Friday, March 1, 2013

ujungkelingking - Tentu pertanyaannya tidak bisa dibalik, “jadi tua apakah harus bijak?”. Kok rada aneh jadinya.

Jika judul di atas yang ditanyakan kepada saya, tentu jawaban yang paling mudah adalah, “idealnya seperti itu”. Maksudnya adalah bahwa semakin tua usia seseorang “seharusnya” semakin dewasa dan bijaksana ia.

Tapi ada kok yang sudah tua tapi masih childish. Ada kok yang umurnya masih muda tapi sudah bijaksana banget.

Kembali lagi ke jawaban paling mudah -idealnya- bahwa semakin banyak seseorang makan asam-garam kehidupan dia lebih punya peluang untuk menjadi bijaksana. Tapi apakah tua pasti bijaksana? Tergantung, apakah dia bisa mengambil pelajaran dari asam-garam itu.

Nah, karena kebijaksanaan itu erat kaitannya dengan cara berpikir, yang proses berpikir itu melibatkan kerja otak, maka disinilah kebijaksanaan itu bisa dilatih.

Idem dengan apa yang ditulis oleh salah seorang Kompasianer, Irsyal Rusad*, bahwa menurut penelitian otak itu seperti otot. Untuk meng-upgrade-nya dibutuhkan latihan yang kontinyu, sejak dini. Tapi berbeda dengan otot yang memiliki batas maksimal -yang jika dilanggar bisa mengakibatkan cedera- otak tidak akan menjadi rusak karena dirangsang dengan belajar dan berlatih.


Lantas bagaimana kita melatih otak agar dapat berpikir bijak?

Sementara ini, yang bisa saya tangkap dari para senior-senior, sebagai langkah awal adalah menahan diri dari marah. Sumpah, kalau untuk yang satu ini susahnya setengah mati! Apalagi untuk saya yang orangnya ngambek’an (hehe, yang ini mudah-mudahan gak ada yang percaya)…

Tapi harus dilatih.

Saat menghadapi suatu kejadian yang “mengharuskan” kita marah cobalah untuk menahannya dulu, jangan langsung dilepas. Kemarahan menghalangi kita berpikir panjang. Namun dengan mencoba menahannya menjadikan kita bisa melihat dengan lebih jernih. Dan pikiran yang jernih akan membuat kita bisa menghasilkan jawaban, balasan, dan reaksi yang tepat.

Jadi jika pertanyaannya, apakah menjadi bijak harus menjadi tua dulu? Jawabannya, tergantung seberapa cepat kita berlatih.


Salam (mudah-mudahan) bijak.



*http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2013/02/28/makin-bodoh-jangan-salahkan-usia-anda-537988.html
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, March 01, 2013
Categories:

6 comments:

  1. BIJAKnya seseorang bukanlah dilihat dari seberapa tinggi ILMUnya dan seberapa banyak USIAnya saja.
    Namun didukung oleh faktor PENGALAMAN dan seberapa jauh dia memahami serta memaknai ujian hidup.
    Semakin banyak seseorang dihadapkan dengan MASALAH.
    Semakin terasah HATInya dalam menyikapi setiap persoalan-persoalan dengan BIJAK.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, itu intinya. Memahami dan memaknai segala permasalahan dlm hidup.

      Delete
  2. Seperti di atas, ilmu seseoranglah yang membuat seseorang menjadi bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kadang mungkin menurut orang lain ini childish tapi kalau memang sudah sesuai ilmu dan seluruh teori keadaan -mau bagaimana lagi? Tentu seseorang tidak akan menjual ilmu/kebenaran-bertindak demi menjadi bijak kan?
    (Ini adalah permasalahan banyak orang yang seolah menjadikan bijak dan berilmu itu lain.)

    ReplyDelete
    Replies
    1. yah, kebijakan mmg bs didapatkan dr banyaknya ilmu, namun tdk selalu org yg banyak ilmunya bs mnjadi bijak.

      kbijakan adl bgmn kita mngaplikasikan ilmu tsb pd tempatnya...

      Delete

Komentar Anda tidak dimoderasi.
Namun, Admin berhak menghapus komentar yang dianggap tidak etis.

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!