Wednesday, January 16, 2013

ujungkelingking - Tahukah Anda bahwa banyak bagian-bagian dari tubuh kita yang ternyata menyimpan fakta menakjubkan. Apa saja? Berikut ini ada beberapa yang saya kutipkan dari majalah Tempo, 20 Januari 2013.

Sumber: Google
Otak, bisa menyimpan 2,5 petabita informasi, setara dengan 2,5 juta megabita. Ini cukup untuk menyimpan data digital tiga juta jam siaran televisi! Dan 80% isi otak adalah air.

Paru-paru, memiliki lebih dari 300.000 pembuluh kapiler. Jika dihubungkan bisa membentuk tali sepanjang 2.400 km!

Ginjal, memiliki sekitar satu juta filter untuk menyaring rata-rata 1,3 liter darah per menit dan hingga 1,4 liter air seni per hari.

Mata, bergerak 100.000 kali sehari untuk membuatnya melihat lebih jelas. Ini setara dengan berjalan 80 km per hari untuk otot kaki.

Sehelai rambut, kuat menahan beban hingga 100 gr.

Ludah, yang diproduksi setiap orang semasa hidup bisa mengisi penuh dua kolam renang ukuran standar!

Tulang, empat kali lebih kuat dari beton. Satu inci kubik tulang, kira-kira sebesar kotak korek api, kuat menahan beban hingga 9 ton!

Panas tubuh, yang dikeluarkan dalam 30 menit cukup untuk mendidihkan ½ galon air (1,9 ltr).

Setiap hari tubuh memproduksi lebih dari 300 miliar sel baru untuk mengganti sel-sel yang mati.

Sumber: Google
Hidung, bisa mengingat 50.000 bau. Tatkala bersin, kita menyemburkan udara dengan kecepatan fantastis, lebih dari 160 km/jam! Ini alasan yang baik untuk menutup mulut ketika bersin.

Sekitar 500.000 kelenjar keringat ada di telapak kaki. Tiap hari bisa menghasilkan hingga satu gelas besar keringat.

Pembuluh darah pada manusia, jika dihubungkan, panjang seluruhnya mencapai 96.000 km. Cukup untuk melingkari bumi lebih dari dua kali.

Kulup (foreskin) seukuran perangko milik bayi yang disunat bisa tumbuh hingga seluas 3 kali lapangan basket hanya dalam 21 hari. Kulit ini biasa dikembangkan di laboratorium untuk membantu pasien luka bakar.


Subhanallah!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, January 16, 2013

Tuesday, January 15, 2013

ujungkelingking - Belum habis keterkejutan publik atas apa yang di"kicaukan" Farhat Abbas di twitternya tentang Ahok, dalam minggu yang sama calon Hakim Agung Daming Sunusi menuai kecaman rakyat Indonesia atas jokenya(?) yang mengatakan bahwa korban pemerkosaan dan pelakunya sama-sama menikmati hal itu.

Atas ketidak-mampuan menjaga mulut itu, Farhat terancam dipolisikan sedangkan Daming dicoret dari daftar hakim agung. Kedua kasus ini hanyalah sedikit contoh tentang "bablasnya" kebebasan berpendapat di Indonesia.

Berpendapat, tentu sah-sah saja. Bahkan hal tersebut dijamin oleh negara melalui undang-undangnya. Namun sebagai sebuah negara yang majemuk, kebebasan kita bukannya tanpa batas. Ada hak-hak orang lain yang bila dilanggar akan mencederai kehidupan berbangsa kita.

Jika digeser ke ranah agama, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam telah memberikan rambu-rambu agar kebebasan berpendapat kita tidak sampai melukai orang lain. Misalnya saja, "Qul khairaan au liyasmut", berkatalah yang baik-atau diam.

