Saturday, March 24, 2012

ujungkelingking - Kali ini, penulis akan coba membahas 2 fungsi yang berbeda, namun bisa menghasilkan result yang sama. Akan tetapi, nanti, di akhir tulisan ini Anda akan bisa membedakan dalam suatu kasus tertentu harus menggunakan fungsi yang mana.

Kedua fungsi tersebut adalah: REPLACE dan SUBSTITUTE.

Keduanya bisa digunakan untuk mengganti suatu karakter pada suatu text dengan karakter yang lain. Cara penulisannya dalam rumus adalah dengan meletakkan karakter yang dimaksud ke dalam tanda petik-atas ("..."). Fungsi ini juga bisa digunakan untuk menghilangkan suatu karakter dengan cara menggantinya dengan karakter "tidak ada", yang penulisannya bisa dilakukan dengan meletakkan tanda petik-atas tanpa karakter apapun di dalamnya ("").

Sebagai contoh, Anda ingin menghilangkan sebuah tanda titik pada kata PT. Abcd. Dengan menggunakan kedua fungsi tersebut, akan di dapat hasil yang sama seperti berikut,

dengan fungsi REPLACE
dengan fungsi SUBSTITUTE

Meski hasil yang ditampilkan sama persis, akan tetapi -seperti yang Anda lihat- keduanya menggunakan format penulisan rumus yang berbeda. Format dari SUBSTITUTE adalah SUBSTITUTE(text; old_text; new_text; [instance_num]), yang dengan bahasa sederhananya adalah;
  • text, adalah text asal atau sel sumber
  • text_old, adalah karakter yang hendak Anda ganti
  • new_text, adalah karakter pengganti
  • [instance_num], urutan karakter yang akan diganti tersebut (ini, bila karakter yang akan diganti ada lebih dari satu dalam sel tersebut)
Sementara REPLACE menggunakan rumusan REPLACE(old_text; start_num; num_chars; new_text), yang terjemahannya adalah;
  • old_text, adalah karakter yang akan diganti
  • start_num, adalah posisi dari karakter tersebut
  • num_chars, banyaknya jumlah karakter yang akan diganti, dimulai dari start_num
  • new_text, karakter pengganti 
Nah, dengan ketentuan seperti yang tersebut di atas maka tentu kedua fungsi ini kemudian memiliki tugas berlainan. Dalam contoh dengan lebih banyak data akan terlihat perbedaan keduanya. Kedua kasus di bawah ini akan memperjelas keadaan.

Contoh 1: Menghilangkan tanda titik


Dalam kasus di atas, posisi tanda titik adalah tetap, yaitu selalu berada pada karakter ketiga. Karena itu, Anda bisa menggunakan fungsi REPLACE, lalu kemudian lakukan dragging ke bawah.
Dan hasilnya,



Contoh 2: Menghilangkan tanda titik


Dalam contoh kedua ini, tanda titik letaknya tidak pasti. Kadang berada di urutan kedua, kadang ketiga, dsb. Maka Anda tidak bisa menggunakan fungsi REPLACE disini. Anda, harus menggunakan SUBSTITUTE, karena yang kita sasar adalah "titik"nya dan bukan "karakter ketiga"nya.



Nah, itulah perbedaan dari keduanya. Tergantung di situasi mana Anda menggunakannya.

Semoga bermanfaat! 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, March 24, 2012

Thursday, March 22, 2012

ujungkelingking - Menjawab pertanyaan salah seorang Kompasianers atas postingan sebelumnya tentang Memunculkan Fungsi Terbilang Pada Excel yang penulis posting di Kompasiana*, tentang bagaimana cara menambahkan tanda kurung pada hasil fungsi tersebut.

Sebenarnya bisa saja dilakukan dengan menambahkan rumus sehingga menjadi,

=terbilang(A1)&")"

Hanya masalahnya nanti yang tampil cuma tanda kurung tutup saja (tanpa tanda kurung buka).


Nah, untuk mengatasi -atau lebih tepatnya- mensiasati hal tersebut kita masukkan saja fungsi ini: CONCATENATE.

Caranya, masukkan tanda kurung buka "(" pada sel B1 dan tanda kurung tutup ")" pada sel D1. Selanjutnya kita tinggal menggabungkan ketiga sel tersebut sehingga hasil akhirnya menjadi seperti yang tampil pada sel C2 berikut,



Nah, bagaimana? Memang sepertinya bukan jawaban yang benar, tapi -setidaknya- ini menyelesaikan masalah, bukan?

Semoga bermanfaat!


*http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2012/03/22/tips-memunculkan-fungsi-terbilang-pada-excel/
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, March 22, 2012
ujungkelingking - Jika Anda kebetulan bekerja di bagian Accounting, Sales atau Taxes, tentunya Anda sering mengetikkan sejumlah nominal berikut terbilangnya. Nah, jika yang diketikkan hanya beberapa saja tentu tidak begitu menyulitkan. Tapi bagaimana jika yang harus diketikkan jumlahnya puluhan -atau lebih, yang akan selalu ada kemungkinan salah ketik? Tentu akan merepotkan dan makan waktu jika Anda harus mengoreksinya satu persatu. Karena itulah kita membutuhkan fungsi Terbilang yang pastinya akan lebih memudahkan pekerjaan Anda.

Langsung saja, ya!

Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah download file terbilang.xla ini, lalu simpan di sembarang  folder di komputer Anda.

Selanjutnya untuk mengaktifkan file tersebut, buka lembar kerja excel Anda, lalu lakukan salah satu langkah berikut;

(a) Jika Anda pengguna windows 2003, Anda bisa langsung masuk menu Tools > Macro > Security. Pada Security Level pilih Low.


Selanjutnya masuk kembali ke menu Tools > Add-Ins. Klik tombol browse, lalu ambil file terbilang.xla yang sudah di download di atas.



(b) Jika Anda kebetulan menggunakan windows 2007, Anda bisa langsung klik kanan tombol berbentuk bulat yang berada di sebelah kiri-atas layar komputer Anda. Pilih Excel Option. Lalu cari Add-Ins, dan browse file terbilang.xla yang telah Anda download.



Selesai.

Dan untuk menggunakan fungsi ini, masukkan syntax =terbilang(sel_yang_berisi_angka).
Sebagai contoh, pada sel A1 kita masukkan sejumlah angka, maka pada sel B1 kita masukkan rumusnya,

=terbilang(A1)

lalu akan diperoleh hasil seperti ini,


Hasil dari fungsi tersebut kemungkinan berupa huruf kapital semua. Jika Anda tidak suka, Anda bisa mengkombinasikannya dengan fungsi proper.

=proper(terbilang(A1))

sehingga hasilnya akan menjadi seperti di bawah ini,




Note.
Bila ternyata di belakang hasil fungsi tersebut tidak muncul kata-kata "rupiah", Anda bisa menambahkannya sendiri sehingga menjadi seperti berikut,

=proper(terbilang(A1)&" rupiah"))


OK! Selamat mencoba, dan Anda bisa mendapatkan tips-tips yang lain di artikel-artikel berikutnya.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, March 22, 2012

Wednesday, March 21, 2012

ujungkelingking - Bagi Anda yang membutuhkan terjemahan Bulughul Maraam, bisa download link di bawah ini (gratis).

Termasuk di dalamnya juga beberapa terjemahan hadits-hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhory dan Imam Muslim serta Terjemahan Al-Qur'anul Kariim berikut teks arabnya.

Meski isinya tidak selengkap kitab aslinya, namun ini bisa dijadikan sebagai alternatif rujukan.




