Tuesday, May 28, 2013

ujungkelingking - Tanggal 25 Mei 2013 kemarin (seharusnya) menjadi hari yang agung bagi pemeluk Budha di Indonesia. Namun sayang, ke-khidmat-an Waisak yang sakral tersebut rusak karena ulah orang-orang yang tidak mengerti makna 'menghormati'. Beritanya bisa diintip di sini.

Bagi kita yang Muslim, menghormati (baca: toleransi) terhadap agama lain tetaplah mengacu pada konsep "lakum dinukum wa liyadiin". Maksudnya adalah, silahkan Anda dengan kepercayaan Anda, biarkan kami dengan keyakinan kami. Silahkan beribadah menurut agama Anda, kamipun akan beribadah menurut agama kami. Kita saling menghormati, tidak akan saling merusuhi. Kami tidak akan mengganggu ritual ibadah Anda, pun begitu sebaliknya.

Jadi bukan dalam ritual ibadah-nya, akan tetapi di luar konteks ibadah. Itulah lingkup toleransi sebenarnya. Yang namanya keyakinan tidak boleh dicampur-adukkan, sebab jika sudah campur-aduk itu bukanlah keyakinan, tetapi sikap plin-plan.

Konsep inilah yang semenjak kedatangan Islam dipraktekkan oleh Rasulullah. Hasilnya, banyak dari kalangan di luar Islam yang menjadi tertarik dengan ad-Diin ini.

Dan bagaimana cara kita menghormati agama/kepercayaan orang lain, hingga saat ini, penulis hanya menemukan hanya dua cara saja untuk mengungkapkan sikap toleransi kita terhadap agama/kepercayaan lain, yaitu: [1] menjaga ketenangan dan tidak membuat gangguan/kerusuhan ketika orang lain sedang menjalankan ritual ibadah mereka, dan; [2] tidak menciptakan tekanan dan bertindak arogan terhadap orang lain ketika kita tengah merayakan hari besar/acara keagamaan Islam.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, May 28, 2013
ujungkelingking - Rabu tanggal 22 Mei kemarin, Play Group tempat Zaki bersekolah mengadakan acara perpisahan. Tujuannya ke Jatim Park II aka Batu Secret Zoo. Sebenarnya, peserta perpisahan ini hanyalah murid yang bersangkutan dengan didampingi oleh satu orang wali murid. Karena istri saya bakal kerepotan karena harus mengajak juga si bungsu yang baru berusia 1 tahun, maka saya terpaksa "diseret" ikut acara tersebut.

Sebenarnya saya enggan mengikuti acara ini, karena selain sopir dan keneknya, saya lah satu-satunya laki-laki dalam rombongan tersebut. Tapi harus bagaimana lagi, jika saya tidak ikut maka istri saya pasti akan kesulitan untuk mengawasi kedua putra kami sekaligus, apalagi ini di tempat ramai.

Huft!

Rabu pagi itu rombongan akhirnya berangkat. Dari jadwal awal kumpul di sekolah jam 6, lalu diubah menjadi jam 7, lalu molor hingga menjadi jam 7.30.

Perjalanan berangkat -alhamdulillah- lancar. Sampai di tempat tujuan sekitar jam 10.30. Tapi antrian di pintu masuk sudah mengular. Beuh! Saya tidak ingat berapa lama kami berdiri berdesakan seperti itu, saya hanya fokus untuk berdiri tepat di belakang istri yang sedang menggendong Daffa, menjaga jangan sampai mereka tergencet dari belakang.

Sumber gambar: Google

Ketika masuk, rombongan sudah langsung terpencar sendiri-sendiri. Hawa dingin begitu menyeruak, maklum cuaca saat itu sedang mendung. Setelah beberapa lama berjalan, saya baru menyadari bahwa di sana berlaku -sebut saja- sistem satu arah. Maksudnya, dari satu tempat ke tempat berikutnya kami diarahkan melalui hanya satu rute hingga ke tempat terakhir yaitu wahana permainan dan kemudian pintu keluar. Bagi saya cara ini lebih baik daripada harus berjalan sendiri-sendiri sesuai kemauan kita, karena dengan cara ini kita bisa melihat semua satwa secara keseluruhan tanpa harus berputar-putar atau "bertabrakan" dengan rombongan-rombongan lain.

Secara umum saya menyukai cara penempatan sangkar-sangkarnya. Pun satwa-satwa yang ada di sana terlihat lebih terawat (mungkin karena wahana ini masih tergolong baru, ya?). Dan, kalau ingin melihat apa saja yang ada di dalam, tentunya Anda harus datang untuk menyaksikan dengan mata-kepala sendiri, hehe...

Di akhir rute, sebelum pintu keluar, kami sampai pada wahana permainan dan pemandian. Permainan yang ada cukup beragam, mulai dari yang untuk anak-anak sampai yang cukup menguji adrenalin untuk orang dewasa. Sebenarnya dari tiket yang kami beli sudah termasuk free permainan. Artinya, kami boleh menjajal semua permainan yang ada, dan itu gratis! Namun, sebagian besar permainan tersebut dibatasi untuk anak-anak dengan tinggi 85 cm ke atas. Bagaimana dengan Zaki? Tinggi Zaki masih 80 cm... (hihi, cuma bisa bengong dia).

Tidak lama kami di sana sebab sesuai instruksi Ibu Kepala Sekolah, rombongan harus berkumpul di pintu keluar pukul 2. Disaat kami melanjutkan rute menuju pintu keluar, tak disangka, hujan langsung turun dengan lebatnya. Kebingungan, kami memutuskan untuk mengikuti orang-orang berteduh di sebuah cafe. Kebetulan, cafe itu adalah satu-satunya tempat yang bisa dipakai berteduh di jalur tersebut, maka bisa dibayangkan berjejalnya para pengunjung di sana.

Tidak mungkin kami berlama-lama di sana. Selain karena anak-anak kami yang semakin terjepit, juga karena waktu yang sudah lewat dari jam 2. Karena itu setelah hujan terasa agak mereda, saya meminta kardus bekas mi instan kepada penjual ice cream di cafe tersebut. Istri menggendong Daffa dan saya menggendong Zaki, jadilah kami berlari-lari kecil menerobos rintik-rintik hujan. Siapa sangka, inilah momen terbaik versi Zaki. Bahkan sampai beberapa hari, seperti hanya hal ini saja yang diingatnya. Wah, wah...

Akhirnya, kami menjadi orang pertama yang sampai di bus, padahal sudah hampir pukul 3. Keluarga yang lain mulai berdatangan kemudian. Sudah terlambat untuk ke tempat tujuan berikutnya (rencananya ke Songgoriti), apalagi kami harus mencari satu keluarga lagi yang sempat "tersesat", haduhhh, begini ini kalau pergi sama emak-emak.

Sampai kemudian bus baru bisa meninggalkan tempat parkir menjelang adzan Maghrib. Sempat berhenti untuk membeli oleh-oleh lalu langsung melanjutkan perjalanan pulang. Sampai di rumah sekitar pukul 8 dengan rasa lelah yang luar biasa. Mandi air hangat dan secangkir teh panas sukses mengantar kami ke dalam lelapnya tidur.

Sumber gambar: dok. pribadi


Selesai.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, May 28, 2013

Thursday, May 23, 2013

ujungkelingking - Apa yang harus dilakukan sebelum mengajak balita ke tempat rekreasi? Tips berikut ini adalah hasil dari perjalanan rekreasi putra kami dalam rangka perpisahan kelasnya. Persiapan yang bagus adalah yang dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Sekedar catatan, dalam rekreasi tersebut kami mengajak serta kedua putra kami, Zaki (3 tahun) dan Daffa (1 tahun).

Lalu apa saja tips-nya ketika mengajak balita kita ke tempat rekreasi? Simak ya!

3 hari sebelum hari H...

Siapkan selembar kertas dan alat tulis. Tempelkan pada pintu kamar, atau tempat yang mudah kita jangkau. Tulis pada kertas tersebut semua barang yang akan kita bawa. Tidak semua bisa teringat sekaligus pada hari itu, karena itulah ada jeda 2 hari untuk meneliti apa yang kurang.

2 hari sebelum hari H...

Jika teringat barang apa yang kurang atau belum tercatat, segera tulis saat itu juga. Kemudian periksa barang apa yang belum dipunyai atau perlu dibeli.
note: pampers, baju ganti (termasuk kaos kaki dan jaket) serta obat-obatan (minyak kayu putih, minyak tawon, dsb.) adalah barang-barang yang tidak boleh terlupakan. Payung untuk melindungi balita Anda dari panas dan hujan wajib juga dibawa. Bila terasa kerepotan, bisa diganti dengan selimut atau jas hujan yang bisa dilipat.

