Wednesday, November 20, 2013

ujungkelingking - Air tidak mengalir ke hulu, kata-kata tersebut saya dapatkan dari postingan seorang teman. Maksud dari kata-kata itu adalah bahwa apa yang terjadi pada anak-anak kita -tentang perilaku, kebiasaan dan karakternya- sedikit banyak mewarisi dari perilaku, kebiasaan dan karakter kita sebagai orangtuanya.

Sebuah teori psikologi menyebutkan bahwa naluri dasar manusia akan meniru -setidaknya mencoba meniru- dari orang lain hal-hal yang dianggapnya menarik. Hal yang menarik ini bisa berarti lucu, unik atau dianggap bermanfaat bagi dirinya. (Albert Bandura, 2009).

Pun begitu dengan anak-anak kita. Mereka akan meniru dari apa yang sering dilihatnya. Kita sebagai orang yang lebih banyak bersinggungan dengan mereka tentulah menjadi obyek tiruan yang paling mudah bagi mereka.

Hanya kemudian masalah yang timbul adalah bahwa anak-anak itu masih belum dapat memilah mana perilaku yang benar-benar bermanfaat bagi mereka dan mana kebiasaan yang tidak perlu ditiru. Semua yang mereka lihat dari kita akan mereka tiru. Hal-hal tersebut ditangkap dan disimpan di dalam memori mereka, dan dalam situasi yang lain dapat dimunculkan kembali. Mungkin secara utuh (recall) atau bisa juga sudah mengalami penambahan dan pengurangan sebagian (recognize). Dengan kata lain, apa yang dipelajari anak-anak ini hanyalah pola atau intinya saja.

Contoh sederhananya, jika kita sering -misalnya- berkata-kata kotor terhadap istri atau saudara-saudara kita, anak-anak itu mungkin tidak akan ikut-ikutan berkata kotor kepada istri atau saudara kita. Akan tetapi bisa jadi mereka menjadi suka memaki teman-temannya atau guru-gurunya.

Atau ketika candaan televisi dengan menyebut anggota tubuh tertentu kita anggap sebagai sesuatu yang lucu, bukan tidak mungkin pelecehan-pelecehan itu akan diadopsi oleh anak-anak untuk dipraktekkan kepada orang-orang di sekitarnya.

Tidak sama persis, namun intinya sama.

Lalu bagaimana kita sebagai orangtua menyikapi hal seperti ini?

Benar, jika sebuah kata bijak mengatakan bahwa anak-anak kita bukanlah kita. Mereka tidak sedang hidup di jaman kita. Karena itu menjadi hal yang jamak ketika mereka tidak sama persis dengan kita. Pola pengajaran dan lingkungan yang berperan membentuk karakter mereka.

Saya kemudian membuat -katakan saja- sebuah pengandaian. Ketika anak kita lahir, dia sebenarnya adalah orang lain. Dia adalah individu yang sama sekali di luar kita. Baik dia ataupun kita tidak saling mengenal. Kemudian, karena dia tinggal di lingkungan kita dan mengikuti pola pengajaran kita, maka seperti teori di atas, dia mulai meng-imitasi perilaku dan kebiasaan kita. Jadilah kemudian ia dikatakan "mirip" dengan kita.

Maka kemudian persoalan membentuk karakter dan kepribadian anak ini adalah sebuah persoalan yang sama sekali mudah. Jawabannya kita semua sudah tahu. Hanya bagaimana kemauan dan kerja keras kita yang sekarang untuk membentuk karakter dan kepribadian kita.

Air tidak mengalir ke hulu, kata teman saya. Jadilah kita "air" yang jernih dan bersih, maka in sya Allah yang di bawah akan ikut jernih.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, November 20, 2013
Categories:

46 comments:

  1. Apa yg orangtua lakukan, pasti anak akan meniru, itu pasti :D

    ReplyDelete
  2. ini sama dengan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ya mas... ? wah saya belum bisaa ngomong apa apa mas kalau soal kehidupan.. saya masih terbilang muda.. (cie sok muda dikit ah ) hehehehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. lah kan sekarang lagi hidup, mas? h-haaa...

      teorinya sederhana kok (teorinya loh ya!):

      [tujuan anda di depan apa] - [apa yg sudah dilakukan] = [yg harus dilakukan skg]

      :)

      Delete
    2. ini yang perlu saya catat dan kemudian saya laksanakan

      Delete
    3. putar haluan dan bubarkan barisan

      Delete
  3. jangan sampai menunjukan tingkah yang kurang baik di depan anak ya pak hehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kok katanya, mas? serius ini! *sambil ngemut mouse

      Delete
    2. saya malah ngeloni kompor ini mas

      Delete
    3. sebenarnya tidak hanya saat di depan anak saja.. di depan ibuknya juga harus bersikap baik. klo nggak bakalan dilempar dandang ama wajan sama ibuk lho.....

