartini, perempuan dapat memberi pengaruh yang amat besar bagi keberlangsungan "peradaban" sebuah masyarakat.

Namun yang disayangkan, semakin kesini definisi emansipasi ini mengalami penggerusan makna. Emansipasi cenderung didefinisikan sebagai 'pembebasan' dari laki-laki. Emansipasi lebih diartikan sebagai penuntutan kesetaraan hak namun abai terhadap pemenuhan kewajiban. Emansipasi adalah kebebasan mutlak. Parahnya hal ini dilakukan seolah-olah karena ini adalah hasil buah pikir Kartini.

Ini yang salah!

Perempuan bisa saja mendapat pendidikan yang tinggi. Pun perempuan boleh bekerja dan berkarir dalam bidang apa saja. Namun yang tetap harus diingat adalah bahwa perempuan itu memiliki kewajiban dalam kodratnya. Ia tetap berkewajiban menjaga kehormatan dirinya, mendidik dan mengasuh anak-anak serta melayani dan mendampingi suaminya. Ini tidak boleh terabaikan -bahkan- atas nama emansipasi.

Binalah mereka (putri-putri bangsawan) menjadi ibu-ibu yang pandai, cakap dan sopan. Mereka akan giat menyebarkan kebudayaan di kalangan rakyat. Sadar akan panggilan moral dalam masyarakat mereka akan menjadi ibu-ibu yang penuh kasih sayang, pendidik yang baik dan berguna bagi masyarakat yang memerlukan bantuan dalam segala bidang.
(Berikanlah Pendidikan Kepada Bangsa Jawa, nota Kartini tahun 1903 yang dipublikasikan melalui berbagai surat kabar)

Bukankah di situ dengan jelas Kartini tetap menyebut-nyebut kata "Ibu", "pendidik", "panggilan moral"? Lalu bagaimana mungkin mereka yang menggaung-gaungkan emansipasi justru menolak kodratnya? Mereka lebih suka berkiblat ke Barat, padahal nyata-nyata Kartini menolaknya.

Kami sekali-kali tidak ingin membuat murid-murid kami menjadi orang-orang setengah Eropa atau orang Jawa yang kebarat-baratan. Dengan pendidikan bebas kami bermaksud pertama-tama membuat orang Jawa menjadi orang Jawa sejati, yang menyala-nyala dengan cinta dan semangat terhadap nusa bangsanya, terbuka dengan mata dan hati terhadap keindahan serta kebutuhannya.
(Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 10 Juni 1902)

Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?
(Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902)

Ah, andai Kartini masih hidup, tentu kita bisa meminta klarifikasi sebenarnya tentang konsep emansipasi yang digagasnya, yang dengan begitu kita berharap agar perempuan-perempuan masa sekarang tak lagi dihinakan oleh prinsip-prinsip emansipasi yang salah dimengertinya.

"...
Semoga melalui banyak sekali penderitaan dan kesedihan, kami berhasil menciptakan sesuatu.
Bagi rakyat kami. Terutama yang bermanfaat bagi kaum wanita kami - bagaimanapun kecilnya.
Andaikata ini pun tidak terlaksana, semoga penderitaan dan perjuangan kami berhasil menarik perhatian khalayak ramai terhadap keadaan-keadaan yang perlu diperbaiki.
Dan andaikata itu pun tidak dapat kami capai, wahai, setidaknya kami telah berusaha berbuat baik, dan kami yakin benar bahwa air mata kami, yang kini nampaknya mengalir sia-sia itu, akan ikut menumbuhkan benih yang kelak akan mekar menjadi bunga-bunga yang akan menyehatkan generasi-generasi mendatang.”
(Surat Kartini kepada Ny. Abendanon 15 Juli 1902)


Catatan tambahan:
Dalam beberapa kali interaksinya dengan Kiai Sholeh Darat, Kartini amat tergugah dengan kalimat mina 'd-dzulumatin ila 'n-nuur -dari kegelapan menuju cahaya- (Al-Baqarah: 257). Karena itulah Kartini kemudian sering mengulang-ulang kalimat "Dari Gelap Kepada Cahaya" dalam surat-suratnya. Istilah ini yang dalam Bahasa Belanda adalah "Door Duisternis Tot Licht", yang kemudian menjadi kurang tepat ketika diterjemahkan menjadi "Habis Gelap Terbitlah Terang".


Dari berbagai sumber
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 22, 2013
ujungkelingking - Jika Anda termasuk orang yang hampir setiap hari keluar rumah, entah untuk bekerja atau ke kampus, maka dompet adalah benda yang mutlak Anda amankan dari hilang karena terjatuh, tertinggal atau kecopetan.

Di dalam dompet tersebut kita menyimpan uang dan surat-surat penting, seperti KTP, STNK, dsb. Karena itu ada baiknya Anda menyimak tips mengamankan isi dompet berikut ini, sebagai cara agar kita lebih berhati-hati. Check this out!

1. Buat salinannya

Copy setiap surat-surat yang ada di dompet Anda. Kita memang tidak berharap yang terburuk, namun jika hal itu terjadi kita akan lebih mudah mengurusnya kembali jika memiliki salinannya.