1 hari sebelum hari H...

Ini waktunya packing. Masukkan barang-barang ke dalam tas sambil mengecek kembali daftar yang ada di kertas. Waktu untuk packing ini sebaiknya malam hari, ketika tidak ada barang yang harus dibongkar-bongkar lagi. Pakaian yang akan dipakai besok, siapkan di luar tas.

Hari H!

Waktunya berangkat! Ingat, ada balita yang Anda bawa. Jangan berangkat dengan perut kosong, ataupun terisi penuh!

Berangkat lebih awal adalah pilihan bijak. Beberapa orang memilih berangkat agak siang karena pertimbangan bahwa ketika sampai di sana, tempat yang menjadi tujuan belum masuk jam buka. Sebenarnya ini pemikiran yang keliru. Berangkat saja lebih awal, kalaupun di sana masih belum buka Anda punya kesempatan untuk antri lebih dulu. Nanti Anda bisa masuk lebih dulu -tak perlu berdesakan- dan Anda bisa lebih puas di tempat rekreasi tersebut. Atau jika tidak, Anda dan balita Anda bisa memanfaatkan waktu senggang tersebut untuk makan camilan atau istirahat sejenak setelah perjalanan panjang.

***

Demikian tips yang bisa saya bagikan, mudah-mudahan banyak manfaatnya. Yang tetap tidak boleh terlupakan adalah do'a dan sikap berhati-hati.

Selamat berkemas, dan jangan lupa oleh-oleh buat tetangga dan teman kerja! ^_^
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, May 23, 2013

Wednesday, May 22, 2013

ujungkelingking - Waoww! Apa benar? Bagaimana bisa aktifitas menulis seperti orang yang sedang bercinta?

Menulis, sejatinya bukanlah melulu aktifitas fisik. Ia lebih menitik-beratkan pada kinerja otak. Seseorang yang menulis, ia menggunakan segala pikirnya agar dapat menuangkan ide gagasannya.

Foreplay

Seseorang yang akan menulis, terlebih dahulu ia menentukan ide. Rancangan dari gagasan yang akan ia tulis. Bahkan pada orang-orang yang menulis secara spontan-pun, mereka sudah menyusun rancangan ini dengan tanpa sadar. Entah kalimat pembukanya, entah bahasa, atau teknik menulis yang dipakainya.

Kinerja 2 Otak

Seringkali bagi kita yang menulis menggunakan kinerja 2 otak secara bersamaan. Tak jarang dalam tulisan kita menciptakan logika otak kiri sekaligus fantasi otak kanan. Inilah yang menyenangkan sesungguhnya. Dengan menggunakan kedua otak secara simultan, menyebabkan keseimbangan keduanya terjaga. Otak menjadi lebih hidup dan lebih cerdas.

Tenaga fisik

Bagi kita yang lebih mengandalkan kualitas tulisan, bergadang atau bolak-balik ke perpus bukanlah hal yang bisa diabaikan. Sebab sekalinya ide muncul, bila tidak segera di-approve, bisa musnah tanpa bekas.

Klimaks!

Dan ketika semuanya sudah selesai, setelah kita mencurahkan segenap tenaga dan pikir kita, lalu publish!, ah, leganya...

Dan meskipun capek, besok pasti kita ingin menulis lagi... ^_^
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, May 22, 2013

Tuesday, May 21, 2013

ujungkelingking - Seringkali kita mendengar nasehat, entah itu ditujukan langsung kepada kita atau tidak, agar kita selalu menjadi diri sendiri, menjadi diri kita yang apa adanya. Be your self!

Namun agaknya nasehat semacam ini tidak bisa langsung diterima secara mentah. Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang bagus ketika kita bukan orang baik. Hm? Maksudnya begini, menjadi diri sendiri bukan kemudian diartikan bahwa apa yang kita lakukan adalah benar lalu kita menutup diri dari kritikan.

