Friday, June 7, 2013

ujungkelingking - Berbicara masalah isra' mi'raj tentu tak bisa lepas dari pembicaraan tentang masjid ini: al-Aqsha. Yaitu masjid dimana Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam singgah sebelum naik ke langit.

Namun, sadarkah kita setiap kali disebut nama Masjid al-Aqsha, yang muncul justru adalah gambar ini:

Gambar: www.akhirzaman.info

Perlu kita ketahui bahwa gambar di atas bukanlah gambar dari Masjid al-Aqsha, melainkan Qubbah ash-Shakhra, Dome of The Rock, atau ada yang menyebutnya sebagai Masjid Kubah Emas.

Perhatikan posisi Masjid al-Aqsha dan Qubbah ash-Shakhra berikut ini:

Gambar: www.akhirzaman.info

Meski secara lokasi Qubbah ash-Shakhra masih berada di dalam kompleks Masjid al-Aqsha, namun ia bukanlah masjid (tempat sholat).

Ada sebuah batu. Konon batu ini adalah batu tempat berpijaknya Rasulullah ketika di-mi'raj-kan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Orang-orang Yahudi percaya bahwa dulunya kerajaan Nabi Sulaiman dibangun di wilayah batu tersebut berada. Diceritakan juga bahwa Khalifah Umar bin Khattab pernah menyempatkan diri mengunjungi batu tersebut setelah menaklukkan Yerussalem, kemudian beliau membangun sebuah masjid kecil di sekitar tempat itu. Masjid kecil inilah yang nantinya kita sebut sebagai Masjid al-Aqsha. Kemudian sekitar tahun 685 M, Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang tengah berkuasa saat itu memerintahkan untuk memperluas bangunan Masjid al-Aqsha serta membangun sebuah kubah yang melingkupi batu tersebut. Kubah inilah yang kemudian disebut Qubbah ash-Shakhra.

Banyak kalangan berpendapat bahwa merebaknya gambar-gambar Qubbah ash-Shakhra yang dibuat seolah-olah itu adalah gambar dari Masjid al-Aqsha, tidak terlepas dari propaganda kaum Yahudi untuk menggeser pemikiran umat Islam. Inilah yang perlu diwaspadai oleh kaum Muslimin. Mereka -kaum Yahudi- menginginkan agar umat Islam salah mengira Qubbah ash-Shakhra sebagai Masjid al-Aqsha. Tujuannya tidak lain adalah agar ketika mereka mulai merobohkan Masjid al-Aqsha yang asli, umat Muslim tidak lagi protes karena mengira yang dihancurkan itu bukanlah Masjid al-Aqsha.

Namun menurut penulis, baik Masjid al-Aqsha maupun Qubbah ash-Shakhra adalah merupakan salah satu kebanggaan umat Islam dan menjadi tempat yang "diberkahi" oleh Allah, disamping karena masjid ini pernah menjadi kiblat pertama umat Nabi Muhammad. Karena itu melindungi Masjid al-Aqsha termasuk juga Qubbah ash-Shakhra adalah kewajiban kaum Muslimin.

Di ayat pertama surah Al-Israa' telah disebutkan,
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidi 'l-Haram ke Masjidi 'l-Aqsha yang telah Kami berkahi "sekelilingnya" agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Sumber  referensi dari sini, sini dan sini
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, June 07, 2013

Wednesday, June 5, 2013

ujungkelingking - Tulisan ini adalah sebuah refleksi dari kegalauan saya selama ini. Betapa tidak, sampai usia segini sholat saya yang masuk kategori tepat waktu bisa dihitung dengan jari... :'(

Barangkali ada diantara rekan-rekan blogger -yang muslim- yang memiliki kegundahan yang sama dengan saya, mari kita simak satu cara ini agar sholat kita menjadi always on time!

Namun sebelum kita masuk ke cara tersebut, ada baiknya kita meneliti dahulu hal-hal apa saja yang biasanya menyebabkan kita menunda untuk melaksanakan sholat.

Allah bukanlah prioritas

Harus kita akui, pesona dunia melenakan memang. Sering kita menunda sholat karena masih sibuk dengan urusan yang bersifat duniawi. Artinya, urusan duniawi ini lebih utama daripada panggilan Allah. Allah itu nomer dua, nanti, setelah yang ini selesai. Bagaimana mungkin Allah akan memprioritaskan doa kita jika Allah sendiri kita nomor-duakan?