Semoga bermanfaat!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, March 21, 2012
ujungkelingking - Seperti ketika Anda harus mengetikkan delapan digit terakhir dari nomor Faktur Pajak -misalnya "00000123"- Anda tentu tak harus mengetik kedelapan digit tersebut. Excel memudahkan kita sehingga cukup mengetikkan angka terakhirnya saja, dalam contoh di atas, ketikkan: 123, dan secara otomatis excel akan menambahkan sejumlah bilangan nol di depannya.

Setidaknya ada 2 cara untuk menambahkan angka nol secara otomatis tersebut.

Cara yang pertama adalah dengan menggunakan format cells.
Klik kanan sel yang berisi angka tersebut, pilih Format Cells. Pada dialog box yang muncul, pilih Custom. Selanjutnya pada kolom type, ketikkan angka nol sebanyak yang Anda mau (misalnya delapan digit).


Dan setelah Anda meng-klik tombol OK, maka setiap kali Anda mengetikkan angka pada sel tersebut, secara otomatis excel akan menambahkan sejumlah nol di depannya sehingga hasilnya akan selalu berjumlah delapan digit.



Cara yang kedua adalah dengan menggunakan fungsi text, yaitu gabungan dari fungsi TEXT dan REPT. =TEXT(sel_yg_berisi_angka;REPT(angka_yg_hendak_ditambahkan;jml_digit)).

Misalnya angka tersebut berada pada sel D1, maka pada sel lain yang kosong bisa kita tuliskan rumus,

=TEXT(D1;REPT(0;8))


Dan sama seperti cara yang pertama tadi, hasilnya adalah bilangan delapan digit.

***

Adakah penggunaan kedua cara tersebut memiliki perbedaan?

Jawabannya, ya. Meskipun hasil yang ditampilkan (sepertinya) sama, sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Pada cara yang pertama -dengan bantuan format cells- meskipun hasil yang muncul adalah delapan digit, tetapi sebenarnya angka-angka nol yang berada di depan itu tidak benar-benar ada! Ya, deretan angka nol yang berada di depan itu hanyalah tampilan luar saja. Sel tersebut sejatinya hanya berisi angka "123", dan bukan "00000123".

Berbeda bila Anda memakai cara yang kedua -menggunakan fungsi text gabungan, hasil yang muncul benar-benar delapan digit dan itu bukan "kelihatannya" saja.

Cara membuktikannya cukup sederhana, yaitu dengan menggunakan fungsi text yang lain: LEFT. Gunanya fungsi ini adalah untuk mengambil karakter paling kiri dari sebuah text.

***

Perbandingan:

Pada hasil yang pertama (sel A1), masukkan rumus berikut ke sel A2,

=left(A1;2)


Dengan fungsi tersebut Anda akan mengambil dua karakter paling kiri dari angka yang berada pada sel A1. Hasilnya -seharusnya- adalah "00". Tapi nyatanya tidak, bukan? Hasil yang muncul malah "12".

Hal ini membuktikan bahwa angka "00000" yang berada di depan angka "123" TIDAK dianggap sebagai suatu karakter oleh excel. Karena itu penghitungan karakter paling kiri dimulai dari angka "1".

Selanjutnya dengan rumus yang sama, lakukan juga pada sel E1 yang menggunakan cara kedua untuk menambahkan bilangan nol-nya. Hasilnya seperti ini,


Dua karakter paling kiri adalah "00".

Nah, sekarang kita sudah mengerti perbedaannya. Mau memakai cara yang mana, tergantung selera dan kebutuhan Anda.

Semoga bermanfaat! 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, March 21, 2012

Tuesday, March 20, 2012

ujungkelingking - Seorang perempuan memiliki 17 ekor sapi. Ketika sang suami meninggal, sesuai wasiat dari sang almarhum, sapi-sapi itu harus dibagikan kepada ketiga putra mereka, dengan pembagian yang telah ditentukan sebelumnya oleh sang suami.

Pembagiannya seperti berikut;

Anak pertama, mendapatkan setengah dari jumlah sapi,

Anak kedua, mendapatkan sepertiga dari jumlah sapi, dan

Anak ketiga, mendapatkan sepersembilan dari jumlah sapi

***

Nah, karena sapi-sapi yang ada berjumlah 17 ekor, si Ibu merasa kebingungan untuk membagi harta warisan tersebut. Sebab jika dihitung sesuai hitungan matematis, akan diperoleh hasil seperti ini;

Setengah dari 17 adalah 8,5

Sepertiga dari 17 adalah 5,6

Sepersembilan dari 17 adalah 1,8

(Tentu pembagiannya akan menjadi rumit,bukan?)

Lalu bagaimana cara si Ibu ini membagi sapi-sapi tersebut dengan adil?

***

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, March 20, 2012

Monday, March 19, 2012

ujungkelingking - Anda yang sehari-harinya bekerja di dalam ruang (kantor), sedikit banyak pasti menggunakan excel untuk membantu pekerjaan Anda. Tentu tidak akan menjadi masalah bila yang menggunakan komputer tersebut hanya Anda seorang. Tapi bagaimana bila komputer tersebut digunakan secara bergantian oleh beberapa orang? Bagaimana bila worksheet Anda yang mungkin berisi rumus-rumus rumit tiba-tiba menjadi error gara-gara ada yang menghapus sebagian rumusnya? Anda juga tak mungkin meng-lock-nya karena rekan kerja Anda yang lain juga menggunakan file tersebut. Anda pastinya bakal memeras otak lagi agar dapat menggunakan file tersebut.

Berikut ini ada sedikit tips untuk Anda yang mau "mengamankan" worksheet sekaligus rumus-rumus yang ada di dalamnya. Nah, karena file ini juga digunakan oleh rekan kerja Anda, maka kita tidak perlu menguncinya dari luar. Yang akan kita lakukan adalah mengunci sebagian sel atau kolom dan tidak mengunci sebagian yang lain.

Misalnya kita ingin mengunci dan menyembunyikan rumus yang berada di kolom Total, seperti gambar di bawah ini:

Langkah pertama adalah lakukan blok semua worksheet, laku klik kanan dan pilih Format Cells, lalu pada Dialog Box pilih Protection. Pastikan kolom Locked dan Hidden tercentang. Pilih OK.
Dengan begini, nantinya semua sel akan terkunci, tidak bisa diedit.

Kemudian, lakukan blok pada kolom yang boleh diisi oleh rekan kerja Anda. Dalam contoh ini adalah kolom Jumlah. Sorot range D3:D6, sama seperti langkah di atas, pilih Format Cells > Protection. Bedanya, kali ini kosongkan tanda centang pada kolom Locked dan Hidden. Pilih OK.


Setelah itu masuk menu Tools > Protection > Protect Sheet.
Masukkan pasword Anda, ulangi sekali lagi. Lalu Save.






Dan hasilnya adalah, rumus Anda tak lagi terbaca.


Selamat mencoba, semoga bermanfaat!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, March 19, 2012

Thursday, March 15, 2012

ujungkelingking - Tanggal 10 Maret 2012 kemarin, Zaki, putra pertama kami genap berusia 2 tahun. Itu berarti usia kandungan istri saya sudah masuk bulan kedelapan. Hanya tinggal hitungan minggu saja, dan anggota baru keluarga kami akan hadir.

Mudah-mudahan keberkahan dikaruniakan kepada kami...
Tapi yang menarik, tingkah polah Zaki semakin rewel saja. Tiap hari selalu ada saja alasannya untuk membuat kami jengkel. Tiap malam, selalu dia membangunkan kami, walau hanya untuk sekedar minta minum di dapur. Padahal biasanya dia berjalan sendiri, sekarang selalu minta digendong ibunya. Orang-orang bilang, hal yang seperti itu lumrah terjadi pada anak seusianya. Dia seperti merasa kalau sebentar lagi akan mempunyai "saingan". Mungkin dia beranggapan bahwa kasih sayang orang tuanya akan terbagi dengan hadirnya saudaranya.