Misalnya saja seseorang menasehati kita, "Jangan begitu. Itu tidak sopan.", apa lantas kita menjawab, "Ya memang beginilah aku."? Tentu tidak bisa begitu. Ketika kita melakukan hal yang salah lalu ada orang yang mengkritik, maka menjadi diri sendiri berarti melihat, menakar atau menyeleksi posisi kita. Lalu kemudian ada keberanian untuk mengakui jika hal tersebut memang tidak benar.

Maka menjadi diri sendiri pada hakikatnya adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi yang seharusnya, atau -dengan kata lain- mengembalikan diri kepada posisi fitrah!

Manusia yang menjadi dirinya sendiri bukanlah menjadi manusia yang anti-kritik, pun juga bukan yang ikut-ikutan saja apa kata orang. Ada semacam kemampuan melihat ke-obyektifitas-an di sini. Apa yang benar, diterima. Yang salah, ditolak.

Benar menurut siapa, salah bagi siapa?

Bagi kita yang Muslim, maka Islam adalah tolok-ukurnya. Jika menurut Allah dan Rasul-Nya hal itu baik, maka berarti memang baik. Silahkan diterima, silahkan dilakukan. Begitu juga jika sebaliknya.

Inilah ke-obyektifitas-an itu.

Setiap hal -benar atau salah- harus berdasarkan Islam. Karena itulah cara kita menjadi diri sendiri (baca: fitrah).

Bukankah Islam adalah agama fitrah?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, May 21, 2013

Monday, May 20, 2013

ujungkelingking - Judul artikel ini saya ambil dari status pada sebuah akun fesbuk beberapa waktu yang lalu. Tentu saja kalimat di atas sudah sedikit saya perhalus, karena teks aslinya lumayan kasar kalau harus dituliskan di sini.

Tulisan ini tidak akan membahas "kata-kata Mario Teguh", namun secara umum, kata-kata atau nasehat dari orang lain.

Tentu saja semua nasehat itu baik. Hanya apakah tepat atau tidak ketika diterapkan dalam kondisi kita, itu lain soal. Ini yang harus dipahami lebih dulu. Permasalahan yang sama terkadang memang membutuhkan nasehat yang berbeda karena situasi dan kondisinya yang sudah tidak sama.

Analogi yang lebih sederhana mungkin begini. Anda sakit dan memutuskan untuk pergi ke dokter. Kemudian setelah dilakukan serangkaian tes dan pemeriksaan, oleh dokter Anda diberikan secarik kertas resep obat. Lalu Anda dengan marah membentak, "Penyakit saya tidak akan sembuh hanya dengan kertas resep, Dok!" Si dokter pasti bengong dan melongo.

Lha iya, kertas resep memang hanya kertas. Tidak berguna kalau hanya Anda baca. Anda harus membawanya ke apotik untuk ditukar dengan beberapa obat yang harus Anda beli. Lalu Anda tinggal minum dengan mengikuti aturan obat tersebut. Jika belum sembuh, mungkin Anda bisa mencoba dokter lain atau obat lain untuk Anda minum.

Intinya adalah action dari diri kita. Seorang motivator atau pemberi nasehat hanya memberikan arah. Perkara kita mau menjalaninya atau tidak, sepenuhnya tergantung kita sendiri. Inilah yang gagal dipahami oleh orang yang mengupdate status-status sejenis di atas.

Janganlah kita menjadi orang-orang yang sombong. Bukankah dalam Agama, orang yang sombong itu adalah orang yang menolak kebenaran (nasehat)?

Maka terimalah nasehat dari manapun ia datangnya. Masalah sesuai kondisi atau tidak, itu soal nanti.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, May 20, 2013

Thursday, May 16, 2013

ujungkelingking - Barangkali ini adalah postingan saya yang paling nyleneh dari yang pernah saya tulis. Selama beberapa hari ini saya mencoba mengumpulkan kata atau kalimat yang keren yang muncul dalam dialog sebuah film.

Ketika kita menonton sebuah film, tentu ada kata atau kalimat yang menarik bagi kita. Saking menariknya, hingga kita bisa mengingat film tersebut ketika mendengar kata atau kalimat itu. Padahal kata atau kalimat tersebut sebenarnya tidak ada arti atau makna filosofinya. Misalnya saja seperti "Yippi kai ye" yang sering diucapkan tokoh John McClane dalam Die Hard, atau seperti "I'll be back"-nya Terminator.

Berikut ini adalah daftar kata atau kalimat dalam film yang cukup menarik, menurut saya, tentu.