2. Pisahkan isi dompet

Cara ini digunakan untuk meminimalisir kerugian. Ketika dompet Anda hilang, uang dan surat-surat penting yang ada di dalamnya kemungkinan kecil untuk bisa kembali. Maka lebih baik jika mulai sekarang Anda memisahkan uang dan surat-surat penting di dua dompet yang berbeda. Letakkan dompet yang berisi surat-surat penting di tempat yang paling aman dari pakaian Anda. Jika Anda mengenakan jaket, maka tempat terbaik adalah saku kemeja bagian atas. Lalu untuk dompet yang berisi uang, simpan di tempat yang sering Anda pegang atau yang mudah dijangkau.

Saran lainnya adalah, jangan membawa uang tunai terlalu banyak. Setidaknya cukup untuk membeli bahan bakar atau ongkos transport pulang-pergi ditambah keperluan lain-lain. Tentunya Anda bisa mengkalkulasi sendiri.

3. Sisipkan nomor kontak

Ketika seseorang menemukan surat penting kita -STNK, misalnya- tentu kita berharap orang tersebut mau mengembalikannya. Namun bagaimana jika alamat yang tertera di STNK bukanlah alamat pemilik yang sekarang? Atau bagaimana jika alamat tersebut terlalu jauh bagi si penemu?

Maka alangkah perlunya jika Anda menyisipkan nomor telepon Anda pada surat-surat penting tersebut. Agar orang yang menemukannya bisa segera menghubungi Anda. Dan Anda tidak perlu khawatir kalau-kalau nomor telepon Anda akan tersebar, toh jika surat-surat itu tidak hilang nomor tersebut akan tetap aman di saku Anda. Sebaliknya jika hilang, yang tahu nomor Anda cuma penemunya saja.

***

Demikian tips yang bisa saya bagikan kepada Anda. Namun yang perlu diingat adalah mencegah selalu lebih baik daripada menanggulangi.

Tetap berhati-hati!

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 22, 2013

Monday, April 15, 2013

ujungkelingking - Sesungguhnya kematian adalah hal yang pasti. Maka ketakutan terhadapnya adalah sia-sia. Namun begitu ada yang tetap harus kita waspadai, yaitu kematian yang su'u 'l-khatimah (akhir yang buruk). Karena hampir bisa dipastikan bahwa orang yang mati dalam keadaan su'u 'l-khatimah, neraka adalah tempat kembalinya. Naudzubillahi min dzalik.

Bagaimana agar kita terhindar dari kematian yang su'u 'l-khatimah?

Seridaknya ada 4 hal yang harus kita hindari. Keempat hal tersebut adalah:

1. Menunda-nunda taubat


وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
[Ali Imraan: 133]

Bertaubat -membersihkan diri- akhirnya menjadi hal yang amat urgent, sebab kita tak pernah tahu kapan nyawa kita dicabut. Bisa saja sebentar lagi atau besok diri kita hanya tinggal nama. Dan ketika kita mati dalam keadaan belum bertaubat, alangkah malangnya nasib kita kelak di hari pembalasan.


2. Panjang angan-angan

Islam amat menganjurkan manusia memiliki cita-cita yang tinggi. Cita-cita berkorelasi dengan kebaikan dan menuntut adanya usaha. Sedangkan panjang angan-angan adalah keinginan kosong. Panjang angan-angan ada juga yang mendefinisikannya sebagai menunda-nunda perbuatan baik dan menganggap bahwa hidupnya masih lama.

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Jika engkau berada di sore hari janganlah tunggu sampai datang pagi. Jika engkau berada di pagi hari janganlah tunggu sampai datang sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang masa sakit. Pergunakanlah kesempatan hidupmu sebelum datang kematian.”

Maka solusinya adalah bersegera di dalam berbuat amal kebaikan.

Segeralah beramal sebelum datang tujuh perkara. Tidaklah yang kalian tunggu itu selain (1) kefakiran yang melalaikan; (2) kekayaan yang menyombongkan; (3) penyakit yang merusak; (4) usia tua yang melemahkan; (5) kematian yang melenyapkan; (6) kedatangan Dajjal sejahat-jahat yang dinantikan atau; (7) hari kiamat. Dan hari kiamat itu sangat pedih dan sangat pahit.
[Riwayat Tirmidzi]


3. Cinta maksiat

Seseorang yang cinta maksiat atau orang yang membiarkan dirinya larut dalam kemaksiatan sesungguhnya adalah orang yang lalai dari rahmat dan ampunan Allah subhanahu wa ta'ala. Ini adalah musibah terbesar dalam kehidupan karena ketika ketika kita lalai terhadap rahmat Allah dan lebih mencintai kemaksiatan kita, maka Allah akan membuka semua kesenangan dunia sehingga kita menjadi semakin lalai dan jauh dari-Nya. Dan kemudian tibalah waktunya adzab ditimpakan kepada kita. Dan itu tidak terduga-duga waktunya.