      Delete
    4. hahaha..kalau tidak bersikap baik sama ibuke mana dapat jatah

      Delete
  4. sama dengan buah jatuh tak jauh dari pohonnya ya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul. atau guru kencing berdiri, murid kencing berlari...

      Delete
  5. begitulah kekuasaan Allah dengan keturunan, gen nya kan emang dari orang tuanya, tentu ngga bakalan jauh-jauh dari model dan gaya orang tua mereka, tinggal moles dikit-dikit doang, yang jelek-jeleknya di amplas, yang bagus-bagusnya diasah supaya lebih bagus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini kata motivasi keren yang pernah saya dengar

      Delete
    2. Setuju, mas Agus. Jd kayak modifikasi motor...

      Delete
    3. betul betul kompresor yang handal

      Delete
    4. jangan lupa diolesi oli yah...supaya putarannya moronyoy nesplong geto deh...

      Delete
    5. tiap kali gituan pakai oli kali kang....kalau gak pakai oli mana jalan motor c70 saya

      Delete
  6. Susah juga ya gan mendidik anak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. susah2 gampang, mas. kl kitanya gak bener y kyknya susah beneran deh, h-hiii...

      Delete
    2. padahal yang biasa cuhat itu-kan kang budi...halaaaaa

      Delete
  7. baik, saya harus mulai berhati-hati dalam berbicara dan bersikap.
    salah dikit bisa mbreset anak saya, luput suwuk basa inggrisnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. kita kan memang harus memaksimalkan usaha kita toh, mas. selebihnya, barangkali itu takdir. :)

      Delete
    2. jangan pasrah gitu dong mas, hehehehe

      Delete
  8. ibu dan ayah menjadi model pertama untuk anak-anak ikuti.. melihat sikap anak-anak pasti kita sudah dapat membayangkan bagaimana sikap orang tuanya..

    ReplyDelete
  9. saya dri ingusan sudah berpisah jarak ma orang tua mas,,,,
    jadi bgung g thu ikut spa n mudah terpengaruh aja

    ReplyDelete
  10. Replies
    1. kebiasaan kang zach.. baca judul langsung komentar
      #ziiiing menghilang

      Delete
    2. jiahhh, kan masih on the way, mas Bud... #paling

      Delete
  11. bener banget, anak-anak sangat mudah terpengaruh. Ponakan saya umur 3 tahun malah sudah tau ucapan2 yg biasa diucapkan orang dewasa, pengaruh dari anak-anak tetangga yang jauh lebih besar dari nya...., setelah itu kami lebih proteks pergaulannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Proteks pergaulan, kelihatannya istilah yg "kejam" ya? Pdhl, dlm kasus tertentu, mau gak mau hal itu harus dilakukan.

      Delete
  12. seperti kata pepatah ya mas, buah jatuh nggak jauh dari pohonnya..klo duren sdah cepet2 saya ambil :)
    kalo saya mengibaratkan, anak seperti sebidang tanah, orang tua sebagai petaninya yg menanam bibit perilaku, apa yg dituai nanti bergantung proses pmeliharaannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kl ada durian jatuh, kita sebaiknya tdk sedang berada di bawahnya... :)

      Tp menarik juga pengibaratannya. Jd jika anaknya mbandel, jangan langsung menyalahkan sang anak. Siapa tahu ada pengajaran kita yg salah.

      Delete
  13. perilaku orang tua pasti akan ditiru anaknya, dan bukannya orang tua meniru perilaku anaknya, hehehe :)
    nice sharing ^^

    ReplyDelete

Komentar Anda tidak dimoderasi.
Namun, Admin berhak menghapus komentar yang dianggap tidak etis.

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!