Ada 2 keuntungan dari pandainya kita menjaga ucapan:
  1. Menghindarkan kita dari melukai hati orang-orang di sekeliling kita, atau dari urusan yang lebih berat lagi.
  2. Menjaga diri dari terbongkarnya aib kita. Sebab kalau tidak salah, Ali karramallahu wajhahu pernah berujar bahwa ada satu hal yang bila dilakukan oleh anak Adam maka seluruh aibnya akan tertutupi. Ketika beliau ditanya apakah itu, beliau menjawab, menjaga lidah.

Dari sini saja kita bisa mengambil kesimpulan bahwa apa yang hendak kita ucapkan haruslah dipikir terlebih dahulu untung-ruginya, manfaat-mudharatnya, penting-tidaknya. Jangan sampai ketika kita sudah berucap baru menyadari kesalahan kita. Bukankah ucapan itu bersifat irrevocable atau tidak dapat ditarik kembali? Mungkin kita bisa berdalih bahwa kita bisa meminta maaf nantinya, tapi bagaimanapun juga permintaan maaf tidak serta-merta bisa menghapus ingatan seseorang tentang kata-kata tersebut. Apalagi jika kata-kata tersebut dipajang di sosmed? Apalagi jika yang menulis adalah orang ternama yang notabene pembaca statusnya tercecer hampir di seluruh negri?

Maka istilah 'mulutmu adalah harimaumu', 'statusmu adalah pedangmu' agaknya menjadi urgen untuk kita terapkan dewasa ini, disaat banyak orang yang atas nama kebebasan berbicara dan berpendapat menyebabkan mereka berkata-kata tanpa diiringi pemikiran dan tanggung jawab.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, January 15, 2013

Friday, January 11, 2013

ujungkelingking - Khutbah Jum'at siang ini menarik sekali. Dibuka dengan sebuah hadits yang menyatakan bahwa 'ucapan alhamdulillah itu memenuhi mizan'. Artinya adalah nilai (pahala) ucapan ini akan menjadikan berat timbangan amal kita.

'Alhamdulillah', biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai 'segala puji hanyalah milik Allah'. Namun, sebelum lebih jauh penjelasan tentang ini, kita perlu melihat bahwa kalimat ini diawali dengan huruf "al" ( ال ). Dalam bahasa Arab, ada 3 macam huruf "al";

Pertama, disebut dengan "al" ma'rifat. Di dalam bahasa Inggris maknanya sama dengan 'the', yaitu untuk membatasi atau menunjuk tertentu. Misalnya, "madrasatu" berarti "sekolahan". Jika ditambah "al" menjadi "al-madrasatu" maka maknanya adalah "sekolahan itu" atau "sekolahan tersebut". Kita lewati saja pembahasan tentang "al" yang pertama ini.

Kedua, "al" kaamilah (sempurna). Contohnya adalah pada kata "ar-rahman". Kata ini merupakan bentuk superlatif dari "rahima", sehingga dapat diartikan sebagai "paling penyayang". Namun dengan adanya tambahan "al", maka sifat "paling penyayang" yang dimiliki Allah adalah sempurna sekali. Bahasa Indonesia memadankannya dengan kata "maha". Sehingga kita mengartikannya "maha penyayang".
Karena itu, Anda yang sedang ber-status "maha"siswa tak sepantasnya -dan sungguh amat memalukan- bila apa yang Anda lakukan jauh dari nilai-nilai yang tercakup dalam nama tersebut. Yang saya maksudkan di sini adalah tentang tawuran, narkoba, atau pun pergaulan bebas. (Oke, ini sedikit menyimpang, namun bukan ini yang hendak kita bahas)

Ketiga -dan ini yang paling penting- disebut "al" nakirah (umum; semua; segala). Karena itu dalam lafadz alhamdulillah terpakai arti "segala" puji atau "semua" pujian hanyalah milik Allah subhanahu wa ta'alaa.