فَلَوْلا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan;
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa;
Maka orang-orang yang lalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
[Al-An'am: 43-45]


4. Bunuh diri


وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

...Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu
[An-Nisaa': 29]


مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ في نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهَا خَالِدًا مُخَلَّدًا فيهَا اَبَدًا, وَ مَنْ تَحَسَّى سُمَّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمَّهُ في يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ في نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فيهَا أَبَدًا, و مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيْدَةٍ فَحَدِيْدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ في بَطْنِهِ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيْهَا أَبَدًا

Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu, kekal selamanya. Barangsiapa yang sengaja meminum racun hingga mati, maka racun itu tetap di tangannya dan dia meminumnya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada di tangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam dalam keadaan kekal selamanya.
[Bukhari: 5778, Muslim: 109]

Dan karena beratnya adzab bagi orang yang bunuh diri, maka pantas jika imam Adz-Dzahabi menempatkan dosa ini ke dalam kelompok 70 Dosa-Dosa Besar.

Wallahu a'lam
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 15, 2013

Thursday, April 11, 2013

ujungkelingking - Banyak orangtua yang masih sering melarang anak-anak balita mereka mencorat-coret tembok. Alih-alih memberikan ruang, mereka (para orangtua) lebih memilih mengarahkan putra-putri mereka untuk menyalurkan kreasinya di buku gambar atau kertas.

Tulisan ini tidak bermaksud menyalahkan atau menghakimi, namun saya hanya mencoba menyatakan perbedaan pandangan saja.

Seorang anak ketika sedang ingin berkreasi, maka sebenarnya ia ingin berkreasi tanpa batas, tanpa larangan apapun. Mau nulis dimana, mau corat-coret dimana, terserah. Dan saya akan membiarkan itu. Toh, nulis di lantai nanti bisa dipel lagi. Mau nulis di tembok nanti bisa dicat lagi (karena itulah saya belinya cat yang murah, hehe).

"Wah, capek dong kalau harus bolak-balik ngepel lantai atau ngecat tembok?" Yup, bukankah hal yang sempurna membutuhkan pengorbanan?

Kalau mau melihat hasil kreasi anak saya, this is it!

"Prasasti" pada dinding bagian Barat

Ini yang di bagian Timur

Kamar bagian dalam

Ini adalah kreasi putra kami pada 'gelombang kedua'. Sebelumnya sudah saya timpa dengan cat yang baru. Hei, dindingnya bisa dipakai lagi, begitu pikir putra kami. Hasilnya seperti yang Anda lihat...

Dan saya berencana untuk menimpanya dengan cat yang baru lagi. Buat apa? Ya, buat dipakai sama putra kami yang kedua, hahayyy...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, April 11, 2013

Monday, April 8, 2013

ujungkelingking - Diambil dari kitab "Al-Kabaa'ir" (imam Adz-Dzahabi) yang memuat 70 (sebelumnya tertulis 40) macam-macam dosa berkategori dosa besar. Naudzubillahi min dzalik.

Beberapa belum diterjemahkan karena keterbatasan ilmu penulis. Bagi rekan-rekan yang mengetahui artinya, atau menyadari ada kekeliruan dalam penerjemahan atau penulisan teks arabic-nya, mohon agar bisa di-share di kolom komentar, atau inbox ke admin.


الشرك با لله 1.
Syirik kepada Allah
قتل النفس 2.
Bunuh diri
السحر 3.
(Melakukan) sihir
ترك الصلاة 4.
Meninggalkan sholat
منع الزكاة 5.
Menahan zakat
افطار يوم من رمضان بلا عذر 6.
Berbuka di hari Ramadlan tanpa adanya udzur
ترك الحجّ مع القدرة عليه 7.
Meninggalkan haji padahal mampu
عقوق الوالدين 8.
Durhaka kepada orangtua
هجرة الأقارب 9.

الزنا 10.
Zina
اللواط 11.
Hubungan seksual sejenis (homo, lesbian)
أكل مال اليتيم و ظلمه 12.
Memakan harta anak yatim dan mendloliminya
الكذب على الله و على رسوله 13.
Berdusta dengan nama Allah dan Rasul-Nya
الفرار مع الزحف 14.
Desersi
غشّ الإمام الرعية و ظلمه لهم 15.

الكبر 16.
Sombong
شهدة الزور 17.
Persaksian dusta
شرب الخمر 18.
Minum khamr
القمار (الميسر) 19.
Judi
قدف المحصنات 20.
Menuduh (berzina) perempuan yang sudah menikah
الغلول من الغنيمة 21.

الربا 22.
Riba
السرقة 23.
Mencuri
قطع الطريق 24.
Merampok
اليمين الغموس 25.
Sumpah palsu
الظلم 26.
Dlolim
المكاس 27.

ان يقتل الإنسان نفسه 28.
Membunuh
الكذب في غالب اقواله 29.