Tentu tidak begitu, Zaki. Kami akan berusaha bertindak seadil yang kami mampu. Kasih sayang kami, insyaallah, tak akan berkurang kepadamu...
Dan jika sesuai perkiraan, kemungkinan anak kedua kami nanti akan lahir sekitar pertengahan April, bulan depan. Tapi kalau menurut istri saya sendiri, melihat kondisi kandungannya, kemungkinan malah lebih cepat dari itu. Mungkin awal April atau akhir Maret ini.

Saya hanya bisa berdo'a mudah-mudahan segalanya diberi kemudahan dan kelancaran. Untuk ibu dan bayinya, mudah-mudahan diberi keselamatan dan kesehatan...
Amiin.

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, March 15, 2012

Monday, March 12, 2012

ujungkelingking - Kondisi cuaca yang tidak menentu biasanya menjadi sebab mudahnya penyebaran virus penyebab flu. Dalam kasus seperti ini, pencegahan tentu lebih baik daripada pengobatan karena bila sudah terinfeksi akan sangat mengganggu produktivitas kinerja kita.

Untuk itu perlu beberapa langkah-langkah pencegahan agar tubuh kita tetap bertahan dalam serangan virus tersebut. Berikut yang penulis ambil dari detikHealth; 

1. Minuman hangat.

Sup, teh, lemon hangat atau wedang jahe adalah minuman yang paling baik jika musim dingin seperti ini. Panas dari minuman-minuman ini akan ditransfer dari kerongkongan ke saluran pernapasan. Ini mengendurkan lendir dan memungkinkan Anda untuk mengeluarkan dahak dengan mudah. Selain itu, minuman hangat ini juga akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga Anda tidak mudah terserang flu.

2. Banyak minum air putih.

Mengonsumsi banyak cairan baik dari air putih atau jus bisa membantu menggantikan cairan yang hilang akibat demam dan mengevaporasi saluran pernapasan. Kondisi ini akan membantu melonggarkan lendir yang membuat seseorang merasa lebih baik. Tubuh yang cukup cairan juga membuat fungsi tubuh bekerja dengan baik, sehingga minum cukup air juga bisa menjauhkan Anda dari risiko infeksi.

3. Berhenti dari rokok dan alkohol.

Data statistik menunjukkan bahwa perokok berat lebih mungkin menderita flu dan gangguan pernapasan parah, karena rokok dapat mengeringkan rongga hidung dan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Sementara mengkonsumsi minuman beralkohol tidak hanya menyebabkan dehidrasi pada tubuh akan tetapi juga membuat Anda rentan tertular flu dengan cara lain. Makin berat Anda minum, semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan infeksi dan menderita komplikasi.

4. Berkumur air garam.

Air garam membawa banyak bantuan untuk mengurangi rasa tidak enak dari sakit tenggorokan. Garam juga dapat menarik keluar kelebihan air dalam jaringan tenggorokan, mengurangi peradangan, dan membersihkan lendir dan meringankan iritasi di tenggorokan. Cara ini juga dapat menghindari Anda dari infeksi flu.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, March 12, 2012

Monday, March 5, 2012

Form SPT Tahunan Pribadi
ujungkelingking - Hari ini, perusahaan tempat saya bekerja akhirnya memfasilitasi pelaporan SPT Tahunan Pribadi untuk karyawan. Petugas pajak dari KPP wilayah kami datang ke tempat kami, sehingga karyawan tak perlu repot-repot datang ke kantor pajak.

Seperti diketahui bahwa SPT Tahunan Pribadi wajib dilaporkan paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Jadi untuk SPT Tahunan 2011 pelaporan maksimalnya adalah tanggal 31 Maret 2012. Lewat dari tanggal itu berarti Wajib Pajak dianggap terlambat lapor, dan akan dikenai sanksi denda. Dan karena sifatnya yang pribadi, atau dengan kata lain, harus dilaporkan sendiri-sendiri, maka perusahaan tidak bertanggung jawab atas keterlambatan lapor tersebut. Oleh karenanya, kemudahan dari perusahaan ini mesti dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh karyawan. Mereka cukup datang ke ruang yang telah dipersiapkan oleh HRD, menyerahkan SPT Tahunan Pribadinya yang telah diisi lengkap untuk kemudian menerima tanda terima dari petugas pajak dan, selesai.

Sebenarnya hal semacam ini bukan kali pertama diadakan oleh perusahaan tempat saya bekerja. Yang saya ingat setidaknya ini sudah tahun ketiga atau keempat. Tapi yang membedakan untuk acara hari ini tadi adalah karena para petugas pajak yang datang sudah dilengkapi dengan laptop dan printer. Artinya tidak lagi manual seperti tahun-tahun sebelumnya. Semua data yang dientri secara otomatis akan masuk ke database mereka, dan bila ada kesalahan dalam penulisan NPWP akan langsung ketahuan dan Wajib Pajak yang bersangkutan dipersilahkan untuk merevisinya.

Koordinasi antara pihak perusahaan dengan kantor pajak sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi ibarat pepatah tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan acara kami tadi siang. Karena sudah mendapat informasi dari pihak kantor pajak bahwa mereka akan datang dengan laptop dan printer, kami optimis bahwa tugas hari ini akan bisa dilaksanakan dengan lancar. Minimal semuanya akan selesai seperti yang dijadwalkan, yaitu jam 13.00 siang, dan tidak akan molor seperti tahun sebelumnnya. Tapi perkiraan kami ternyata salah...

Pagi itu, sekitar pukul 8.30 sudah terbentuk antrian dari karyawan yang akan menyerahkan laporan SPTnya. Itu artinya mereka datang setengah jam lebih awal dari jam yang ditentukan, padahal petugas pajaknya saja belum datang. Tapi bagaimanapun antusiasme patut diberi apresiasi. :-)

Sekitar pukul 9 lebih petugas dari kantor pajak datang. Ada sekitar sepuluh orang. Dan seperti yang dijanjikan, mereka membawa juga beberapa laptop dan sebuah printer. Nantinya printer itu akan digunakan untuk mencetak tanda terima yang telah dikoneksikan dengan laptop-laptop tersebut. Namun, hal yang tidak terduga terjadi. Printer disconnect! Printer tidak bisa digunakan untuk mencetak kecuali dari satu laptop saja. Saya lihat mereka beberapa kali mencoba beberapa cara namun hasilnya nihil. Tentu saja hal tersebut menyita cukup banyak waktu sementara antrian sudah mulai tak terkendali. Hehehe... (terlalu lebay!)

Pihak HRD kemudian berinisiatif agar para karyawan menumpuk saja laporan SPTnya dan dipersilahkan meninggalkan tempat untuk menghindari antrian yang semakin membludak. Sementara tanda terima akan diserahkan kepada HRD untuk dibagikan kepada karyawan yang bersangkutan keesokan harinya. Sementara kami berupaya menghubungi pihak IT kami, mereka -para petugas pajak itu- menghubungi rekan mereka yang berada di kantor guna mengirimkan beberapa printer lagi.

Dan setelah printer lengkap dengan sejumlah laptop yang ada, akhirnya tugas hari itu bisa terselesaikan dengan lancar. Selesainya? Jam 14.00 siang. Itu berarti molor satu jam dari waktu ditentukan.

Not bad...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, March 05, 2012

Tuesday, February 21, 2012

Google
ujungkelingking - Dalam kehidupan bersosial kita menyebut bila seseorang mengatakan hal yang tidak sebenarnya, maka kita menyebut dia seorang pembohong. Tapi bagaimana bila kita cuma tidak mengatakan yang sebenarnya. Disebut berbohongkah itu?

