Friday, October 18, 2013

ujungkelingking - Setiap orang memiliki kebanggaannya sendiri-sendiri. Kebanggaan terhadap sesuatu yang sedang dimiliki atau sesuatu yang tengah dinikmati. Namun bagi orangtua yang tengah memiliki seorang balita, barangkali inilah kebanggaan mereka.

Yang akan saya ceritakan ini adalah hal yang jamak terjadi di kehidupan kita. Tentang perkembangan terhadap balita kita. Namun bagi saya tetap menarik untuk ditulis, itung-itung sebagai cara untuk mengabadikan momen yang tidak bisa ditangkap oleh kamera apapun.

Petang itu, saya baru pulang dari kantor. Belum juga melepas pakaian dan mandi, si Zaki tiba-tiba nyletuk, "Yah, 3 ditambah 1 sama dengan 4". Entah mencontoh darimana.

"Oh, ya?" Kata saya. Iseng, coba saya tes. "Kalau 3 dikurangi 1 sama dengan berapa?"

"Sama dengan... empat." Jawabnya. Saya tahu dia ragu.

Saya coba lagi. Kali ini dengan jari saya sebagai peraga. "Ada 3 (jari) terus diambil satu, jadi berapa?"

Si Zaki masih bingung. Belum bisa menangkap rupanya. Akhirnya saya coba dengan cara lain.

"Begini, kalau kakak punya wafer T*ngo tiga, terus dikasihkan ke adik satu, sekarang wafer T*ngo-nya kakak tinggal berapa?"

"2!" Sahutnya cepat.

H-he...

Imajinasi anak-anak itu sungguh luas. Namun dunia mereka sebenarnya sederhana saja. Maksud saya, dunia mereka tidak lebih dari mainan. Dan jajanan, tentu saja.

Jadi bila setiap pengajaran bisa kita sederhanakan seperti sederhananya dunia mereka, tentu mereka akan bisa (baca: mudah) menerima.

Selamat pagi.

Selamat beraktifitas.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, October 18, 2013

Wednesday, October 16, 2013

ujungkelingking - Pertanyaan "menggelitik" ini disampaikan teman saya ketika jam istirahat tadi. Kemarin dia sempat mendengarkan sebuah ceramah tentang qurban ini. Dikatakan oleh sang khatib -saya tidak tahu bagaimana redaksinya- bahwa orang yang berqurban itu nanti akan mengendarai tunggangannya itu ke surga. Seorang teman lain nyletuk, "Kalau begitu kita tidak perlu sholat ataupun puasa. Cukup dengan berqurban saja, kita sudah bisa masuk surga."

Nah, celetukan inilah yang merisaukan teman saya. Dia mempertanyakan keshahihan dalil di atas. Saya tentu tidak bisa menjawab langsung. Disamping karena yang bersangkutan tidak hafal teks dalil tersebut, juga untuk tashih-mentashih atau tafsir-mentafsir dalil bukanlah bidang saya.

Karena itu, saya tidak akan pasang dalil dalam tulisan ini. Bukan karena saya tidak paham, akan tetapi karena saya lagi males copy-paste. #Modus

Hal ini bisa kok kita jelaskan meski tanpa dalil. Logikanya, ketika kita mengatakan bahwa kita beriman kepada Allah dan kita ingin diakui sebagai hamba-Nya, maka pertanyaannya kemudian adalah, "Apa buktinya?" Sebab kalau hanya bisa ngomong saja tanpa disertai bukti, anak kecil juga bisa.

Maka, qurban adalah salah satu fasilitas dari Allah untuk membuktikan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Sholat dan puasa adalah fasilitas juga. Dan karena kita sudah kadung memproklamirkan diri beriman kepada-Nya, maka tugas kita adalah membuktikannya, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut.

Jadi, apakah menyembelih qurban bisa memasukkan seseorang ke dalam surga?

Huft!


*ditulis sebagai ke'galau'an karena sampai tahun ini belum bisa berqurban.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, October 16, 2013

Friday, October 11, 2013

ujungkelingking - Kita semua tahu bahwa salah satu efek dari sebuah situs jejaring sosial adalah mudahnya seseorang mengekspresikan (siapa) dirinya. Mengabarkan kepada publik tentang apa yang sedang dirasakan, apa yang sedang diinginkan, atau sekedar menuliskan kata-kata yang, hanya dia dan Tuhan saja yang tahu maksudnya. Dan disadari atau tidak apa yang tertulis di sana menunjukkan siapa penulisnya. Seolah-olah setiap kalimat-kalimat itu mengatakan, "this is me!".

Karena itulah kemudian kita banyak "membaca" macam-macam orang dari status-status yang ditulisnya. Ada yang narsis. Ada yang ingin disebut romatis. Ada yang alay. Dan ada status yang bikin kita mengerutkan dahi, "apa maksudnya ini?". Ada yang sok bijak lalu banyak berpetuah. Ada yang melow. Dan ada pula yang senantiasa galau.

Akan tetapi semakin ke sini, social network tak lagi sekedar dijadikan sebagai lahan untuk memperkenalkan diri, namun sudah mulai merambah ke dunia bisnis. Akun-akun pun banyak yang mulai berisi pengenalan-pengenalan produk dan promosi. Faktanya, tidak sedikit orang yang mengamini keefektifan beriklan di jejaring sosial.

Nah, kedua hal inilah -cara berekspresi dan memperkenalkan bisnis di sosmed- yang menjadi topik tulisan ini.

Saya punya seorang teman perempuan yang memiliki akun di facebook. Belakangan dia ikut menjadi member sebuah produk kecantikan yang cukup ternama. Maka semenjak itu, mulailah status-statusnya penuh dengan promosi tentang produk-produk terbarunya. Sebenarnya saya tidak bermasalah dengan hal tersebut, bahkan saya cukup senang karena dalam beberapa statusnya dia juga menyisipkan pesan sikap optimis dan percaya diri.

Tapi pada akhirnya saya pun terusik. Ini terjadi karena beberapa statusnya, meski tidak sedang berpromosi, menyiratkan kegalauan dan ke-pesimis-an. Entah itu sekedar iseng, atau memang sedang ada masalah dengan keluarganya, lalu keluarlah status galau tersebut.

Okelah, itu manusiawi. Bahwa setiap manusia boleh galau dan bisa pesimistis. Namun karena akun yang dipakai untuk ber-galau dan ber-pesimis ini adalah akun yang sama dengan akun yang tadinya menitipkan pesan kepercayaan diri, lalu apa yang bisa diharapkan penjual yang seperti ini? Alih-alih iba terhadapnya, para (calon) pembeli bisa-bisa hengkang dari lapaknya.

Karena itu, sekedar saran kecil dari sini, jika Anda kebetulan memanfaatkan akun sosmed Anda untuk promosi bisnis atau produk, maka Anda harus benar-benar menjaga agar hal-hal "negatif" dari diri Anda pribadi tidak bercampur dan mengotori apa yang sedang Anda usahakan. Meski sebenarnya, menjaga ucapan tidak boleh terbatas pada tempat dan waktu tertentu saja.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, October 11, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!