القضى السوء 30.
Hakim yang jahat
اخذ الرشوة على الحكم 31.
Suap dalam masalah hukum
تشبه المرأة بالرجال و تشبه الرجال بالنساء 32.
Perempuan menyerupai laki-laki dan laki-laki menyerupai perempuan
الديوث المستحسن على اهله 33.
Suami yang dayyuts terhadap keluarganya
فى المحلل و المحلل له 34.
Muhallil dan Muhallal lahu
عدم التزه عن البول 35.

الرياء 36.
Riya'
التعلم للدنيا و كتمان العلم 37.
Belajar tentang keduniaan dan menyembunyikan ilmu
الخيانة 38.
Khianat
المنان 39.

التكذب بالقدر 40.
Mengingkari takdir
التسمع على الناس ما يسرون 41.
Menampak-nampakkan kepada publik apa yang tersembunyi
النمام 42.
Tukang fitnah
اللعان 43.
Menuduh (istri) berzina
العدروعدم الوفاء بالعهد 44.
Mengingkari perjanjian
تصديق الكاهن والمنجم 45.
Membenarkan ucapan dukun dan peramal
نشوز المرأة على زوجها 46.
Istri durhaka kepada suami
التصوير فى الثياب والحيطان والحجر وغيرها 47.
Menggambar di pakaian, dinding, batu, dsb.
اللطم والنياحة وغيرها 48.
Meratapi (jenazah), dsb.
البغى 49.
Melampaui batas
الإستطالة على الضعيف والمملوك والجارية والزوجة والدابة 50.

أذى الجار 51.
Meremehkan tamu
أذى المسلمين وستمهم 52.
Membahayakan kaum Muslimin...
أذية عباد الله 53.

إسبال الإزارا والثوب واللباس والسراويل 54.
Memanjangkan kain pakaian dan celana
لبس الحرير والذهب للرجال 55.
Memakai sutra dan emas bagi laki-laki
إباق العبد 56.

الذبح لغيرالله عزّ وجل 57.
Menyembelih tanpa menyebut nama Allah
فيمن ادعى إلى غير أبيه وهو يعلم 58.

الجدال والمراء واللدد 59.
Debat kusir
منع فضل الماء 60.
Menahan air
نقص الكيل والذراع والميزان 61.
Mengurangi takaran dan timbangan
الأمن من مكرالله 62.

أذية أولياء الله (الموجد هو أجرها فقط) 63.

ترك الجماعة في صلى وحده من غير عذر 64.
Meninggalkan jama'ah dalam sholat tanpa ada udzur
الإصرار على ترك صلاة الجمعة والجماعة من غيرعذر 65.

الإضرار بالوصية 66.
Mengubah wasiat
المكر والخديعة 67.
Berlaku tipu daya
من جسّ على المسلمين ودل على عورتحم 68.
Membuka aib kaum Muslimin
اخذ من الصحابة رضوان الله عليهم اجمعين 69.

اكل الحرام وتناوله على اي وجه كان 70.
Memakan dan mengambil yang haram
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 08, 2013

Wednesday, April 3, 2013

ujungkelingking - Sebenarnya agak berat juga saya menulis postingan ini, karena penulis sendiri bukanlah seorang hafidz. Banyak juga yang sudah menulis tentang tips dan trik menghafal Al-Qur'an, tapi tak ada salahnya penulis berbagi pengalaman, barangkali saja ada rekan-rekan yang kesulitan dalam menghafal Al-Qur'an.

Faktanya, Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang begitu mudah dihafal, padahal dia berbahasa asing. Namun, sungguhpun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar proses tahfidu 'l-Qur'an menjadi lebih mudah.

1. Niat

Ini adalah syarat wajib untuk melakukan sesuatu. Tak harus dilafadzkan, hanya perlu dikuatkan dalam hati bahwa kita akan menghafal Al-Qur'an.

Niat ini juga bisa diartikan sebagai cara untuk membuat target. Namun, jangan dulu membuat target yang muluk-muluk, misalnya sebulan harus hafal surah Al-Baqarah, dsb. Tidak salah memang, namun akan lebih baik jika kita mengawalinya dengan yang ringan dahulu. Cukup -misalnya- harus hafal minimal 2 ayat setiap selesai sholat wajib, atau satu halaman dalam sehari. 

2. Gunakan satu mushaf saja

Percaya atau tidak, dalam proses menghafal sebenarnya tidak melulu urusan otak (memori), namun visual juga sangat membantu. Dengan hanya menggunakan satu mushaf, secara tidak langsung kita juga akan menghafal bentuk huruf, jumlah baris, letak nomor ayat, dsb. Dan percayalah, itu akan sangat membantu.

3. Kombinasikan waktu

Sejatinya, semua waktu bisa digunakan untuk menghafal Al-Qur'an. Namun berdasarkan pengalaman, waktu petang dan subuh adalah yang terbaik karena keduanya memiliki "karakter" yang unik.

Waktu petang, yaitu sesaat sebelum dan sesudah sholat Maghrib memiliki karakter yang "ringan". Jika kita menghafal di waktu ini, maka hafalan kita akan lebih mudah masuk sekaligus lebih mudah lepas.

Sedang waktu subuh memiliki karakter yang "kuat". Menghafal di waktu ini, maka hafalan sulit masuk, namun sulit juga lepas.