Mungkin lebih mudahnya dengan ilustrasi seperti ini,

Si Tono baru saja mengambil uang ibunya yang disimpan di dalam lemari baju. Menyadari uangnya hilang, si ibu langsung bertanya kepada Tono, "kamu mengambil uang ibu yang ada di lemari, No?" Si Tono menyahut, "tidak, bu!".

Tentu, kita sebut si Tono sedang berbohong karena jelas-jelas dia mengambil uang itu. Tapi coba bandingkan dengan -seandainya- jawaban Tono seperti berikut,

Menyadari uangnya hilang, si ibu langsung bertanya kepada Tono, "kamu mengambil uang ibu yang ada di lemari, No?" Si Tono menjawab, "saya sama sekali tidak masuk kamar ibu".

Tentu si ibu beranggapan bukan Tono yang mengambil uangnya. Lha masuk kamar saja tidak, apalagi sampai membuka lemari? Mungkin itu yang ada dalam pikiran si ibu. Padahal kenyataannya Tono menyuruh adiknya masuk kamar dan mengambil uang di dalam lemari.

Dalam konteks “saya tidak masuk kamar”, si Tono tentu tidak sedang berbohong karena –memang- kenyataan demikian. Dalam ilmu bahasa hal ini tidak salah. Tapi tentu menjadi tergesa-gesa bila menyimpulkan bukan Tono pelakunya karena jawaban Tono sama sekali tidak mengakomodir substansi pertanyaan.

Inilah yang kemudian saya takutkan digunakan oleh pejabat-pejabat yang tengah terjerat kasus korupsi. Bisa saja dia mengatakan –atau bersumpah- tidak pernah bertemu pejabat A, padahal mungkin saja pertemuan mereka lewat sms atau mesenger? Atau mereka keukeuh mengatakan bahwa tidak pernah menerima uang dari kurir B, padahal bisa saja “uang” yang dimaksud sudah dalam bentuk rumah mewah atau mobil sport mahhhal? (“h”nya sampe tiga lho!)

Mungkin ini menjadi tugas dari bapak-bapak jaksa penuntut agar memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak hanya mematikan jawaban tapi justru bisa menggiring terdakwa pada sebuah pengakuan.

Bismillah, 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, February 21, 2012

Wednesday, February 15, 2012

ujungkelingking - Dari sebuah Khutbah Jum'at.

Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam pernah ditanya seseorang tentang puasanya. Kira-kira begini: "Ya Rasulullah, kenapa Anda berpuasa (di hari) Senin?". Jawaban Rasulullah adalah, "karena hari Senin adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana Al-Qur'an diturunkan." 

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dan dari keterangan ini kita bisa menyimpulkan; 

Satu, bahwa memperingati hari kelahiran Nabi adalah sah-sah saja. Tentu ini dengan catatan bahwa memperingatinya bukan dengan acara-acara yang bertentangan dengan syar'i. Salah, kalau kita -dengan label- memperingati maulid Nabi tapi yang digelar justru acara dangdutan, goyang syahwat, dsb. Memperingati kelahiran Nabi tentu menjadi bernilai pahala bila diisi dengan ibadah untuk menghormati beliau. Malah yang mengadakan acara-acara gak bener di ataslah yang justru menghina dan melecehkan Rasulullah. 

Kedua, menjadi terlogikakan bahwa malam kelahiran Rasulullah (bukan malam peringatannya lho!) lebih mulia daripada malam Lailatul Qadr. Argumen ini didukung dengan dasar hadist Rasulullah di atas, bahwa dalam sastra Arab, kata yang disebut pertama menunjukkan lebih utama dan penting dari yang disebut selanjutnya. Dasar kedua adalah dalam Al-Qur'an tidak pernah dinyatakan bahwa malam Lailatul Qadr adalah malam yang paling utama. Surah Al-Qadr menyatakan bahwa malam turunnya Al-Qur'an itu adalah "lebih mulia dari seribu bulan". Yang ingin saya tekankan disini adalah tidak pernah disebutkan dalam Kitab bahwa malam tersebut adalah malam yang paling mulia, yang ada "hanya" lebih mulia dari seribu bulan. Karena itu tentu tidak benar bila dikatakan bahwa malam Lailatul Qadr itu lebih mulia daripada malam kelahiran Rasulullah.

Dasar selanjutnya mungkin logika yang sangat sederhana: bila malam kelahiran Muhammad shallallahu alaihi wa salaam tidak pernah ada, apa mungkin ada malam Lailatul Qadr? Dan jika untuk malam Lailatul Qadr saja kita rela beribadah mati-matian, lalu kenapa untuk malam Maulid Nabi tidak?

Dasar keempat adalah seperti yang tertuang dalam surah Yunus ayat ke 58:


قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Katakanlah, "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira". Karunia Allah dan rahmat-Nya adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

Ibnu Abbas radhiallahu anhu mengatakan bahwa yang disebut dengan "karunia Allah" itu adalah ilmuNya Allah, Yang Maha Luas, Maha Tak Terbatas. Sedangkan yang disebut dengan "rahmat Allah" adalah seperti yang dijelaskan dalam Al-Anbiya: 107,


وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ 


"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, malainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

Maka, bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad adalah dianjurkan dalam Islam. Tapi bergembira disini bukanlah bergembira yang menyalahi syari'at. Bergembira dengan semakin memperbanyak syukur dan ibadah kita, bergembira dengan menyemarakkan pengajian di masjid-masjid dan surau-surau. Dan untuk kemudian yang maha penting dari sekedar peringatan-peringatan tersebut adalah peneladanan diri terhadap sosok beliau, bukankah beliau diutus untuk menyempurnakan (baca: menjadi panutan) akhlaq kita?

Semoga.


nb: Sejarah Maulid Nabi dimulai di tahun 586 M, dimana saat itu pasukan Muslim tengah gencar-gencarnya diserang oleh pasukan Mongol (Jengis Khan), sumber lain menyebut pasukan Kristen Eropa. Karena itu para pimpinan pasukan Muslim bermusyawarah agar bagaimana semangat pasukan Muslim tetap terjaga untuk menghadapi serangan musuh. 

Maka digelarlah acara semacam pasar malam selama 7 hari 7 malam agar pasukan Muslim menjadi termotivasi dengan semangat perjuangan Rasulullah dan para shahabat-shahabatnya dahulu. Dan terbukti kemudian kemenangan diperoleh oleh pasukan kaum Muslimin.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 15, 2012

Monday, February 13, 2012

Ilustrasi: google
ujungkelingking - Hampir semingguan ini saya sama sekali tidak memposting tulisan baru. Yang saya lakukan hanya membaca-baca beberapa postingan yang saya anggap menarik, sambil berkomentar sedikit-sedikit.

Kalau ditanya, kenapa tidak ikut memposting tulisan? Macam-macamlah jawaban saya. Mulai dari pekerjaan yang menumpuk, tugas baru yang membutuhkan konsentrasi tinggi, atau bad mood yang memasuki level advance, sampai jawaban yang paling benar dan paling rasional: M.A.L.A.S. (Hahaha...) Wah, kalau sudah sampai pada titik ini biasanya seseorang akan berkata, "mau diapakan lagi, lha wong lagi malas", karena bagi kebanyakan orang, penyakit malas ini tidak ada "obat"nya.

Karena itulah, hari-hari terakhir kemarin saya gunakan untuk menganalisa, kira-kira apa benar malas itu tidak ada obatnya? Dan kalau ada, kira-kira apa obat yang paling cocok? Dan mulailah saya menginterogasi beberapa kenalan saya. Singkat cerita, jawaban paling banyak adalah, refreshing. Tapi...