***

"He's not The God!"

Kalimat ini muncul dalam film 10.000 BC. Cerita ini terjadi pada jaman ketika para mammoth masih berkeliaran dengan bebasnya. Saat itu badai salju, dan kaum Yagahl kedatangan "tamu". Mereka membunuhi para wanita dan menawan para pemudanya untuk dijadikan budak pekerja.

Seorang pemuda bernama D'leh yang kebetulan selamat dari perampokan tersebut, bersama 3 orang lainnya segera menyusuri jejak rombongan perampok untuk membebaskan saudara-saudara mereka.

Dalam perjalanan, rombongan D'leh bertemu suku Nuku yang ternyata bernasib sama. Maka dengan dukungan dari para pekerja yang diperbudak di dalam, kelompok D'leh dan kaum dari suku Nuku bekerja sama untuk melakukan pemberontakan.

Nah, penyerangan dari kaum-kaum yang diperbudak ini sempat terhenti ketika sosok pimpinan perampok yang disebut-sebut sebagai "dewa" keluar dari istananya. Kaum-kaum yang lebih lama diperbudak ini begitu ketakutan dan hampir-hampir saja mereka menyerah kembali. Namun, dalam suatu kesempatan D'leh berhasil membunuh sosok tersebut dengan lemparan tombaknya. Sang pimpinan perampok jatuh bersimbah darah. Ketika itulah, D'leh dengan lantang mengatakan, "Dia bukanlah dewa!", hingga akhirnya perlawanan kembali berkobar.

***

"Not today!"

Kalau Anda sempat menonton Transformers 2, tentu Anda akan menemukan kata-kata ini di awal-awal cerita. Ketika Autobots sedang melakukan "pembersihan" kepada para Decepticons yang mesih bersembunyi di bumi, salah satu Decepticons yang paling besar akhirnya diketahui keberadaannya. Para Autobots kewalahan sehingga mereka harus menurunkan pimpinan mereka, Optimus Prime.

Dengan singkat Optimus berhasil menjatuhkannya. Dalam keadaan sekarat, Decepticons tersebut mengatakan bahwa pimpinan mereka yang terkuat -The Fallen- akan bangkit. Optimus dengan lugas menjawab, "Bukan hari ini!" dan sebuah peluru besar mengakhiri riwayat robot jahat tersebut. Cool!

***

"Get rest, Pam. You're looks so tired."

Bourne Ultimatum. Bersama Bourne Supremacy dan Bourne Identity, trilogi ini menceritakan tentang perjuangan seorang Jason Bourne -yang kehilangan ingatan- dalam mencari siapa sebenarnya dirinya. Dan jejek-jejak dirinya yang ditelusurinya menjelaskan bahwa dirinya merupakan bagian dari proyek ilegal Pemerintahan-nya. Sebuah proyek perekrutan agen-agen rahasia yang disebut dengan "Aset", dengan misi untuk membunuh target-target yang ditentukan pemerintah.

Sejatinya Bourne adalah Aset yang gagal dalam tugasnya. Maka selain dia harus mencari bukti-bukti masa lalunya, dia juga harus berhadapan dengan Aset-Aset lain yang ditugaskan untuk membunuhnya agar operasi tidak terbongkar.

Seorang agen pemerintah bernama Pamela yang diperbantukan pada tim perburuan Jason Bourne sejak awal sudah mencurigai adanya ketidak-beresan di dalam tim-nya. Maka diam-diam Pamela juga mencari tahu kenapa Bourne diburu. Merasa Pamela bisa diandalkan, Bourne kemudian menghubungi wanita ini. Dari Pamela inilah Bourne tahu beberapa hal mengenai identitasnya. Namun karena telepon Pamela disadap, Bourne tidak memperpanjang pembicaraan. Di akhir telepon itu Bourne mengatakan, "Istirahatlah, Pam. Kau terlihat lelah." Dari sinilah para agen yang mencuri dengar pembicaraan itu merasa dipencundangi. Karena dari kata-kata tersebut artinya Bourne bisa melihat Pamela dengan jelas, dan itu berarti lokasinya tidak terlalu jauh dari markas mereka.

***

"Not in my house!"