Triknya, mulailah menghafal di waktu petang lalu ulangi lagi di waktu subuh. In sya' Allah hafalan kita akan lebih kuat.

4. Pengulangan

Sejujurnya, poin ini adalah poin yang paling sulit menurut penulis. Butuh komitmen level tinggi dan sedikit waktu senggang. Menghafal itu urusan mudah, menjaganya yang susah. Sebab, seberapa banyak pun hafalan kita, kalau tidak pernah diulang-ulang tentu akan lenyap juga.

Sebuah pepatah yang penulis ingat berbunyi, "Al-Qur'an itu lebih cepat lepas daripada ternak yang lepas dari ikatannya". Analoginya, seekor ternak yang terlepas dari ikatannya biasanya tidak akan langsung lari, namun hafalan Al-Qur'an yang tidak diikat dengan pengulangan, pasti akan langsung menguap.

5. Faktor non-teknis

Nah, selain dari faktor-faktor yang sudah disebut di atas, ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan ketika kita menghafal Al-Qur'an, yaitu: hindari maksiyat. Sebab selalu dikatakan bahwa Al-Qur'an dan kemaksiyatan tidak akan bisa bersatu. Salah satunya akan kalah, salah satunya pasti lepas.

Tambahan untuk poin no. 4

Jika Anda memiliki teman yang sama-sama dalam proses tahfidu 'l-Qur'an,  maka mengulang secara berpasangan jauh lebih menyenangkan. Jadi Anda membaca ayat pertama, lalu teman Anda membaca ayat kedua, kemudian Anda membaca ayat ketiga dan teman Anda ayat keempat. Dan begitu seterusnya.

Semoga bermanfaat.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 03, 2013

Monday, April 1, 2013

ujungkelingking - Mengawali April 2013, saya coba angkat lagi tema yang sudah sering dibahas di dunia blogging, yaitu tentang re-share, retweet, atau apalah istilah lainnya. Men-forward suatu tulisan, status atau artikel dengan maksud menyebarkannya kembali ke publik.

Fenomena ini sebenarnya sama dengan aktifitas copy-paste, hanya bedanya untuk re-share ini penulis asalnya sudah otomatis kelihatan.

Saya punya sedikit pengalaman menarik dalam hal ini.

Kemarin malam, saat saya membuka akun facebook saya, seorang teman menuliskan sebuah hadits yang indah berikut penjabaran singkatnya. Saya tertarik dengan status tersebut dan hampir saja saya men-sharenya kembali. Namun karena lebih kuat kantuk saya, akhirnya saya memutuskan untuk istirahat saja. Toh, nge-sharenya bisa besok pagi, pikir saya.

Pagi ini, karena kesibukan kantor yang cukup padat, saya baru mulai senggang sekitar jam makan siang. Saya teringat kalau saya belum nge-share status teman tadi malam. Namun sebelum itu, saya iseng untuk googling tentang status teman saya tersebut. Hasilnya, cukup mengejutkan, karena dari sekian hasil yang muncul ada satu tulisan yang dengan gamblang menyatakan bahwa hadits dari status teman saya tersebut adalah tidak benar alias palsu alias dusta!

Kejadian lain, pernah seorang rekan di Kompasiana menerima broadcast tentang acara penggalangan dana untuk anak yatim. Rekan ini pun langsung menforwardnya ke teman-teman yang lain. Belakangan disadari bahwa broadcast tersebut adalah hoax. Meski kemudian pihak panitia melakukan klarifikasi bahwa broadcast tersebut benar adanya dan bukan hoax, namun tak urung hal tersebut menimbulkan keresahan pada banyak pihak.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa adalah sangat bijak bila kita tidak terburu-buru dalam men-share status atau tulisan orang lain. Berhati-hati dalam menyebarkan sebuah berita, sebab langsung menforward tanpa ada kejelasan hal-ihwalnya adalah suatu langkah yang ceroboh.

Jangan sampai kita menyebarkan hal-hal yang salah dan provokatif. Jangan sampai orang lain menjadi salah dan malu karena sifat terburu-buru kita. Jangan sampai timbul hal yang fatal karena kebodohan kita.

Nge-share itu urusan kecil, tanggung jawab di belakangnya yang besar.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 01, 2013

Saturday, March 23, 2013

ujungkelingking - Ketika kita bertemu dengan seseorang biasanya kita menyapanya dengan menggunakan kalimat sapaan. Kalimat sapaan yang populer biasanya adalah selamat pagi, selamat siang, dsb.

Dalam dunia yang serba instan dewasa ini kita dituntut untuk mengerjakan sesuatunya dengan secepat dan sesingkat mungkin. Termasuk juga dalam menggunakan kalimat sapaan. Kalau dulu kita menyapa dengan "Selamat pagi", maka sekarang sudah disingkat menjadi "Met pagi" saja. Dan sering dijumpai "Met pagi" itupun dipotong lagi menjadi cukup dengan "Pagi".

