ujungkelingking - Setiap orang memiliki kebanggaannya sendiri-sendiri. Kebanggaan terhadap sesuatu yang sedang dimiliki atau sesuatu yang tengah dinikmati. Namun bagi orangtua yang tengah memiliki seorang balita, barangkali inilah kebanggaan mereka.
Yang akan saya ceritakan ini adalah hal yang jamak terjadi di kehidupan kita. Tentang perkembangan terhadap balita kita. Namun bagi saya tetap menarik untuk ditulis, itung-itung sebagai cara untuk mengabadikan momen yang tidak bisa ditangkap oleh kamera apapun.
Petang itu, saya baru pulang dari kantor. Belum juga melepas pakaian dan mandi, si Zaki tiba-tiba nyletuk, "Yah, 3 ditambah 1 sama dengan 4". Entah mencontoh darimana.
"Oh, ya?" Kata saya. Iseng, coba saya tes. "Kalau 3 dikurangi 1 sama dengan berapa?"
"Sama dengan... empat." Jawabnya. Saya tahu dia ragu.
Saya coba lagi. Kali ini dengan jari saya sebagai peraga. "Ada 3 (jari) terus diambil satu, jadi berapa?"
Si Zaki masih bingung. Belum bisa menangkap rupanya. Akhirnya saya coba dengan cara lain.
"Begini, kalau kakak punya wafer T*ngo tiga, terus dikasihkan ke adik satu, sekarang wafer T*ngo-nya kakak tinggal berapa?"
"2!" Sahutnya cepat.
H-he...
Imajinasi anak-anak itu sungguh luas. Namun dunia mereka sebenarnya sederhana saja. Maksud saya, dunia mereka tidak lebih dari mainan. Dan jajanan, tentu saja.
Jadi bila setiap pengajaran bisa kita sederhanakan seperti sederhananya dunia mereka, tentu mereka akan bisa (baca: mudah) menerima.
Selamat pagi.
Selamat beraktifitas.
Yang akan saya ceritakan ini adalah hal yang jamak terjadi di kehidupan kita. Tentang perkembangan terhadap balita kita. Namun bagi saya tetap menarik untuk ditulis, itung-itung sebagai cara untuk mengabadikan momen yang tidak bisa ditangkap oleh kamera apapun.
Petang itu, saya baru pulang dari kantor. Belum juga melepas pakaian dan mandi, si Zaki tiba-tiba nyletuk, "Yah, 3 ditambah 1 sama dengan 4". Entah mencontoh darimana.
"Oh, ya?" Kata saya. Iseng, coba saya tes. "Kalau 3 dikurangi 1 sama dengan berapa?"
"Sama dengan... empat." Jawabnya. Saya tahu dia ragu.
Saya coba lagi. Kali ini dengan jari saya sebagai peraga. "Ada 3 (jari) terus diambil satu, jadi berapa?"
Si Zaki masih bingung. Belum bisa menangkap rupanya. Akhirnya saya coba dengan cara lain.
"Begini, kalau kakak punya wafer T*ngo tiga, terus dikasihkan ke adik satu, sekarang wafer T*ngo-nya kakak tinggal berapa?"
"2!" Sahutnya cepat.
H-he...
Imajinasi anak-anak itu sungguh luas. Namun dunia mereka sebenarnya sederhana saja. Maksud saya, dunia mereka tidak lebih dari mainan. Dan jajanan, tentu saja.
Jadi bila setiap pengajaran bisa kita sederhanakan seperti sederhananya dunia mereka, tentu mereka akan bisa (baca: mudah) menerima.
Selamat pagi.
Selamat beraktifitas.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, October 18, 2013