Ada jawaban yang paling cocok menurut saya, dan ini saya dapatkan dari bapak saya sendiri lho (hohoho...). Begini, jika kita sedang malas melakukan sesuatu, maka obatnya adalah: mengerjakan sesuatu itu. Jangan yang lainnya. Sebab jika kita justru melakukan hal yang lainnya, maka sesungguhnya penyakit malas kita itu belum terobati.

Jika kita malas jalan-jalan, maka untuk mengatasinya adalah dengan berjalan-jalan. Bukan dengan tidur, misalnya. Sebab jika kita mengatasi "malas jalan" dengan "tidur", maka sesungguhnya penyakit "malas jalan" itu belum tersolusikan. (Wah dapat istilah baru, nih!. Tersolusikan!)

Jadi, sederhananya, jika Anda sedang malas menulis, maka menulislah. Jika Anda sedang malas mencari ide, searching-lah. Jika Anda sedang malas bekerja, maka bekerjalah. Dan malas Anda sudah tersolusikan.

Selamat pagi.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 13, 2012

Tuesday, February 7, 2012

ujungkelingking - Ctrl + Z atau undo adalah suatu istilah untuk membatalkan perintah yang baru saja dibuat -yang belum di save.

Sayangnya, menu ini cuma ada dalam program komputer. Tidak ada dalam dunia nyata. Dalam kehidupan riil kita, semua yang kita perbuat secara otomatis sudah ter-save, sehingga tak mungkin lagi bisa kita undo apalagi delete. Apa yang kita ucapkan, kita lakukan tidak akan bisa ditarik kembali.

Karena itulah diperlukan konsep "berpikir sebelum bertindak". Bukan bertindak sambil berpikir, apalagi bertindak sebelum berpikir!

Memang, banyak yang sudah paham dengan prinsip ini, banyak yang sudah sadar. Tapi apakah itu cukup? 

#Hm, kita bahas yang lain dulu…

Meminjam ungkapan seorang ulama' besar, Sayyid Quthb, beliau mengatakan bahwa "waktu" itu bukan bilangan waktu, akan tetapi bilangan kesadaran. Artinya, semakin matang (baca: tua!) kita, seharusnya semakin sadar kita akan intisari hidup.

Lantas, apa hubungannya antara berpikir sebelum bertindak dengan kesadaran? 

#Sebentar, saya mau minum dulu. Haus,

Ngomong-ngomong soal minum, anda tahu bahwa kebutuhan tubuh akan air adalah sekitar 2 liter perhari? Itu setara dengan kurang lebih delapan gelas untuk setiap harinya. Nah lho, apa hubungannya?

Begini, banyak orang "sadar" dengan teori 2 liter perhari tersebut, tapi berapa orang yang concern melaksanakannya?

Atau semua orang sadar bahwa menggunakan lajur untuk kendaraan lain berpotensi menimbulkan kemacetan yang lebih parah, tapi berapa banyak yang mengindahkannya?

Atau -kalau sok politis- semua orang paham bahwa korupsi, suap, dkk adalah budaya kotor yang akan menghancurkan sebuah bangsa, tapi lagi-lagi, berapa persen yang bisa menolak?

Karena itu sikap sadar saja ternyata belum cukup bagi kita. Hendaknya kemudian diikuti dengan tindakan yang –mau tidak mau- harus dimulai dengan proses berpikir benar. Mudah-mudahan dengan itu kita bisa tumbuh –sedikit demi sedikit- menjadi warga-warga yang membangun bangsa.

Semoga.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, February 07, 2012

Wednesday, February 1, 2012

ujungkelingking - Terkait dengan kejadian "Xenia Maut" (metro.vivanews.com) yang menewaskan 9 orang pejalan kaki di Tugu Tani, Jakarta Pusat, dalam sebuah acara diskusi yang ditayangkan di sebuah televisi swasta, Sudjiwo Tedjo, salah seorang pembicara dalam diskusi tersebut sempat mengatakan begini; "Kalau kita memberantas narkoba karena kebencian, maka kalau bukan anaknya pasti cucunya kena (narkoba, pen.). Karena karma itu ada.".

Tentu saja pendapat ini langsung disanggah oleh Ust. Guntur Bumi yang juga menjadi pembicara dalam diskusi tersebut. Dalam Islam, kita tidak mengenal karma. Allah subhanahu wa ta'ala menfirmankan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib keadaan seseorang, jika orang tersebut tidak mau (berusaha) mengubah keadaan dirinya. Dalam hal ini, bagaimana mungkin jika kita melaksanakan nahi munkar -memberantas kejahatan lalu kemudian anak atau cucu kita bakal terkena kejahatan tersebut?

Dan jika karma itu memang ada, lalu dimana letak rahman rahiimnya Allah?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 01, 2012

Tuesday, January 31, 2012

ujungkelingking - Saat kita menolak ajakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat, biasanya kita memberikan alasan untuk itu. Sebenarnya tak ada masalah dengan hal itu selama hal itu memang benar-benar terjadi dan bukan sebagai "tameng" untuk menghindari ajakan tersebut. Tapi bagaimana bila alasan tersebut hanyalah alasan mengada-ada untuk menolak suatu ajakan? Mungkin, kita tidak enjoy bila jalan dengan orang itu, atau mungkin kita malas keluar karena malas mengeluarkan motor yang sudah dicuci, atau alasan-alasan lain yang tidak mungkin kita menyampaikannya secara terang-terangan. Akhirnya kita pun menciptakan alasan-alasan yang tidak sebenarnya agar kita "selamat" dari ajakan tersebut.

Bila hal itu yang terjadi pada kita, saya sarankan untuk menolak tanpa memberikan alasan apapun!

Kenapa?

Karena alasan tersebut kita gunakan sebagai tembok, tameng, perisai (atau apalah penyebutannya) dari orang yang mengajak kita, maka logika yang muncul adalah bila alasan tersebut bisa dipatahkan, atau diatasi oleh orang tersebut berarti mau-tak mau kita harus ikut dengannya.

Contoh 1,

"Ikut ke kampus, yuk!" (Ajakan)
"Gak ah, lagi gak punya uang." (Alasan)
"Gak apa-apa, nanti aku yang bayarin." (Alasan terpatahkan)

Contoh 2,

"Ikut jalan-jalan ke mall, yuk!" (Ajakan)
"Males ah cin, panas gini." (Alasan)
"Lha di mall kan dingin?" (Alasan terpatahkan)
"Berangkatnya kan panas, cin..." (Alasan, lagi)
"Pake mobil gue" (Alasan terpatahkan, lagi)

Resiko bila alasan sudah terpatahkan adalah: kita harus mau untuk diajak. (Kecuali bila kita masih punya segudang alasan-alasan lain).

Kesimpulan: Untuk menolak, jangan pakai alasan!

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, January 31, 2012
Ilustrasi: Google
ujungkelingking - Bedanya (terlihat) tipis.

Tapi coba perhatikan ini, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1, motivasi diartikan sebagai n 1 dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; 2 Psi usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Sedang provokasi disebut sebagai n perbuatan untuk membangkitkan kemarahan; tindakan menghasut; penghasutan; pancingan.

Definisi yang lebih sederhana saya dapatkan dari Kamus Ilmiah Populer, yang disusun oleh Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry. Disana dikatakan bahwa motivasi adalah dorongan (dengan sokongan moril); alasan; dorongan;tujuan tindakan. Sementara provokasi adalah istilah untuk menyebutkan tindakan propokasi; tantangan; usikan; pencingan; gertakan serius; penghasutan.