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa yang dimaksud dengan "Pagi" dalam sebuah kalimat sapaan adalah "Selamat pagi", namun tentu saja -menurut hemat saya- tetap ada perbedaan yang sangat signifikan antara ucapan "Selamat pagi" yang diucapkan dengan lengkap dengan hanya "Pagi" saja.

Ucapan "Selamat pagi" mengandung maksud doa dan harapan agar orang yang disapa mendapat keselamatan di pagi hari tersebut. Sedangkan jika digunakan kata "Pagi" saja, tidak lain artinya hanyalah sebagai penunjuk waktu.

Ketika seorang pengajar masuk ke dalam kelas, lalu dia mengucapkan, "Selamat pagi, anak-anak!", maka pengertian yang timbul adalah: [Semoga kalian mendapat] keselamatan [di] pagi [ini], anak-anak.

Berbeda ketika yang diucapkan adalah, "Pagi, anak-anak!", karena arti yang muncul adalah: [Hari ini sudah] pagi, anak-anak.

Jadi, jika Anda ingin menyapa seseorang, akan lebih baik jika Anda menggunakan versi yang lengkap. Tidak ada ruginya mendoakan kebaikan bagi orang lain, sebab siapa tahu doa itu juga akan kembali kepada diri kita.

***

Bagi kita yang Muslim, tentu kalimat sapaan "Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh" adalah ucapan sapa yang paling komplit: Semoga keselamatan, rahmat dan berkah dari Allah tetap atas Anda. Sebuah doa yang amat sempurna, tidak "pelit" karena mencakup segala keadaan dan tidak berbatas waktu.

Dari Imran bin Al-Hushain radhiallahu anhu, dia berkata:


جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ عِشْرُونَ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ ثَلَاثُونَ

Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan, "Assalamu alaikum," Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Sepuluh pahala". Setelah itu ada orang lain yang datang dan mengucapkan salam, "Assalamu alaikum wa rahmatullah," Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk, maka beliau bersabda: "Dua puluh pahala". Setelah itu ada lagi orang yang datang dan mengucapakan salam, "Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh," Beliau membalas salam orang tersebut kemudian orang itu duduk. Beliau lalu bersabda: "Tiga puluh pahala".
[Abu Daud No. 5195, At-Tirmizi No. 2689, dan Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath (5/11), "Sanadnya kuat"]

Karena ucapan ini adalah sebuah bentuk ibadah juga, maka tidak boleh menggunakan lafadz-lafadz yang lain dari hadits di atas. Adapun untuk jawabannya adalah yang lebih komplit adalah lebih baik, atau setidaknya yang sama.


وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.
[An-Nisa': 86]

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, March 23, 2013

Wednesday, March 13, 2013

ujungkelingking - Banyak cerita banyak kisah yang mengajarkan kita tentang pentingnya berhati-hati di dalam berbicara. Ungkapan "Mulutmu, harimaumu" begitu akrabnya dalam keseharian kita. Sering kita jumpai ucapan-ucapan yang terlontar begitu saja tanpa kontrol sebelumnya sehingga menjadi ucapan yang menyakiti, melecehkan, membuat marah sebagian atau banyak orang. Tak terkecuali tayangan televisi kita. Betapa banyak acara-acara "live" di layar kaca dengan host-host yang -saya sebut saja- labil, latah dan terlalu muda untuk bertanggung jawab terhadap ucapannya.

Kita mungkin masih ingat beberapa waktu yang lalu Olga (di acara Dahsyat?) pernah "keceplosan" dengan statementnya yang menyatakan bahwa orang Islam identik dengan pengemis, kini giliran host dari acara sejenis, Inbox, yang melecehkan seorang perempuan tua di atas panggung!

Menurut KPI, kita simak, acara yang ditayangkan pada 7 Januari 2013 tersebut menampilkan para host yang memanggil seorang perempuan tua ke atas panggung.

Ketika perempuan tua tersebut naik, Andhika mengatakan, "Ini cewek Brazil? Yang beginian di lampu merah Gaplek banyak!"

Narji lalu menimpali, "Maaf ini Ibu, yang terbalik topinya apa mukanya?" (Monyong lu yang kebalik!)

Tak selesai, -karena dianggap lucu- Gading melanjutkan, "Ini sih bukan Brazil, (tapi) berantakan!"

Selain itu, Andhika juga memperlihatkan sebuah buku sambil mengatakan bahwa perempuan tua tersebut masuk ke dalam buku sejarah!

***

KPI dalam hal ini sudah melayangkan surat pemberhentian tayangan tersebut (yang sayangnya) untuk sementara dalam antara tanggal 6 - 20 di bulan ini.

Tentu masih banyak hal yang bisa dipakai untuk lucu-lucuan, usil-usilan daripada harus menabrak batas-batas norma dan kesopanan. Lucu memang, bagi dia. Tapi tidak bagi orang lain. Saya pribadi sangat mengkhawatirkan tayangan-tayangan semacam ini. Apalagi ditayangkan pagi hari ketika anak-anak masih di rumah.

Seperti yang pernah saya tulis dalam Dumay, Hilangnya Sebuah Etika, sepertinya "etika" juga sudah mulai banyak ditinggalkan di dunia nyata.