Tidak bisa me-manage pekerjaan

Ada jenis-jenis pekerjaan yang memang tidak bisa dihentikan sewaktu-waktu. Jika kita termasuk yang sering melakukan pekerjaan semacam ini, maka pandai-pandailah kita dalam mengatur waktu. Bila memungkinkan, kita bisa sedikit menundanya dan mengerjakannya nanti setelah kita melaksanakan sholat, toh sepanjang-panjangnya kita sholat tidak lebih dari 10 menit.

Masih berada di dalam perjalanan

Yang ini adalah alasan yang klise. Meskipun adzan sudah terdengar ketika kita masih di perjalanan, kita bisa berhenti sejenak di masjid atau musholla. Bila tidak memungkinkan, kita bisa mengatur perjalanan -memajukan atau memundurkannya- agar sampai di tujuan tepat ketika sudah masuk waktu sholat.

Malas

Nah ini alasan yang lebih klise lagi. Tidak ada cara lain untuk mengatasi rasa malas, kecuali dengan satu cara ini.

Dan masih banyak lagi sebab-sebab yang boleh dikatakan "alasan" untuk kita menunda sholat.

Dan dari semua alasan itu, ada satu cara -hanya satu cara- yang jika kita terapkan, akan membuat kita selalu sholat tepat pada waktunya. Satu cara itu adalah...

PAKSA!

Paksa diri kita untuk meninggalkan hal-hal duniawi itu ketika waktu sholat tiba. Paksa diri kita untuk menghentikan pekerjaan ketika suara muadzin sudah bergema. Paksa diri kita untuk berhenti ketika telah terdengar kumandang adzan di perjalanan. Ya ya, paksalah diri kita. Jika menaklukkan diri sendiri saja tidak bisa, bagaimana bisa kita menaklukkan yang lain?

Sebagian orang mungkin akan bertanya, bagaimana mungkin sebuah kebaikan dilakukan dengan keterpaksaan? Saya jawab, lebih baik terpaksa berbuat baik daripada ikhlas menyia-nyiakan sesuatu yang berpahala besar.

Selamat siang.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, June 05, 2013

Tuesday, June 4, 2013

ujungkelingking - Peristiwa Isra' Mi'raj ini terjadi sekitar tiga atau lima tahun sebelum hijrah. Banyak pendapat mengenai waktu terjadinya isra' mi'raj, namun tidak ada nash shahih yang menyebutkan dengan tepat kapan terjadinya peristiwa ini.

Peristiwa ini sungguh merupakan peristiwa yang luar biasa. Benar-benar di luar nalar manusia. Mustahil jika itu adalah perjalanan fisik, bagaimana mungkin seorang manusia bisa naik ke langit dan kembali lagi ke bumi dalam waktu semalam saja?

Dalam menjawab pertanyaan ini Allah subhanahu wa ta'ala, Tuhan semesta alam memberikan klarifikasi-Nya.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidi 'l-Haram ke Masjidi 'l-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
[Al-Israa': 1]

See this word: Allah-lah yang "memperjalankan". Dalam bahasa kita, Allah-lah yang menjemput dan mengantar Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam, dengan perantaraan Jibril. Maka dengan ini kita menjadi paham bahwa apa yang terjadi pada diri Rasulullah dalam peristiwa isra' mi'raj adalah atas kekuasaan Allah. Seorang Muhammad yang notebene adalah pure manusia tidak mungkin bisa melakukan itu semua. Tapi kalau Allah yang menjemput dan mengantar, apanya yang mustahil?

Banyak kejadian-kejadian yang dialami Rasulullah dalam peristiwa ini, baik ketika maupun setelah di-isra' mi'raj-kan. Namun dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada dua poin saja yang dianggap paling penting, yang bisa diambil dalam peristiwa ini.

  • Perintah agung sholat 5 waktu

Dalam perjalanan isra' mi'raj ini, Rasulullah (dan umat Islam secara keseluruhan) pada akhirnya menerima perintah sholat wajib 5 waktu. Karena agungnya dan begitu luar biasanya peristiwa isra' mi'raj ini, maka perintah untuk melaksanakan sholat ini juga menjadi perintah yang extraordinary.

