ujungkelingking - Belum habis keterkejutan publik atas apa yang di"kicaukan" Farhat Abbas di twitternya tentang Ahok, dalam minggu yang sama calon Hakim Agung Daming Sunusi menuai kecaman rakyat Indonesia atas jokenya(?) yang mengatakan bahwa korban pemerkosaan dan pelakunya sama-sama menikmati hal itu.
Atas ketidak-mampuan menjaga mulut itu, Farhat terancam dipolisikan sedangkan Daming dicoret dari daftar hakim agung. Kedua kasus ini hanyalah sedikit contoh tentang "bablasnya" kebebasan berpendapat di Indonesia.
Berpendapat, tentu sah-sah saja. Bahkan hal tersebut dijamin oleh negara melalui undang-undangnya. Namun sebagai sebuah negara yang majemuk, kebebasan kita bukannya tanpa batas. Ada hak-hak orang lain yang bila dilanggar akan mencederai kehidupan berbangsa kita.
Jika digeser ke ranah agama, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam telah memberikan rambu-rambu agar kebebasan berpendapat kita tidak sampai melukai orang lain. Misalnya saja, "Qul khairaan au liyasmut", berkatalah yang baik-atau diam.
Ada 2 keuntungan dari pandainya kita menjaga ucapan:
- Menghindarkan kita dari melukai hati orang-orang di sekeliling kita, atau dari urusan yang lebih berat lagi.
- Menjaga diri dari terbongkarnya aib kita. Sebab kalau tidak salah, Ali karramallahu wajhahu pernah berujar bahwa ada satu hal yang bila dilakukan oleh anak Adam maka seluruh aibnya akan tertutupi. Ketika beliau ditanya apakah itu, beliau menjawab, menjaga lidah.
Dari sini saja kita bisa mengambil kesimpulan bahwa apa yang hendak kita ucapkan haruslah dipikir terlebih dahulu untung-ruginya, manfaat-mudharatnya, penting-tidaknya. Jangan sampai ketika kita sudah berucap baru menyadari kesalahan kita. Bukankah ucapan itu bersifat irrevocable atau tidak dapat ditarik kembali? Mungkin kita bisa berdalih bahwa kita bisa meminta maaf nantinya, tapi bagaimanapun juga permintaan maaf tidak serta-merta bisa menghapus ingatan seseorang tentang kata-kata tersebut. Apalagi jika kata-kata tersebut dipajang di sosmed? Apalagi jika yang menulis adalah orang ternama yang notabene pembaca statusnya tercecer hampir di seluruh negri?
Maka istilah 'mulutmu adalah harimaumu', 'statusmu adalah pedangmu' agaknya menjadi urgen untuk kita terapkan dewasa ini, disaat banyak orang yang atas nama kebebasan berbicara dan berpendapat menyebabkan mereka berkata-kata tanpa diiringi pemikiran dan tanggung jawab.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, January 15, 2013
blog agan sudah saya follow
ReplyDeletefollow blog saya yaaa
http://bagi-bagi0ilmu.blogspot.com
sob, saya sudah follow blog ini. kunjungi dan follow back blog saya, ya..
ReplyDeletedi kanginanjaya.blogspot.com
OK, siap.. thanks all,
ReplyDeletecheck this site:
ReplyDeletehttp://stationary.co.id
mas kunjugi blog saya
ReplyDeletehttp://www.kampusdotcom.blogspot.com
dan folows back blog saya ya...
maaf mas, blog tsb kok tdk ditemukan ya?
Deletema'af.. baca artikel yg mana ya...
ReplyDeletemksdnya, mas?
Delete*garuk-garuk kpala
Interesting blog posts..Ride on.
ReplyDeletethanks,
DeleteTerima kasih mas, jangan lupa ya mampir ke blog saya http://carakompi.blogspot.com
ReplyDeletesegera,
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete