Friday, November 29, 2013

ujungkelingking - Banyaknya jenis game online yang ada di pasaran, mau tidak mau membuat kita -para orangtua- merasa cemas. Bagaimana tidak, game-game yang menjadi "santapan" bagi anak-anak di bawah umur itu justru tidak cocok bagi perkembangan mental mereka. Tidak sedikit dari game-game itu yang menampilkan kekerasan, pengerusakan, sampai yang menyerempet ke masalah seksual.

Nah, kali ini saya ingin membagikan sebuah game online yang mudah-mudahan bisa menjadi pilihan bagi anak-anak kita. Bagi mereka para game-mania pastinya sudah tak asing lagi dengan permainan ini.

Adalah Physics Games, sebuah game online yang dari namanya saja kita tahu bahwa permainan ini didasarkan pada teori-teori fisika. Berbeda dengan game online lain yang saya singgung di atas, game ini sangat cocok diperkenalkan kepada anak-anak kita untuk melatih daya nalar dan logika mereka.
Ada banyak judul game dari beberapa kategori yang bisa dipilih. Dalam 99 Bricks misalnya, permainan serupa Tetris ini membuat kita harus menata tumpukan batu bata se-presisi mungkin. Sebab jika kita sedikit saja meleset, bisa membuat tumpukan yang di atas tidak tegak lurus, ujung-ujungnya tumpukan itu bisa roboh.
Lalu dari kategori 'Construction' ada yang berjudul Cargo Bridge. Dalam permainan ini kita akan diminta membuat sebuah jembatan dengan jumlah kayu yang terbatas. Kita akan diminta berpikir bagaimana membuat jembatan yang kokoh dengan bahan baku seminimal mungkin.
Ada pula Perfect Balance yang mengharuskan kita menata beberapa bentuk sehingga seimbang dan tidak jatuh. Atau memindahkan tumpukan kado dari bawah ke lantai 2 dalam Stackle.

Penasaran? Atau tertarik mencoba? Langsung aja ke: www.physicsgames.net

Selamat bermain!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, November 29, 2013

Thursday, November 28, 2013

ujungkelingking - Mungkin banyak yang belum pernah mendengar istilah NETTITUDE, meski saya yakin kita semua sudah melakukannya. Istilah ini tiba-tiba muncul begitu saja dan tidak jelas kapan istilah ini pertama kali diperkenalkan.

Istilah NETTITUDE terbentuk dari kata "netter's" dan "attitude". Arti mudahnya adalah etika atau kesopanan dalam ber-internet. Banyak sebetulnya yang bisa dijabarkan dari definisi ini. Namun agar tidak meluas, saya akan membatasi dalam hal berkomentar atau membalas komentar saja.

*Kang Cilembu, dan yang sealiran konslet lainnya diharap minggir.

Ada beberapa etika yang perlu dipatuhi oleh setiap netter atau blogger dalam hal berkomentar atau membalas komentar. Bukan masalah boleh atau tidak, namun etika adalah soal santun dan tidak santun.

Jangan menggunakan Capslock total

Huruf kapital bisa digunakan untuk menegaskan atau menjelaskan sesuatu yang amat penting, namun jangan serampangan menggunakannya.

Meski bagi sebagian orang penggunaan huruf besar ini lebih nyaman di mata, namun tidak begitu bagi pembaca yang lain. Penggunaan huruf kapital secara full bisa bermakna bahwa penulis komentar sedang marah besar. Dan jika orang lain mengira kita seorang yang pemarah, tentu tidak baik untuk hubungan selanjutnya.

Perhatikan ejaan dan tanda baca yang benar

Saya tidak menganjurkan kita harus perfeksionis. Namun dengan penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar bisa meminimalisir orang lain dari salah mengerti terhadap maksud kita. Jika harus menyingkat kata, gunakan singkatan yang umum sehingga orang lain pun paham.

Kita sadari bersama bahwa berhubungan di dunia maya tidak sama dengan di dunia nyata. Di dunia online, kita tidak bisa melihat ekspresi wajah ataupun intonasi suara orang yang berinteraksi dengan kita. Maka, satu-satunya petunjuk kita adalah deretan huruf-huruf yang membentuk kata itu. Jadi bila kita salah dalam penulisan bisa berakibat salah pula orang lain di dalam menilai kita.