Kedua istilah tersebut digunakan untuk menyebut sesuatu tindakan yang sama sekali berbeda. Tapi tidak dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan kedua istilah tersebut seringkali masih bias. Kita sulit mengatakan bahwa apakah seseorang itu sebagai motivator saat dia tengah berkoar-koar di tengah-tengah jalan raya. Kita juga gamang menyebut bahwa seseorang itu menjadi provokator hanya karena dia berapi-api di belakang mimbar khutbah. Atau podium. Dalam kehidupan riil, keduanya ternyata berbeda tipis.

Maka kemudian hanya ada satu tolok-ukur untuk "memvonis" seseorang itu sebagai motivator atau provokator, meskipun dalam beberapa kasus, hal ini berlaku subjektif. Yaitu, dari impact  yang ditimbulkannya!

Secara umum, motivasi akan berdampak baik, membangun dan memberi harapan baru. Berbeda dengan provokasi akan menciptakan sesuatu yang buruk, kehancuran dan kerusakan.

Mana yang lebih baik? Motivator, tentu. Maka, jadilah kita motivator-motivator yang baik, setidaknya untuk diri sendiri. Jika tidak bisa, setidaknya kita menjadi orang-orang yang bisa membedakan mana yang motivasi dan mana yang provokasi. Semoga kita selamat dengan itu.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, January 31, 2012

Friday, January 27, 2012

ujungkelingking - Dalam sebuah acara komedi yang ditayangkan sebuah TV swasta semalam, ada satu segmen dimana penonton bisa menuliskan masalahnya -utamanya masalah percintaan- untuk kemudian diberikan solusi oleh si host.

Kemudian sebuah surat dibacakan. Isinya kurang lebih sebagai berikut,
"Saya (gadis, pen.) sudah berpacaran selama setahun. Kemudian mantan saya minta balikan. Apa yang harus saya lakukan?"

Maka dengan cepat si host tadi langsung menukas, "Daripada kamu menjalani hubungan yang sekarang nggak enjoy, ya balikan aja!"

***

Apa yang ingin saya sampaikan? Bahwa mengetahui akar masalah adalah setengah dari solusi, itu benar. Tapi memberikan solusi dengan pengetahuan minim tentang akar permasalahan, adalah fatal!

Sebelum kita memutuskan akan memberikan solusi apa, sebaiknya kita tahu benar-benar situasi yang sedang terjadi. Dalam kasus di atas, akan lebih membantu bila kita tahu bagaimana background si gadis, latar belakang sang mantan, atau setidaknya apa yang menyebabkan mereka putus. Apakah sang mantan yang memutuskannya, atau jangan-jangan si gadis sendiri yang minta putus? Lalu dengan sang pacar yang sekarang apakah dia menjalin hubungan itu karena memang mencintainya atau hanya sekedar pelarian? Kalaupun -memang- sekedar pelarian, tentu tak semudah itu minta putus. Dulu waktu diputus sang mantan, tentu si gadis sakit hati atau minimal kecewa. Lalu bagaimana bila hal yang sama terjadi pada pacarnya yang sekarang -yang notabene- gak salah apa-apa?

Pendeknya, ada banyak faktor yang akan mempengaruhi keputusan atau solusi kita. Semakin banyak faktor pendukung, semakin objektif keputusan kita. Dan saya yakin si host tak berpikir sejauh itu. Darimana dia tahu kalau si gadis tidak enjoy dengan hubungannya yang sekarang? Surat dari si gadis itu singkat banget, lho. Dan  waktu setahun untuk berpacaran itu juga waktu yang cukup lama.

Ah, saya sadar apa yang ada di acara semalam tak lebih hanyalah sekedar untuk hiburan semata. Tapi bagaimana bila pola berpikir instan seperti ini diterapkan dalam keseharian kita?

(Mudah-mudahan tidak)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, January 27, 2012

Saturday, January 21, 2012

ujungkelingking - Dengan judul lain, Siapkah Anda Menjadi Seorang Atasan?

Hari ini kabarnya salah seorang rekan karyawan di tempat kerja saya akan resign. Dia mengundurkan diri dan lebih memilih bekerja di tempat lain. Apakah dia memilih gaji yang lebih besar? Mungkin saja. Tapi menurut saya faktor internal di departemen dia yang dominan. Entah itu hubungan dengan atasannya yang kurang harmonis, pekerjaan yang semuanya dibebankan kepada dia, atau faktor-faktor lain yang dia tak mau membeberkannya.

Tapi dari situ saya bisa menarik kesimpulan bahwa menjadi seorang atasan tidak sesimpel yang dibayangkan. Ada banyak hal yang harus dilakukan dan lebih banyak lagi yang tidak boleh dilakukan.

Misalnya, jangan selalu menyalahkan anak buah karena kesalahan yang dilakukannya. Anda (baca: atasan) sebagai controller bertanggung jawab atas itu. Jika anda intens dalam me-monitoring pekerjaannya, tentu kesalahan tidak akan terjadi, bukan?

Kemudian seandainya anda harus menyalahkan anak buah anda, jangan sekali-kali membentaknya -apalagi- di tempat umum. Ini akan fatal. Karena sebaik apapun kebenaran nasehat anda jika cara penyampaiannya salah tempat, akan mental juga. Bisa-bisa masuk telinga kanan keluar dari telinga kanan juga. :D

Masalah pekerjaan juga harus anda timbang-timbang. Beri pekerjaan sesuai dengan kapasitasnya, meski anda juga harus mengupayakan untuk memaksimalkan kinerjanya. Jangan sampai anak SMA mengerjakan soal anak SD atau anak SD mengerjakan soal anak kuliahan. Ya itu tadi, sesuai kapasitas.

Dan dengan meningkatkan kemampuan anak buah anda, sejatinya anda akan lebih diuntungkan. Itu kata atasan saya. Dan itu betul, pekerjaan anda sebagai atasan akan lebih ringan lagi. Malah kalau versi atasan saya lebih sederhana lagi. Jadi kalau bawahan melakukan kesalahan cukup dibina saja. Kalau berkali-kali salah dan tak mungkin lagi dibina... ya, dibina-sakan saja. Hehehe...

Dan karena saya hanyalah seorang karyawan grass root -yang tidak mungkin saya mengajari atasan saya- maka, tulisan ini hanya sekedar curhatan saya saja.

Terinspirasi dari kejadian rekan kerja saya pagi ini.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, January 21, 2012

Wednesday, January 18, 2012

ujungkelingking - Tulisan ini adalah mencoba mengkritisi tulisan salah seorang Kompasianers yang bertajuk Apapun agamanya, beragama merupakan tindakan yang benar. Namun dikarenakan ada kemungkinan memicu terjadinya perdebatan agama, -yang akan menyalahi peraturan di Kompasiana- maka saya tulis artikel ini di blog pribadi saja.

Dalam tulisan tersebut penulis berpendapat tersebut bahwa,

"... meskipun sebuah informasi itu keliru dan tidak sesuai dengan fakta dan data sebenarnya, tetapi perbuatan atau tindakan mempercayai bahwa “informasi tersebut benar” adalah tindakan yang benar."

Dalam konteks pemikiran tersebut, maka dengan kata lain penulis beranggapan bahwa "yang tidak beragama" adalah salah, sedangkan "yang beragama" -apapun- agamanya adalah benar. Tentu ini sejalan dengan dasar pemikiran kelompok Islam Liberal, yang tentu juga bertentangan dengan semangat "innaddiina 'indallahi Islam". Sungguh, agama yang paling benar disisi Allah adalah Islam. Dan jelas, pemikiran bahwa "semua agama benar" adalah, salah.

Penulis juga telah menyandarkan pemikirannya terhadap surah dalam Al-Qur'an,

"...Jadi, secara akal sehat mungkin informasi yang keliru bisa tidak dipercaya, atau informasi yang benar justru diabaikan. Akan tetapi secara keyakinan informasi apapun yang masuk ke dalam bathin manusia, tidak bisa diganggu-gugat oleh siapapun. Maka disinilah, kebenaran beragama, apapun agamanya, dijamin oleh ajaran Islam (Al Kafiruun)."

