ujungkelingking - Aji Saka dan Aksara Jawa
Ada seorang kesatria pada jaman dahulu kala. Kesatria muda dari tanah Jawa. Aji Saka, namanya. Saktinya mandraguna tanpa pernah terpedaya oleh musuhnya. Dua orang pembantunya, selalu siaga bila diperintahnya.
Mereka bertiga berjalan berkelana. Membantu rakyat sengsara, mengalahkan raja-raja durhaka. Pada setiap kemenangannya, Aji Saka selalu dihadiahi benda-benda pusaka.
Semakin jauh berjalan. Semakin gemilang kemenangan. Benda-benda pusaka yang didapat-pun semakin bertumpuk menjadi timbunan. Tak mungkin lagi dibawa, baiknya harus disimpan.
Aji Saka lalu membuat sebuah gudang penyimpanan pusakanya. Salah seorang pembantunya diperintah untuk menjaga. Sang pembantu disumpah untuk tidak memberikan pusaka itu kecuali hanya kepada Aji Saka. Maka tinggallah sang pembantu di sana sementara Aji Saka melanjutkan perjalanannya.
***
Singkat cerita, Aji Saka bertemu dengan musuh yang sangat besar. Sesosok raksasa bersuara menggelegar. Wajah sangar, mata lebar dan tubuh yang kekar membuat yang melihat bergidik gentar. Ia adalah Prabu Dewatacengkar.
Rupanya Aji Saka kesulitan mengalahkannya. Ia membutuhkan pusaka yang telah disimpannya. Maka diperintahkanlah sang pembantu untuk kembali mengambilnya. Dengan diiringi titah, bahwa ia tidak boleh kembali sebelum membawa itu pusaka.
Kedua pembantu akhirnya bertemu...
Yang satu disumpah menjaga pusaka, yang lain dititah mengambilnya.
Maka terjadilah pertempuran yang sangat seru.
Dan berakhirlah saat keduanya meregang nyawa...
***
Aji Saka menyadari kesalahannya. Sesalpun sudah tiada guna. Dalam sedih, ia bersemedi. Lalu mulailah ia menciptakan sebait sajak untuk mengenang keduanya.
*Ada dua pengawal
*Keduanya sama-sama mengemban tugas
*Sama-sama saktinya
*Keduanya sama-sama menjadi bangkai
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 23, 2014