Jika untuk perintah wajib yang lain Rasulullah "cukup" menerima wahyu dari langit, maka untuk perintah sholat 5 waktu ini Rasulullah sendiri yang dipanggil ke langit. Sebuah isyarat yang -sungguh- bukan main-main!

Karena luar biasanya kewajiban sholat ini, Allah juga memberikan kompensasi yang luar biasa pula.

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا، هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

Amalan-amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya bagus, niscaya dia akan mendapatkan kebahagiaan dan keberhasilan. Namun, apabila sholatnya rusak, sungguh dia akan kecewa dan rugi. Apabila sholat wajibnya ada suatu kekurangan, Rabb berfirman, "Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah?" Lantas, kekurangan sholat wajibnya akan disempurnakan dengannya, kemudian seluruh amalannya (akan dihisab, pen.) seperti itu.
[Tirmidzi dan Nasa’i, di-shahih-kan oleh Albani dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib]

Sholat ini kemudian menjadi tolok ukur amal ibadah seorang Muslim. Jika bagus sholatnya, maka akan bagus juga amal-amalnya yang lain. Begitu juga sebaliknya, jika jelek sholatnya, maka bisa jadi jelek pula ibadahnya yang lain.

Lalu adakah cara untuk mengukur seberapa bagus sholat kita?

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[Al-Ankabuut: 45]

Sederhana saja, sholat yang benar itu bisa mendidik kita menjadi seorang Muslim yang sebenarnya. Sholat yang bagus dapat mempengaruhi cara berpikir, cara bereaksi terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan yang lain. Maka jika dalam keseharian kita menjadi mampu menjaga diri dari hal-hal yang keji dan mungkar, dari kedzaliman dan sikap angkuh, dari sifat egois dan tidak peduli sesama, maka bisa dibilang pengajaran yang didapat dari sholat kita sudah berhasil.

  • Isra' Mi'raj, upaya filterisasi umat

Inilah dampak terpenting berikutnya.

Tak dapat dipungkiri, sekembalinya Rasulullah dari isra' mi'raj dan beliau mengisahkan kejadian tersebut, umat Islam dan kaum Quraisy pecah! Yang awalnya memang yakin dengan kerasulan Muhammad, semakin bertambah keyakinan dan keimanan mereka. Namun, bagi mereka yang awalnya menerima Islam dengan ragu-ragu, semakin bertambah keraguan mereka dan menganggap Islam hanyalah ajaran akal-akalan Muhammad. Ada orang-orang Quraisy yang menjadi masuk Islam setelah mendengar mu'jizat ini, pun tak sedikit yang murtad dari keislamannya gara-gara kejadian ini.

Dengan peristiwa ini Allah subhanahu wa ta'ala berkehendak untuk "menyaring" pengikut-pengikut Rasulullah, mana yang benar-benar percaya kepada kerasulan dan ajaran Nabi Muhammad dan mana yang tidak.

Peristiwa ini juga sebagai motivasi bagi Rasulullah, karena setelah beliau diangkat menjadi Rasul, gangguan dan cercaan orang-orang Quraisy seakan tidak pernah berhenti dari beliau. Apalagi -menurut beberapa pendapat- peristiwa ini terjadi setelah 'ammu 'l-huzni (tahun kesedihan) dimana Rasulullah ditinggal mati oleh dua anggota keluarga tercinta; Khadijah dan Abu Thalib, paman beliau. Maka Allah mengangkat beliau ke langit untuk menunjukkan bahwa apa yang terjadi memang sudah digariskan, dan Allah terus bersama beliau. Dan dengan diperintahnya rasul-rasul terdahulu untuk menyambut kedatangan Nabi Muhammad menunjukkan tingginya kedudukan beliau di sisi Allah jalla wa 'alaa.

Maka peristiwa isra' mi'raj ini adalah sebuah peristiwa penting, baik bagi diri Rasulullah, juga bagi umat Muslim secara keseluruhan. Kita wajib mengimani kebenaran peristiwa ini dan apa-apa yang terjadi di dalamnya. Mengenai kapan pastinya peristiwa ini terjadi, bukanlah menjadi hal yang penting lagi.

Wallahu a'laam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, June 04, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!