Sekali lagi, Islam tidak pernah menjamin kebenaran agama lain. Menghormati, iya. Bahwa dalam Al-Kaafiiruun disebut "lakum diinukum, waliyaddiin" bukan berarti Islam melegitimasi ke-liberal-an tersebut. Dalam asbabunnuzul (sebab-sebab turunnya ayat tersebut) diceritakan bahwa kaum kafir pada waktu itu meminta compromise dengan Rasulullah. Yaitu dengan cara, hari ini mereka mau menyembah Allah, tetapi besok umat Muslim harus mau menyembah berhala mereka. Maka turunlah ayat tersebut dengan tegas menyatakan,

"Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku."

Artinya, kita berbeda.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, January 18, 2012
Sumber: Dok. pribadi
ujungkelingking - Sabtu sore kemarin, istri saya mengeluhkan tentang tingginya suhu tubuh Zaki, putra kami. Istri saya kemudian memberikan obat penurun panas yang memang kami siapkan untuk jaga-jaga. Tapi hingga menginjak malam, suhu tubuh Zaki belum turun juga. Akhirnya saya minta istri saya untuk menyiapkan air panas buat mengkompresnya.

Semalaman kami mengkompres, tapi tidak menunjukkan gejala membaik. Sampai Minggu dini hari, panasnya justru semakin meninggi. Zaki kembali mengalami kejang!

Setelah melakukan pertolongan pertama sebisa mungkin, Zaki sudah "lepas" dari kejangnya, kami saat itu juga membawanya ke klinik dekat rumah. Pertimbangannya, bila suhunya bisa segera turun tentu tak perlu sampai rawat-inap segala.

Jam 02.30 Zaki masuk klinik. Suhu tubuh 39 derajat.

Bidan segera mengambil inisiatif memberi obat yang dimasukkan lewat dubur. Tapi panasnya tidak serta-merta hilang. Bahkan, ketika menunggu bidan meracik obat, Zaki kembali kejang. Bidan kemudian memasangkan oksigen lewat hidung. Dan saat akan memasangkan jarum infus, kami kembali mengalami kesulitan. Pada kasus seperti yang dialami Zaki pembuluh darah akan mengalami penyempitan, sehingga jarum suntik akan sulit untuk masuk. Pada percobaan keempat akhirnya jarum infus bisa masuk, itupun melalui pembuluh darah yang ada di kaki.

Ketika pagi hari dokternya tiba, istri saya bertanya apakah nanti siang Zaki sudah diperbolehkan pulang. Dokter itu memberikan saran untuk rawat inap, setidaknya satu malam, sebab kondisi suhu tubuh akibat demam kejang biasanya masih belum stabil. Dan benar saja, Minggu malamnya suhu tubuh Zaki meninggi kembali! Beruntung masih ada infus...

Ngomong-ngomong soal ngamar, di klinik tersebut meski kamarnya cuma sedikit, tapi cukup eksklusif juga. Satu pasien satu kamar. Sempat saya menimbang-nimbang, kalau di puskesmas yang satu ruangan bisa untuk 8 pasien dengan tarif Rp30.000,- per harinya, ini mungkin lebih mahal lagi. Perkiraan saya mungkin bisa 50-60ribuan. Belakangan saya baru tahu bila tarif per harinya seratus ribu! Dan total biaya yang sebelumnya kami perkirakan sekitar 200 ribuan, meleset. Senin siangnya kami sudah menerima rincian biaya yang harus dibayar. Total jumlahnya hampir 500 ribu! Padahal, uang yang ada di dompet saya cuma seratus ribu. Akhirnya kami pulang dengan membayar seratus ribu dulu dan berjanji akan melunasinya nanti sore dengan jaminan KTP (huft!) meski, saya sendiri ragu darimana harus mendapatkan uang untuk membayar sisa tagihan tersebut.

Sampai di rumah saya langsung berembug dengan istri saya. Dan istri saya harus rela menyerahkan antingnya - satu-satunya perhiasan istri saya selain cincin maskawin – demi melunasi tunggakan itu.

Ah, maafkan aku, istriku. Mudah-mudahan kita diberi kelebihan rejeki agar aku bisa mengganti anting itu kembali.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, January 18, 2012

Saturday, January 14, 2012

ujungkelingking - Setelah tadi salah seorang rekan Kompasianers memposting tulisannya yang berjudul Logika “Dibalik Kesulitan, Ada  Kemudahan”, saya pun akhirnya latah ikut-ikutan menulis tema yang sama.

Dalam KBBI V1.1 kesulitan (sulit) diartikan dengan sukar sekali; susah (diselesaikan, dikerjakan, dsb). Sedangkan kemudahan (mudah) terdefinisikan sebagai tidak memerlukan banyak tenaga atau pikiran dl mengerjakan; tidak sukar; tidak berat; gampang.

Tapi ada definisi yang lebih mudah. Yaitu bahwa 'kesulitan' pada hakikatnya adalah kemudahan -yang kita belum menemukan penyelesaiannya. Sementara 'kemudahan' adalah sebenarnya hal yang sulit, hanya saja kita sudah tahu ilmunya. Satu masalah yang sama bisa berarti sulit bagi sebagian orang, tapi bisa juga hal yang sepele bagi sebagian yang lain. Contoh,

Bagi anak kelas 1 Sekolah Dasar hasil perkalian dari 5 x 5 tentu merupakan suatu persoalan yang pelik. Tapi tidak bagi Anda. Bagi anak saya, penjelasan bagaimana hujan bisa turun mungkin tak terjangkau oleh nalarnya, tapi saya bisa dengan mudah menjelaskan bagaimana hujan turun.

Karena itu kunci pembeda dari dua hal ini hanyalah pada deskripsi dari kata 'ilmu'. Dengannya, hal yang sulit bisa menjadi mudah. Tanpanya, hal yang mudah menjadi begitu sulit.

Jadi ungkapan bahwa "setelah kesulitan itu ada kemudahan", saya pikir tidaklah tepat. Karena sebenarnya, "bersama kesulitan itu ada kemudahan". Tinggal dari sisi mana posisi kita melihatnya, dari posisi orang yang berilmu atau sebaliknya.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, January 14, 2012
Ilustrasi: shutterstock
ujungkelingking - Dulu, waktu anak kami masih berusia enam bulanan, istri saya sering menyanyikan untuknya lagu Bintang Kecil. Kemudian lama setelah itu, karena kesibukan yang semakin bertambah (halaah, sibuk opo?) dan karena kami lebih sibuk mengajari anak kami hal-hal yang lain, istri saya tak pernah menyanyikan Bintang Kecil lagi.

Nah, beberapa hari yang lalu, iseng-iseng istri saya coba menyanyikan kembali lagu tersebut. Hasilnya menarik, anak saya yang sudah hampir dua tahun itu masih ingat betul lirik lagunya! Saat istri saya melafalkan "Bintang kecil dilangit...", anak saya langsung menyahut "...tinggi,". Begitu juga saat istri saya menyanyikan "Amat banyak...", anak saya langsung bilang, "...angkasa," -tentu dengan bahasanya yang kurang begitu jelas. Tapi ini membuktikan satu hal bahwa daya rekam otak anak-anak sungguh luar biasanya.

Maka berhati-hatilah berbicara dan mengajarkan sesuatu kepada anak kita, karena dampaknya mungkin  bukan hari itu tapi bertahun-tahun kemudian saat dia dewasa dan pengajaran kita (telah) membentuk  karakternya. Termasuk dalam memperkenalkan lirik lagu, sekalipun itu lagu anak-anak. Coba perhatikan ini,

"Si Kancil anak nakal / Suka mencuri ketimun / Ayo lekas dikurung / Jangan diberi ampun..."