#Salam Miris
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, March 13, 2013

Monday, March 11, 2013

ujungkelingking - Kemarin, 10 Maret 2013, tepat 3 tahun usia anak pertama kami.

Bagi Anda yang aktif di ruang maya, -Kompasiana, misalnya- rentang waktu 3 tahun bukanlah masa yang singkat. Banyak hal cerita sudah terjadi, banyak hal yang sudah dilalui. Namun bagi kami, 3 tahun masihlah terlalu pagi untuk mengatakan 'banyak sudah terjadi'. Karena, lebih banyak lagi yang akan terjadi.

Saya merasa bahwa kami -orangtuanya- baru saja mulai memposisikan kaki kami di garis start. Belum mulai berlari. Kami merasa "hanya" sudah memutar kunci ON. Namun mesin belum lagi menyala, roda belum lagi berjalan.

Sabtu malamnya, saya iseng-iseng coba bertanya kepada anak saya, "Kakak minta dibelikan hadiah apa?". Anak saya langsung menyahut, "Buku!". Wah, fenomenal ini! Padahal dugaan saya sebelumnya, paling-paling anak saya akan minta dibelikan es krim, atau wafer coklat kesukaannya. Ibunya lantas menyambung, "Minta dibelikan buku apa?". Sebelum ibunya memberikan opsi, anak saya cepat menjawab, "Buku cerita!". Hehe,

Untuk ukuran anak seusianya, anak saya memang tergolong anak yang aktif. Lincah, meski sering bikin sebal dan kuatir ibunya.

Usia 11 bulan Zaki sudah bisa berjalan. 2,5 tahun sudah bisa membaca, tanpa eja. Menulisnya juga diberbagai tempat: spidol di lantai, krayon di tembok, mouse di paint, keyboard di power point, dan... kemarin saya baru menyadari rupanya Zaki sudah bisa mengetik SMS, padahal hape saya tidak menggunakan keyboard QWERTY.

Daya serapnya memang sangat bagus. Disinilah kami menyadari bahwa tugas kami semakin berat ke depannya. Sebab sepintas melihat atau sekali mendengar, akan terbawa hingga dia besar.


Namun, segala harapan-harapan kami terbatasi dengan kelemahan manusiawi kami. Banyak hal yang luput dari pengawasan kami, banyak tempat yang lepas dari penjagaan kami. Dan keteladanan yang kami punya pun masih jauh dari sempurna.

Karena itu, tak muluk-muluk doa kami untukmu. Perbaguslah keislamanmu, agar ketika nanti kami mengahadap Rabb-mu, kami bisa menegakkan kepala kami seraya mengatakan, "Amanah-Mu sudah kami tunaikan."


رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. [Ibrahim: 40]


Jagalah sholatmu

Note: Setiap kelebihan menyimpan kekurangan. Sampai saat ini Zaki:
  • Belum bisa menggunakan motorik kasarnya (menggenggam, menangkap, menggunting, dsb.) dengan baik.
  • Belum mau berbagi dengan adiknya. Kepunyaan adiknya adalah kepunyaannya, tapi tidak berlaku sebaliknya, haddeeehhh...
  • Belum bisa bersabar. Apa yang diinginkan harus saat itu juga, orang jawa bilang 'sak dhek sak nyet'.
  • Moody. Kalau sudah ngambek bisa sampai seharian, dan susah banget dibujuk.
  • dsb. (akan ditambahkan selanjutnya: kalau ingat)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, March 11, 2013

Thursday, March 7, 2013

ujungkelingking - Dalam surah An-Nahl ayat 43 tersebut,


وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl: 43]

'Ahli dzikir' pada ayat di atas kerap diartikan sebagai orang yang memiliki pengetahuan; orang yang berilmu di bidangnya. Padahal ada suatu kaidah berbunyi, "hukum awal dari sebuah (arti) kata adalah arti secara harfiahnya". Maka untuk menetapkan arti yang lain dari arti denotasinya, dibutuhkan sebuah dalil.

An-Nahl ayat selanjutnya berbunyi,


بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Keterangan-keterangan (mu'jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu adz-dzikrah (Al-Qur'an) agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. [An-Nahl: 44]

Di ayat ini Allah subhanahu wa ta'ala menggunakan nama 'adz-dzikrah' untuk menyebut Al-Qur'an. Maka korelasinya dari ayat sebelumnya -tentu- yang dimaksud dengan 'ahli dzikir' itu adalah ahlu 'l-Qur'an atau orang yang mengerti dan paham tentang Al-Qur'an, sebutan yang paling umum adalah para Ulama'.
(Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/571-572)

Sedang tentang 'majelis dzikir', Imam Al-Qurthubi menjelaskan, "Majelis dzikir adalah majelis ilmu dan nasehat (peringatan). Yaitu majelis yang diuraikan padanya firman-firman Allah, sunnah Rasul-Nya, dan keterangan para salafus shaleh serta imam-imam ahli zuhud yang terdahulu..." (Fiqh Sunnah 2/87)

Hujjatul Islam -Imam Al-Ghazali- mengatakan, "Yang dimaksud dengan majelis dzikir adalah: tadabbur Al-Qur'an, mempelajari agama, dan menghitung-hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita." (Faidhu 'l-Qadir 5/519)


Penyebutan 'ahli dzikir' memang lebih menarik perhatian, kenapa harus ahli dzikir?