Masih ingat Red Eye? Kalimat ini ada dalam adegan-adegan terakhir di film itu. Adalah Lisa Reisert, seorang manajer sebuah hotel yang diteror oleh orang yang baru dikenalnya, Jackson Rippner, dalam penerbangannya kembali ke Miami. Rippner mengaku telah menyandera ayahnya, dan meminta Lisa menggunakan wewenangnya di hotel untuk mengganti kamar yang akan ditempati menginap oleh Charles Keefe, seorang Menteri Keamanan dengan kamar yang telah dipilih Rippner. Tujuannya, agar Rippner melalui kelompoknya dapat dengan mudah melancarkan pembunuhan terhadap Keefe dan keluarganya.

Sepanjang penerbangan, Lisa berusaha meloloskan diri dari Rippner. Namun usaha itu baru berhasil ketika pesawat sudah mendarat di bandara. Lisa segera melaporkan hal itu kepada pihak hotel untuk segera mengamankan Keefe dan keluarga. Sementara itu, ia langsung menuju rumahnya untuk menyelamatkan sang ayah.

Rippner menyusul Lisa ke rumahnya, dan terjadilah perkelahian disana. Rippner dengan kata-kata terornya berusaha untuk menyakinkan Lisa bahwa dirinya akan mengalahkan dan menangkapnya. Dengan penuh amarah Lisa menjawab, "Tidak di rumahku!". Ini adalah bentuk perlawanan dan bukti bahwa Lisa bukan lagi sosok yang ketakutan dan bisa dikuasainya seperti ketika di dalam pesawat.

***

"(I am) Here..."

Dengan suara khasnya yang agak-agak serak, mungkin akan langsung dapat Anda kenali. Kata ini ada dalam film pertama dari trilogi The Dark Knight, yaitu Batman Begins.

Para penjahat yang sedang sibuk menyelundupkan narkoba di sebuah terminal peti kemas, dibuat kelabakan dengan munculnya sosok manusia kelelawar ini. Satu persatu para penjahat itu dibuat tidak berkutik. Diliputi putus asa dan ketakutan mereka menembak membabi buta. Salah seorang dari penjahat berteriak lantang mencari Batman, agar menunjukkan dirinya. Secara misterius, Batman muncul di belakang orang tersebut -dengan posisi kepala di bawah- sambil berbisik, "Di sini...". Dan penjahat yang sudah ketakutan itu menjadi begitu kaget gemetaran.

***

Hm, sebenarnya ada satu lagi dialog yang paling impresif bagi saya. Yaitu dalam adegan-adegan terakhir dalam film The Last Samurai.

Ketika Katsumoto dan para samurai lainnya tewas dalam peperangan melawan tentara Jepang, Algreen yang sudah begitu memahami jalan pikiran samurai kemudian menghadap Sang Kaisar untuk menyerahkan pedang milik Katsumoto. Ketika itu, Sang Kaisar bertanya kepada Algreen, "Ceritakan padaku, bagaimana dia (Katsumoto) meninggal?"

Dengan bangga Algreen menjawab, "Aku akan menceritakan kepada Anda bagaimana dia hidup."
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, May 16, 2013

Tuesday, May 14, 2013

ujungkelingking - Dishare langsung dari Mbak Zulfa Putri Bungsu di jiples.



Jika anakmu berbohong,

itu karena engkau menghukumnya terlalu berat.


Jika anakmu tidak percaya diri,

itu karena engkau tidak memberi dia semangat.


Jika anakmu kurang berbicara,

itu karena engkau tidak mengajaknya berbicara.


Jika anakmu mencuri,

itu karena engkau tidak mengajarinya memberi.


Jika anakmu pengecut,

itu karena engkau selalu membelanya.


Jika anakmu tidak menghargai orang lain,

itu karena engkau berbicara terlalu keras kepadanya.


Jika anakmu marah,

itu karena engkau kurang memujinya.


Jika anakmu suka berbicara pedas, 

itu karena engkau tidak berbagi dengannya.


Jika anakmu mengasari orang lain,

itu karena engkau suka melakukan kekerasan terhadapnya.


Jika anakmu lemah,

itu karena engkau suka mengancamnya.


Jika anakmu cemburu,

itu karena engkau menelantarkannya.


Jika anakmu mengganggumu,

itu karena engkau kurang mencium dan memeluknya.


Jika anakmu tidak mematuhimu,

itu karena engkau menuntut terlalu banyak padanya.