Contoh yang paling dekat dari penggunaan "al" ini adalah dalam kata "assalamu alaikum". Karenanya kita mengartikannya "segala keselamatan (selamat pagi, selamat siang, selamat malam, selamat dunia, selamat akhirat; semuanya) semoga tetap atasmu". Karena itu, kita yang diberi salam, wajib membalasnya dengan mencantumkan "al"-nya kembali. Jadi seharusnya kita menjawab bukan wa alaikum salam, akan tetapi wa alaikum as-salam atau wa alaikumussalam

Timbul satu pertanyaan, pada lafadz alhamdulillah memangnya ada berapa macam pujian sehingga kita harus mengartikannya "segala" atau "semua" pujian?

Dilihat dari "alur"nya, pujian itu ada 4 macam.

1. Pujian Allah terhadap dzat-Nya sendiri


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ  الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya..." (Al-Israa: 1)

2. Pujian Allah kepada makhluk

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (Al-Qalam: 4)
Allah memuji akhlak Rasulullah. Meskipun Allah memuji makhluk, namun secara hakikat sebenarnya Allah memuji diri-Nya sendiri. Bukankah Dia sendiri yang menciptakan makhluk tersebut?

3. Pujian makhluk kepada Allah

4. Pujian makhluk kepada makhluk

Yang perlu digarisbawahi adalah pujian kita terhadap makhluk pada hakikatnya adalah pujian kita terhadap Allah. Pujian kita terhadap bunga yang cantik, alam yang indah, sosok yang berwibawa sebenarnya adalah pujian kita terhadap Allah, karena Allah-lah yang menciptakan dan menjadikannya seperti itu.

***

Nah, poin yang terakhir inilah yang menjadi inti dari tulisan ini. Dari poin ini kita bisa mengambil 2 kesimpulan:

  • Kesimpulan pertama, jika memuji makhluk adalah sama dengan memuji Allah, maka ketika seseorang sedang memuji kita, maka hakikatnya dia sedang memuji Allah.

"Wah, gila! Anda hebat, analisis Anda akurat sekali, Bung!"
"Ulasan Anda sungguh bernas dan tajam!"

Dia sedang memuji Anda? Jangan dulu ge-er, dia secara hakikat sedang memuji Allah, pencipta kita.
Ada satu pertanyaan, jika seandainya Allah membuka aib kita di hadapan semua makhluk, apakah akan ada yang memuji kita? Tidak, tidak akan ada!

Karena itu bisa dikatakan bahwa ketika seseorang memuji kita, maka itu sebenarnya dia sedang memuji "tutup" yang Allah berikan atas aib-aib kita.

Kalau saya tidak salah ingat, Imam Ibnu Taimiyyah pernah menangis ketika ada seseorang memuji beliau. Beliau mengatakan, "Jangan kalian memuji saya, sebab seandainya kalian tahu aib-aib saya niscaya kalian akan melemparkan pasir ke wajah saya".


  • Kesimpulan kedua, jika memuji makhluk adalah sama dengan memuji Allah, maka menghina makhluk hakikatnya adalah kita sedang menghina Allah.

Seorang Emha Ainun Najib pernah menganalogikan begini, seseorang melihat sebuah lukisan dan dia tidak senang dengan lukisan tersebut. Lalu ia pun mencoret-coret lukisan tersebut. Lukisan tersebut pasti tidak akan membalas dan hanya diam. Lalu siapa yang marah?

Ya, sang pemilik lukisan!

Sama ketika kita menghina seseorang. Sering bukan ketika sedang terjebak macet di jalan raya, kita memaki-maki orang yang di depan kita yang tak juga kunjung bergerak? Lalu kita tekan klakson berkali-kali sambil bergumam sendiri, "Dasar goblok!". Orang tersebut mungkin tidak mendengarnya, sehingga dia diam dan tidak membalas apa-apa. Sadarkah Anda, Anda sedang membuat 'pemilik orang tersebut' marah! Bisa saja Allah langsung menumpahkan kemarahannya kepada Anda. Bukankah, menghina dan mencaci orang lain adalah cara termudah untuk mencelakakan diri sendiri?!


وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat dan pencela." (Al-Humazah: 1)

nb. Dari sebuah khutbah Jum'at, ditulis sebagai pengingat diri sendiri.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, January 11, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!