Saturday, May 21, 2011

ujungkelingking - Ada sebuah kisah. Saya masih ingat betul kisah ini diceritakan oleh bapak saya sewaktu saya masih kecil. Sebuah kisah yang -ketika dewasa baru saya tahu- benar-benar sebuah kisah yang fiktif, begitu non-sense, tapi kisah ini mengajarkan bahwa kita semua saling terkait. Tidak ada yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Kisah ini juga mengajar kepada kita untuk mensyukuri segala yang kita punya.

Baiklah, saya akan mulai cerita ini. Tapi akan lebih afdol kalau saya mulai dengan…

Dahulu kala,

Ada seorang laki-laki yang pekerjaan sehari-hari sebagai tukang pemecah batu. Bertahun-tahun dijalaninya pekerjaan itu. Sampai suatu ketika, ia melihat ada rombongan pejabat melewati daerah tempat dia bekerja. Para rombongan itu begitu mewahnya pakaian yang dikenakan. Kuda-kuda mereka adalah kuda-kuda yang gagah dan elok. Dan setiap mereka melewati suatu daerah, orang-orang yang kebetulan ada di tempat itu harus menundukkan kepalanya menunjukkan penghormatannya.

Laki-laki pemecah batu itu pun terpesona dengan kemewahan dan kehebatan para pejabat itu. Dia ingin menjadi seperti para pejabat itu. Yang memakai baju mewah, kendaraan yang elok, dan dihormati dimana-mana.

Rupanya tuhan mengabulkan keinginannya.

Beberapa waktu berselang, laki-laki pemecah batu ini pun telah menjadi seorang pejabat yang kaya raya. Tak pernah lagi ia mengenakan baju-baju lusuhnya. Mau kemana pun ada kuda dan pengawal yang selalu siap untuknya. Dan tidak ada seorang pun  yang berani mengangkat wajah dihadapannya. Benar-benar sebuah kehidupan yang diharap-harapkannya.

Namun dalam suatu perjalanannya, laki-laki ini melewati sebuah daerah yang sangat gersang. Tak ada pohon-pohonan disana. Panas sangat menyengat. Payung yang menaunginya tak sanggup menahan teriknya matahari. Apalagi pakaian yang dikenakannya menggunakan logam-logam sebagai hiasannya, alhasil, laki-laki ini begitu tersiksa dengan keadaannya. Maka dia berpikir tentu lebih enak menjadi matahari. Dia lebih berkuasa, karena pejabat yang dianggapnya paling berkuasa pun pasti menyerah dengan panas matahari. Maka ia pun berharap dapat menjadi matahari.

Rupanya tuhan juga mengabulkan keinginannya.

Dia kemudian berubah menjadi matahari. Dia begitu bersemangat memberi panas pada semua yang ada di bawahnya. Dia merasa senang dengan keadaannya. Namun tidak lama. Karena kemudian datang awan mendung menutupi dirinya. Panasnya menjadi tidak sampai ke bawah.

Dia kemudian berpikir, ternyata masih lebih enak menjadi awan mendung karena dia bisa mengalahkan panasnya matahari. Dia pun berharap menjadi mendung.

Tuhan lagi-lagi mengabulkan harapannya.

Dia menjadi mendung, menutupi panas matahari. Sekaligus menurunkan hujan. Dia berpikir lagi, mungkin lebih enak menjadi hujan. Apapun menjadi basah karenanya.

Dia pun menjadi hujan.

Mulai senang dengan keadaannya, ia membasahi semua yang bisa dijangkaunya. Ia menjadi sangat deras hingga mampu menumbangkan pepohonan. Tapi ada satu benda yang tak bergeming meski ditempa deras airnya.

Batu!

Ya, batu itu begitu kuat. Tak bergeser sedikit pun. Maka ia yakin batu adalah benda yang paling kuat. Ia kemudian memilih menjadi batu.

Tapi tiba-tiba seorang pemecah batu datang. Dan mulailah orang itu memecahi dirinya.

Maka ia pun berharap untuk menjadi tukang pemecah batu.

Begitu sederhana cerita ini. Tapi begitulah manusia…

***

Menukil apa yang pernah disampaikan Rasulullah, bila manusia diberi dua bukit emas, maka mereka akan mencari bukit yang ketiga.

Wallahu a’lam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, May 21, 2011
Categories:

0 comments:

Post a Comment

Komentar Anda tidak dimoderasi.
Namun, Admin berhak menghapus komentar yang dianggap tidak etis.

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!