Jika anakmu tertutup,

itu karena engkau terlalu sibuk.

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, May 14, 2013

Monday, May 13, 2013

ujungkelingking - Ketika Anda memutuskan untuk mengajukan lamaran ke sebuah perusahaan, lalu Anda kemudian dipanggil untuk melakukan serangkaian interview, maka ketika pihak perusahaan tertarik untuk mempekerjakan Anda, maka sejak saat itu Anda berstatus sebagai pegawai baru (jreng-jreng!).

Biasanya Anda akan langsung diantar ke lokasi kerja Anda dan diperkenalkan dengan orang-orang yang akan menjadi tim Anda nantinya. Jika Anda beranggapan bahwa ini adalah komunikasi awal, Anda salah. Ini "hanya" perkenalan formalitas semata. Selanjutnya -untuk awalnya- akan ada orang yang bertugas membimbing pekerjaan Anda. Orang ini bisa jadi atasan Anda langsung atau orang yang ditunjuk oleh perusahaan. Siapapun itu, tampilkan imej yang bagus (mau diajari), dan bersikap sok tahu sangat tidak disarankan.

Yang perlu disadari sebagai pegawai baru adalah bahwa kita tidak tahu apa-apa di lingkungan tersebut. Misalnya, karakter atasan dan teman-teman kita seperti apa, sistem kerjanya bagaimana, dsb. Karena itu diperlukan usaha untuk mengenal lingkungan baru kita. Bagaimana caranya?

Membuka diri adalah komunikasi awal

Cara paling mudah untuk mengakrabkan diri dengan pegawai-pegawai yang lebih senior adalah pada jam makan siang, karena pada jam ini orang-orang sedang santai. Cobalah untuk ikut dalam acara makan siang mereka, tentu saja tanpa memaksa. Anda bisa mulai bertanya, "Mau makan dimana, Pak?" atau, "Boleh ikut gabung, Pak?".

Nanti di sela-sela makan siang, mereka pasti akan bertanya tentang Anda. Standartnya tentang tinggal dimana, sudah berkeluarga atau belum, sudah pernah kerja di tempat lain atau tidak, dan sebagainya. Inilah yang saya sebut dengan komunikasi awal. Ini langkah awal mereka mengenal Anda. Jawab dengan apa adanya tanpa membanggakan diri. Tidak ada orang yang suka disombongi, apalagi oleh "anak baru kemarin".

Nah, jika Anda berhasil disini, biasanya mereka akan suka memberikan "informasi-informasi" yang harus Anda ketahui tentang atasan atau perusahaan Anda. Misalnya tentang apa yang tidak disukai oleh atasan Anda, atau cara kerja yang disukai oleh teman-teman yang sudah senior.

Bersikap baik, bukan "menjilat"

Mengetahui "informasi-informasi" tersebut bukan berarti Anda harus menjilat atasan agar bisa survive. Itu cara licik untuk sukses. Para penjilat biasanya melakukannya dengan "menjual omongan" tentang kejelekan pegawai lain kepada atasan. Bisa saja atasan Anda semakin suka dengan Anda, tapi bagaimana dengan pegawai (baca: teman kerja) yang lain? Mungkin mereka akan menjaga jarak dan bersikap hati-hati terhadap Anda. Dan yakinlah, situasi seperti itu tidak menyenangkan untuk bekerja.

Doing your parts

Hindari mengurusi pekerjaan orang lain. Bukan Anda yang bertugas menilai pekerjaan orang lain (kecuali jika Anda adalah bagian HRD, hihi). Kerjakan saja pekerjaan Anda. Akan lebih tenang dengan itu.


*masih kesulitan mencari lanjutannya...



Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, May 13, 2013

Wednesday, May 8, 2013

ujungkelingking - Senin kemarin bisa jadi adalah hari yang paling menunjukkan kenekatan (baca: kebodohan) saya. Bagaimana tidak, saya tetap berangkat kerja meski dengan bahan bakar dan uang yang menipis. Bahan bakar yang tidak akan dapat membawa saya sampai ke kantor -yang jaraknya hampir 40 km- dan uang yang bahkan tidak cukup untuk membeli setengah liter bensin.