Sungguh tak elok rasanya bila semenjak kecil anak-anak dididik untuk anti-memaafkan. Suatu kesalahan besar bila anak-anak yang masih polos itu dipoles untuk lebih senang membalas daripada memaafkan.

Atau yang ini,

"Dua mata saya / Yang kiri dan kanan / Satu mulut saya / Tidak berhenti makan..."

Mungkin pengarang lagu ini beranggapan bahwa anak kecil yang masih dalam tahap pertumbuhan  membutuhkan asupan yang banyak. Tapi saya lebih melihatnya sebagai pengajaran untuk bersikap konsumtif. Masih banyak lagu anak-anak yang lebih bagus (baca: mendidik) liriknya. Kalaupun terpaksa harus  menggunakan lagu ini, akan lebih baik bila liriknya sedikit diganti seperti yang dilakukan oleh TK/Playgroup kebanyakan.

"Satu mulut saya / Bicara yang sopan..."

Anak -disadari atau tidak- adalah anugerah terbesar dalam hidup kita. Jaga dia. Dan lebih penting dari itu,  cetak dia untuk menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat bagi dunia.

Salam,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, January 14, 2012

Thursday, January 12, 2012

ujungkelingking - Mau software gratisan?

Coba situs yang direkomendasikan salah seorang Kompasianer. Situs ini sifatnya freeware/shareware.

Langsung saja meluncur di http://www.filehippo.com/

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, January 12, 2012

Saturday, January 7, 2012

ujungkelingking - Beberapa waktu yang lalu saya mendapat teguran dari atasan atas keterlambatan saya dalam masuk kantor. Maklum, jarak antara rumah dan tempat kerja saya bisa sampai satu seperempat jam atau satu jam setengah dengan menggunakan motor. Dan karena terlalu sulit buat saya untuk berangkat lebih pagi, akhirnya saya memilih sedikit gambling dengan "sedikit" ngebut di jalan. Tapi toh, tetap saja saya masih sering terlambat. Bahkan untuk bulan kemarin saja, saya ada 12 kasus keterlambatan (12 hari!). Teguran-teguran semacam itu bila tidak segera diantisipasi pada akhirnya nanti akan bisa mempengaruhi penilaian terhadap kinerja seorang karyawan, bahkan bisa berimbas pada minimnya kenaikan gaji tahunan! Yah, saya hanya bisa meminta maaf waktu itu dan mengatakan akan berusaha untuk tidak terlambat lagi.

Lalu bagaimana dengan rekan-rekan kerja saya yang lainnya, yang mereka juga sering terlambat?

Uniknya, mereka tidak terkena teguran seperti saya. Lha, kok bisa? Ya bisa saja, sebab mereka tidak pernah checklock seperti saya. Hehehe...

Maka kemudian terdapat opsi seperti ini; checklock meski terlambat dan kena teguran, atau tidak checklock dan selamat. Dan mungkin banyak rekan-rekan saya yang bimbang dengan dua pilihan itu. Tapi saya? Whatever-lah. Saya akan tetap checklock meski mungkin saya akan tetap terlambat.

Benar apa yang dikatakan seorang kawan; "Jika memulai pekerjaan saja sudah tidak jujur, bagaimana dengan pekerjaannya?"

Selamat pagi,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, January 07, 2012

Thursday, January 5, 2012

ujungkelingking - Tiga malam yang lalu saya berencana untuk pergi ke dokter untuk memeriksakan kehamilan istri saya. Tapi karena hujan turun cukup deras, kami pun membatalkan rencana tersebut. Esok malamnya, kami akhirnya bisa berangkat ke rumah sakit. Tapi sayangnya, hari itu bukan jadwal dokter kandungan yang dimaksud. Kami pun terpaksa kembali lagi.

Dan kemarin malam, setelah dua kali gagal men-USG kandungan istri, akhirnya niat itu kesampaian juga.

USG, atau ultrasonografi adalah istilah medis untuk memperlihatkan gambaran rahim dan isinya dengan menggunakan gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh sehingga mampu memberikan informasi dalam bentuk gambar yang muncul di layar monitor. Dan karena tidak memasukkan sinar radiasi, jarum suntik ataupun cairan dan obat-obatan ke dalam tubuh sehingga USG dianggap aman untuk bayi dalam kandungan.

Sebenarnya tujuan awal pemeriksaan ultrasonografi ini adalah karena faktor medis saja, yaitu untuk melihat perkembangan serta posisi janin di dalam kandungan. Tetapi dengan melakukan USG kita juga mungkin mendapat "bonus" berupa perkiraan jenis kelamin calon bayi. Saya katakan mungkin, karena bisa saja jenis kelamin calon bayi tidak terlihat meski mestinya sudah terlihat. Hal itu juga terjadi pada saat istri saya mengandung putra pertama kami. Bahkan kami sampai melakukan dua kali USG!

Tapi kembali pada tujuan awal pemeriksaan tersebut. Terlihat atau terlihat jenis kelaminnya, tentu tidak masalah bagi kita selaku orang tua. Apalagi sebagai seorang suami, prioritasnya adalah kesehatan si bayi dan sang ibu saja. Toh, kalaupun lahir kita tidak akan mempermasalahkannya meski dia laki-laki ataupun perempuan.

Lalu bagaimana dengan calon anak kedua kami?

Hehe, sebenarnya saya tidak sempat ikut masuk ke ruang pemeriksaan sehingga saya tidak tahu "gambar"nya si janin. Itu gara-gara saya lebih sibuk jadi "asisten" Zaki -putra pertama kami- yang lebih suka mondar-mandir keliling rumah sakit daripada nungguin ibunya antri. Jadilah saya harus mengikuti kemana dia jalan-jalan sambil siap-sedia membawakan minumannya.

Dan setelah lelah mondar-mandir, saya baru sadar kalau istri saya sudah selesai diperiksa. Saya bertanya kepada istri saya, "Bagaimana?"

Istri saya tersenyum. Jawab dia,

"Laki-laki."




Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, January 05, 2012

Monday, January 2, 2012

ujungkelingking - Banyak orang -sampai hari ini- beranggapan bahwa cantik itu relatif. Artinya bahwa seseorang yang kita anggap cantik belum tentu dianggap cantik juga bagi orang lain. Sebaliknya, yang bagi orang lain cantik belum tentu juga kita menganggapnya cantik.

Tapi, teori yang seperti itu tidak benar, bagi saya.

Saya punya pendapat sendiri tentang hal ini. Bagi saya -justru- kecantikan itu adalah mutlak, atau tidak relatif. Artinya, jika dalam suatu kumpulan (baca: banyak orang) menganggap si A itu cantik, maka benar si A itu cantik. Jika kumpulan tersebut mengatakan si B itu jelek, maka begitulah keadaannya. Dan menyimpang dari teori ini, maka seseorang itu akan dianggap buta, atau setidaknya tertipu.

Misal, si Mimi perawan desa itu dianggap oleh orang sekampung sangatlah cantik. Tapi tiba-tiba ada satu orang yang berteriak-teriak mengatakan si Mimi itu jelek. Bagaimana menurut anda? Kalau bukan gila, mungkin buta, atau "berselera rendah". Hehe...

Tapi tentu teori ini tak selamanya benar. Dalam hal menyikapi kebenaran, misalnya. Tidak bisa kita beranggapan bahwa jika semua orang menganggap suatu hal itu benar maka hal tersebut memang benar. Suatu kebenaran tidak bisa dianggap benar hanya karena banyak orang melakukannya.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, January 02, 2012

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!