Tuesday, February 11, 2014

ujungkelingking - Cara Membuat Tanda Titik Dua Lurus ke Bawah Pada Postingan


Sebenarnya saya cukup bingung mau dikasih judul apa postingan ini. Tapi sudahlah, saya beri saja judul Cara Membuat Tanda Titik Dua Lurus ke Bawah Pada Postingan.

Ketika kita menulis sebuah postingan, adakalanya kita butuh untuk memasukkan keterangan yang menggunakan separator tanda titik dua (:). Misalnya seperti contoh data berikut:


Nama : Pri Enamsatutujuh

Web URL : ujungkelingking.blogspot.com

Facebook : https://facebook.com/Priyono.Enamsatutujuh

Google+ : https://plus.google.com/u/0/+PriEnamsatutujuh/posts

Twitter : https://twitter.com/Priyono617


Jika tanda titik dua yang disertakan hanya berjumlah satu saja atau ia berdiri sendiri, tentu tidak menjadi masalah. Tapi bagaimana jika keterangan yang menggunakan tanda titik dua itu berjumlah banyak? Menyusunnya satu persatu dengan kira-kira jelas bukan perkara yang mudah. Selain merepotkan, saya juga yakin hasil tampilan ke bawahnya tidak akan lurus dan terlihat rapi.

Saya tidak tahu apakah Blogger mengakomodasi hal ini, atau ada kode HTML untuk mengatasi permasalahan ini. Namun saya punya cara tersendiri untuk mengatasi masalah titik dua tersebut, yaitu dengan sedikit bantuan dari excel.

  1. Buka tabel Ms. Excel Anda
  2. Isikan keterangan yang diperlukan di sana
  3. Copy data yang ada tersebut
  4. Pastekan pada halaman posting blog Anda
Lebih mudahnya Anda bisa melihat gambar di bawah.

[1] Buat data di excel
[2] Copy-paste di Blog

Catatan: Anda mungkin perlu untuk trial and error untuk menentukan lebar kolom yang pas.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, February 11, 2014

Friday, February 7, 2014

ujungkelingking - Satu-Satu, Dan Dia pun Tertidurlah...


Saya yakin banyak di antara teman-teman yang familiar dengan lirik ini:

Satu, satu daun berguguran
Jatuh ke bumi dimakan usia
Tak terdengar tangis, tak terdengar tawa
Redalah, reda

Yah, ini adalah lirik dari salah satu lagunya Iwan Fals yang diberi judul "Satu, Satu".

Beberapa waktu yang lalu di salah satu televisi swasta ada acara bertajuk Konser Suara untuk Negri. Para pemirsa dipersilahkan untuk memposting videonya dalam menyanyikan salah satu lagu milik bang Iwan. Hadiahnya, bagi yang terpilih nanti akan duet mendampingi bang Iwan dalam acara tersebut.

Nah, karena seringnya iklan acara ini muncul, Zaki akhirnya sedikit banyak hafal liriknya. Karena selain liriknya yang memilliki pesan kuat dan iramanya yang easy listening, iseng-iseng saya dunlut-kan lagu ini untuk Zaki. Simak saja salah satu penggalan liriknya,

Waktu terus bergulir
Kita akan pergi dan ditinggal pergi
Redalah tangis, redalah tawa
Tunas-tunas muda bersemi

Perjalanan hidup tak bisa diulang. Yang datang, pada saatnya nanti akan pergi. Hanya tinggal tunggu waktu saja.

Sumber gambar: NET Mediatama Indonesia

Wah, betapa senangnya Zaki waktu pertama kali tahu ada lagu itu di hape saya. Sepanjang sore lagu itu diputar. Bahkan sampai beberapa hari terakhir ini, dia minta lagu itu diputar untuk menemaninya berangkat tidur. Tapi tetap saja baru akan saya perdengarkan seusai dia baca doa akan tidur.

Dasar bocah, gampang ingat kalau sesuatu itu diulang-ulang.

Satu, satu,
Dan Zaki pun tertidurlah...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, February 07, 2014

ujungkelingking - Rasulullah, Seorang Panutan dan Nasehat


Dari khutbah Jum'at tadi siang.

Bismillah...

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswah hasanah bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
[Al-Ahzab: 21]

Uswah hasanah biasanya diterjemahkan sebagai contoh teladan atau panutan yang baik. Selain kata ini, kita juga punya istilah lain yang sering kita dengar yaitu mau'idha hasanah. Akan tetapi dari segi arti dan maksud, mau'idha hasanah berbeda dengan uswah hasanah.

Mau'idha hasanah lebih sering diartikan dengan nasehat yang baik. Namanya nasehat, tentu semua orang bisa memberi nasehat yang baik. Bahkan seorang maling jemuranpun bisa menasehati orang lain dengan nasehat yang baik. Hal ini jelas berbeda dengan uswah hasanah yang menyangkut perilaku atau kebiasaan. Maka Allah subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan kita untuk meniru pola hidup, kebiasaan dan perilaku Rasulullah. Karena seperti perilaku beliau-lah seharusnya perilaku seorang muslim.

Bahkan dalam sebuah kesempatan, Rasulullah pernah bersabda,

"Sungguh tidaklah aku diutus, kecuali untuk menyempurnakan akhlak."
[Diriwayatkan Ahmad, dalam Silsilah as-Shahiihah]

Ini menjadi catatan, karena meski hidup di lingkungan jahiliyah, Rasulullah tidak mengatakan akan menyempurnakan ilmu pengetahuan. Jelas, agama yang beliau bawa adalah agama akhlak.

Hal ini juga menjelaskan kenapa banyak orang-orang besar yang notabene berpendidikan dan berpengetahuan luas namun masih berperilaku jahil, terlibat ke dalam hal-hal kotor. Karena mereka hanya pintar namun minus akhlak.

Jika ditarik lebih ke dalam, kenapa banyak muslim yang mengerjakan shalat namun masih tetap menjalankan maksiat? Bukankah katanya shalat itu dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar?

Jawabannya, karena meski kita shalat, kita tetap tidak berakhlak kepada Allah. Meski kita beribadah, namun hati kita tidak nyambung kepada Allah. Itulah kenapa shalat tidak tidak mampu berefek apa-apa pada perilaku dan kebiasaan kita.

Padahal jelas-jelas Allah telah merumuskan,

وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي

"... dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."
[Thaahaa: 14]

Jika disambung dengan ayat yang lain,

أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"... ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."
[Ar-Ra'd: 28] 

Jadi inilah rumusnya: Shalat ---> ingat Allah ---> hati tenteram

Dan ketenteraman hati inilah yang menjadi kunci agar kita bisa melakoni kehidupan ini dengan tanpa gelap mata. Tenteramnya hati ini juga akan membuka pandangan kita agar tidak pernah berprasangka buruk kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Maka, meneladani perilaku Rasulullah bukan melulu urusan dhahir (nyata), namun juga sekaligus menata bathin (hati). 

***


Mohon maaf jika terlalu panjang.
Saya hanya menyampaikan. Anda sekalian hanya mendengarkan.
Tidak ada ketentuan bahwa yang menyampaikan itu lebih baik daripada yang mendengarkan.
Yang beruntung hanyalah mereka yang melaksanakan,
dan istiqamah dalam keimanan.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, February 07, 2014

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!