Thursday, November 29, 2012

ujungkelingking - Awalnya tidak banyak yang tahu tentang novel "The Da Vinci Code" yang ditulis oleh Dan Brown -yang kemudian diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama. Setelah Paus Vatikan mengecam dan melarang beredarnya novel dan film tersebut, segera saja novel tersebut menjadi best seller!

"Innocence Of Mosleem", tiba-tiba saja menjadi film paling banyak dilihat setelah muncul gugatan dan reaksi keras dari banyak kalangan Muslim dunia.

Dan tentu masih banyak lagi contoh dari sesuatu yang pada awalnya orang tidak tertarik untuk tahu, namun ketika muncul larangan atau gugatan justru kemudian menyebabkan ketertarikan terhadap hal tersebut meninggi.

Asal mula istilah "streisand effect"

Adalah Barbara Joan Streisand (Barbara Streisand), seorang selebriti asal New York yang melayangkan gugatan terhadap Kenneth Adelman, fotografer yang dituduh telah memotret rumahnya dari udara, lalu mengunggahnya ke situs internet tanpa seijin dirinya. Barbara Streisand menganggap apa yang dilakukan Kenneth Adelman adalah melanggar privasinya. Tidak tanggung-tanggung, ia menuntut sekitar 52 juta dolar!

Meski pada akhirnya pihak pengadilan tidak mengabulkan tuntutannya, namun publik sudah kadung penasaran dengan foto yang digugat tersebut. Padahal sebelumnya tidak banyak orang yang tertarik untuk melihat seperti apa rumah Barbara Streisand, namun setelah kasus gugatannya masuk pemberitaan di media, dalam sekejab ribuan orang mengunduh gambarnya.

Sumber gambar: Google

Dari sinilah kemudian istilah "streisand effect" berkembang. Istilah untuk menyebut tentang rasa penasaran dan keingin-tahuan atas sesuatu yang dilarang.

Semakin dilarang, semakin dicari

Jika kita diberi lima buah kado yang boleh dibuka sekarang dan satu kado yang baru boleh dibuka 2 hari lagi, tentu pikiran kita akan terpusat pada satu kado yang tidak boleh langsung dibuka itu.


Rasa keingin-tahuan kita menjadi besar justru karena ada larangan tersebut.

Streisand Effect inilah yang dahulu menimpa Adam alaihissalaam sehingga harus diusir dari surga dan diturunkan ke bumi.

Sifat dasar manusia: ingin tahu

Ini adalah sifat alamiah dan manusiawi sehingga tidak mungkin bisa dihilangkan. Pada dasarnya, setiap kita memiliki sifat ini, hanya berbeda kadarnya pada masing-masing person: (1) ada yang sangat kuat sehingga dirasa perlu melakukan pelanggaran, dan; (2) ada pula yang masih dalam taraf biasa saja sehingga "kalau tidak diberi tahu ya sudah".

Dalam kisah Adam alaihissalaam, sebenarnya Adam masih masuk golongan yang kedua. Namun Syaithan berhasil menipu dan membujuknya sehingga ia berani melanggar larangan Allah (lihat Al-Baqaraah: 36).

Lalu bagaimana sikap kita ketika sifat ini menimpa kita?

Jawabannya tentu kembali kepada penilaian kita masing-masing. Apakah sifatnya agama (baca: tauqifiyah) atau hanya keduniaan saja? Apakah hal tersebut memang sangat penting sehingga kita harus tahu meski itu harus menabrak hak-hak orang lain dan etika dalam agama? Atau apakah jika kita tidak tahu maka akan menimbulkan kemudharatan yang lebih besar? Allah menganugerahkan kepada kita -manusia- akal, yang ketika semakin dewasa maka seharusnya semakin berpikir, semakin menimbang dan (mungkin) semakin bisa mengukur resikonya.


*dari beberapa sumber
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, November 29, 2012
Categories:

0 comments:

Post a Comment

Komentar Anda tidak dimoderasi.
Namun, Admin berhak menghapus komentar yang dianggap tidak etis.

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!