***

Jadi begini ceritanya,

Sejak Sabtu sebelumnya, rekan kerja saya sudah memberitahu bahwa dirinya akan masuk kantor agak siang Senin ini karena ada suatu keperluan. Karena kami hanya berdua saja, itu berarti saya harus masuk agak pagi, sebab tidak mungkin membiarkan kantor kosong sampai siang hari.

Yang menjadi masalah adalah, bensin saya sudah sangat menipis, begitu juga dengan isi dompet saya. Namun saya berpikir, toh, saya hanya harus mencari ATM terdekat, lalu mampir sebentar ke SPBU, dan saya akan sampai di kantor. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk tetap berangkat kerja.

Beberapa ratus meter dari rumah saya ada sebuah Bank dengan ATM di depannya. Tempat itu yang saya tuju kali pertama. Namun sayang, di pintu ATM tersebut saya disambut sebuah tulisan besar-besar, "Mohon maaf untuk sementara ATM tidak dapat melayani transaksi tunai". Hehh, saya harus beralih ke ATM lain. Beruntung tidak jauh dari tempat itu ada ATM milik Bank lain.

Ibarat 11-12, ATM tersebut juga kehabisan uang.

Mulai bercabang pikiran saya. Saya berpikir untuk pulang saja dan meminta izin cuti hari itu. Itu langkah paling aman daripada saya harus kehabisan bensin di tengah jalan sedangkan saya juga tidak membawa uang. Namun itu juga langkah paling pengecut karena itu berarti saya membiarkan pekerjaan saya terbengkalai padahal saya berhubungan dengan banyak rekanan perusahaan.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada opsi yang kedua, yaitu tetap melanjutkan perjalanan sambil mencari ATM-ATM lain di perjalanan. Saya ingat setidaknya ada 2 ATM lagi di depan nanti.

Saya pun melaju dengan harap-harap cemas. Biar bagaimana juga feeling saya mengatakan sebaliknya. Dan,

Apa yang saya khawatirkan terjadi. ATM yang ketiga ini pun tidak bisa melayani transaksi tunai. Begitu pula dengan ATM keempat yang lokasinya lebih jauh lagi. Aarrggh, lemaslah saya. Betapa tidak, saat ini posisi saya sudah hampir di separuh perjalanan. Saya harus menimbang kembali,

Seingat saya, di depan sudah tidak ada ATM lagi kecuali nanti mendekati kantor. Jika saya memaksa untuk tetap melanjutkan perjalanan, maka bisa dipastikan saya akan kehabisan bensin sebelum sampai kantor. Kalaupun saya bisa mampir ke SPBU, toh saya tidak sedang pegang uang. Dan jika hal itu terjadi, bisa dibayangkan bingungnya saya: mau maju tidak bisa, mau pulang juga sudah terlalu jauh.

Akhirnya saya terpaksa mengambil keputusan yang paling memalukan sekaligus paling rasional saat itu: go back to home.

Yah, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah kembali pulang. Kalaupun nanti saya kehabisan bensin di jalan, toh saya sudah lebih dekat ke rumah. Saya sudah sangat pasrahnya. Seperti prajurit kalah perang, :-(

Yang ada di benak saya kemudian hanyalah segera sampai di rumah dan istirahat. Biar saja pekerjaan kantor terbengkalai. Biar saja rekan kerja saya nantinya marah-marah. Biar saja bos besar naik pitam. Biar saja rekanan perusahaan pulang kecewa dengan membawa gerutuan mereka. Biar...

***

Namun, seperti yang pernah dikatakan Ust. Yusuf Manshur dalam salah satu bukunya, pasrahkan saja semuanya. Pasrah pun belum tentu (hal yang ditakutkan itu) akan terjadi.

Dan itu benar.

Dalam perjalanan balik itu tiba-tiba saja saya melihat tulisan "ATM" pada sebuah plakat besar milik Bank yang cukup mendominasi di Indonesia. Heran ya, padahal sebelumnya saya sudah tengak-tengok namun tidak menyadari ada tulisan sebesar itu.

Fiuhh! Akhirnya saya tidak jadi pulang, dan tetap ngantor meski telat. 

Jadi, apa yang definisi yang pas buat saya;
  • Pasrah tingkat SMA?
  • Nekat tanpa pertimbangan?
  • Atau bodoh yang direncanakan?

Hehe... au ah! (Gak usah dijawab yah!) 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, May 08, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!