Hindari mem-bully dan menyinggung agama dan golongan tertentu

Tentu berbeda perspektifnya bila kita sedang dalam diskusi tentang agama atau golongan. Namun, andai harus menyebut-pun hendaklah secara proporsional. Maksud saya, tidak perlu sebutan golongan atau agama tersebut diberi embel-embel yang menyinggung perasaan.

Berbeda pendapat itu lumrah. Hanya bagaimana kita menyatakannya dalam kata-kata, itu yang penting. Kalimat lembut dan sopan biasanya lebih bisa diterima daripada ungkapan yang sifatnya mendiskreditkan.

Hindari berkomentar singkat dan absurd

Nah, kalau yang ini sih saya banget h-hee...

Bila memungkinkan berkomentarlah dalam beberapa kalimat, dan sesuaikan dengan topik yang sedang dibahas. (Tentu tips yang terakhir ini tidak diperuntukkan bagi yang beraliran konslet dan dedengkot-dedengkotnya, h-hiii).

Hindari berkomentar misalnya, "Nice!", "Mantap!", dan sejenisnya, karena selain terlalu singkat juga tidak jelas apa maksud si komentator. Bila kita tidak paham dengan isi artikel namun ingin memberikan apresiasi terhadap tulisan tersebut, kita bisa menggunakan fungsi LIKE, +1 atau (kalau blog ini) bisa pakai tombol Share.

Semoga bermanfaat!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, November 28, 2013

Tuesday, November 26, 2013

ujungkelingking - Whoaa.. sudah hampir seminggu-an blog saya ini mengalami booting alias bolong posting. Bukan tanpa sebab, pekerjaan kantor yang memanggil-manggil menuntut diselesaikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya membuat saya -jangankan blogwalking atau membalas komentar- membuka blog aja rada males.

Nah, sekarang saya mau menulis hal yang lagi update. Apalagi kalau bukan Polwan yang kini sudah boleh berjilbab.

Setelah sempat mengalami polemik beberapa waktu yang lalu, akhirnya mulai kemarin institusi ini secara resmi telah mengizinkan Polwan-nya mengenakan jilbab ketika bertugas. 

Namun pengesahan ini juga bukan tanpa masalah. Saat "pelarangannya" dulu yang sempat menuai pro dan kontra, maka ketika diperbolehkan banyak yang setuju dan tidak sedikit pula yang menyayangkan langkah Polri ini. Diantara mereka beranggapan bahwa Polwan yang mengenakan jilbab akan berkurang mobilitas dan kredibilitasnya.

Kita semua tentu paham Islam melalui syariatnya mewajibkan jilbab kepada perempuan-perempuan muslim. Maka di sinilah dilemanya. Kepolisian adalah sebuah lembaga formal yang berdiri di atas simbol publik. Sebagai publik, ia tidak boleh memiliki keberpihakan terhadap golongan atau agama tertentu. Maka dari itulah, Polri tidak berhak mewajibkan para anggotanya untuk berjilbab. Begitu juga Polri tidak bisa melarang mereka yang ingin berjilbab, karena hal itu akan mencederai hak asasi berkeyakinan.

Dan jalan tengah inilah yang diambil Polri: mempersilahkan. Kepada mereka yang ingin dan merasa nyaman memakai jilbab, maka tidak dilarang mengenakannya. Pun bagi mereka yang tidak sreg berjilbab, dipersilahkan menanggalkannya. Dan karena sifatnya hanya "boleh pakai-boleh tidak", maka berjilbab bagi para Polwan ini bisa dikatakan hanyalah atribut atau aksesoris semata. Ini akan sama dengan bila Polwan yang non-muslim mengenakan kalung salib, rosario, dsb. Tidak akan ada masalah.

Lalu apa hubungannya dengan judul postingan saya di atas yang menyatakan bahwa saya menolak jilbab?

Sederhana saja, mas-mas dan mbak-mbak... Saya ini laki-laki tulen. Dan karena itulah saya tidak akan memakai jilbab. Tidak akan pernah. Dan sampai kiamat pun saya akan menolak mengenakan jilbab.

*Sumpah, ini serius.

#PostinganAbalAbal
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, November 26, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!