Kita tahu bahwa isi dari Al Qur’an bukan hanya berkisah tentang orang-orang terdahulu, akan tetapi tiap rangkaian kata yang dipakainya mempunyai arti yang amat luas dan dalam. Karena itu tidak semua orang bisa dan bebas men-terjemahkannya ke dalam bahasa lain karena dibutuhkan disiplin ilmu tertentu.

Di dalam surah Ali Imraan ayat 190-191 dijelaskan bahwa ahli dzikir itu adalah ulil albab, yang diterjemahkan sebagai ‘orang-orang yang berakal’,


إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [Ali Imraan: 190]

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". [Ali Imraan: 191]


Maka logikanya dengan An-Nahl: 43 adalah bahwa jika bertanya, bertanyalah kepada orang yang berakal, bukan kepada orang yang tidak berakal.

Kenapa tidak diartikan kepada ‘orang yang memiliki ilmu pengetahuan’ saja?

Pada dasarnya ilmu pengetahuan itu luas sekali. Dan jika yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang ahli dalam ilmu pengetahuan –selain ulama’- maka mereka mungkin hanya tahu hal-hal yang kasat mata saja, hanya tahu hal-hal yang dapat terjangkau oleh sains mereka. Lebih dari itu, tidak.

Mereka mungkin juga tahu mana yang baik (haq) dan mana yang bathil, namun belum tentu mereka mengamalkannya. Seorang koruptor, misalnya, mereka bukanlah orang-orang yang tidak berpendidikan. Mereka adalah orang-orang yang paham hukum. Namun, justru karena ilmu yang dimilikinya mereka mampu melakukan korupsi.

Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam bersabda,

“Perbedaan antara orang berdzikir dan yang tidak adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.” [Bukhari, Muslim dan Baihaqi]


Cukup jelas dan tegas perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah ini. Jika dilogikakan kembali dengan An-Nahl: 43, jika bertanya, maka bertanyalah kepada orang yang hidup, bukan kepada “orang mati”!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, March 07, 2013

Friday, March 1, 2013

ujungkelingking - Tentu pertanyaannya tidak bisa dibalik, “jadi tua apakah harus bijak?”. Kok rada aneh jadinya.

Jika judul di atas yang ditanyakan kepada saya, tentu jawaban yang paling mudah adalah, “idealnya seperti itu”. Maksudnya adalah bahwa semakin tua usia seseorang “seharusnya” semakin dewasa dan bijaksana ia.

Tapi ada kok yang sudah tua tapi masih childish. Ada kok yang umurnya masih muda tapi sudah bijaksana banget.

Kembali lagi ke jawaban paling mudah -idealnya- bahwa semakin banyak seseorang makan asam-garam kehidupan dia lebih punya peluang untuk menjadi bijaksana. Tapi apakah tua pasti bijaksana? Tergantung, apakah dia bisa mengambil pelajaran dari asam-garam itu.

Nah, karena kebijaksanaan itu erat kaitannya dengan cara berpikir, yang proses berpikir itu melibatkan kerja otak, maka disinilah kebijaksanaan itu bisa dilatih.

Idem dengan apa yang ditulis oleh salah seorang Kompasianer, Irsyal Rusad*, bahwa menurut penelitian otak itu seperti otot. Untuk meng-upgrade-nya dibutuhkan latihan yang kontinyu, sejak dini. Tapi berbeda dengan otot yang memiliki batas maksimal -yang jika dilanggar bisa mengakibatkan cedera- otak tidak akan menjadi rusak karena dirangsang dengan belajar dan berlatih.


Lantas bagaimana kita melatih otak agar dapat berpikir bijak?

Sementara ini, yang bisa saya tangkap dari para senior-senior, sebagai langkah awal adalah menahan diri dari marah. Sumpah, kalau untuk yang satu ini susahnya setengah mati! Apalagi untuk saya yang orangnya ngambek’an (hehe, yang ini mudah-mudahan gak ada yang percaya)…

Tapi harus dilatih.

Saat menghadapi suatu kejadian yang “mengharuskan” kita marah cobalah untuk menahannya dulu, jangan langsung dilepas. Kemarahan menghalangi kita berpikir panjang. Namun dengan mencoba menahannya menjadikan kita bisa melihat dengan lebih jernih. Dan pikiran yang jernih akan membuat kita bisa menghasilkan jawaban, balasan, dan reaksi yang tepat.

Jadi jika pertanyaannya, apakah menjadi bijak harus menjadi tua dulu? Jawabannya, tergantung seberapa cepat kita berlatih.


Salam (mudah-mudahan) bijak.



*http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2013/02/28/makin-bodoh-jangan-salahkan-usia-anda-537988.html
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, March 01, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!