Friday, October 11, 2013

ujungkelingking - Kita semua tahu bahwa salah satu efek dari sebuah situs jejaring sosial adalah mudahnya seseorang mengekspresikan (siapa) dirinya. Mengabarkan kepada publik tentang apa yang sedang dirasakan, apa yang sedang diinginkan, atau sekedar menuliskan kata-kata yang, hanya dia dan Tuhan saja yang tahu maksudnya. Dan disadari atau tidak apa yang tertulis di sana menunjukkan siapa penulisnya. Seolah-olah setiap kalimat-kalimat itu mengatakan, "this is me!".

Karena itulah kemudian kita banyak "membaca" macam-macam orang dari status-status yang ditulisnya. Ada yang narsis. Ada yang ingin disebut romatis. Ada yang alay. Dan ada status yang bikin kita mengerutkan dahi, "apa maksudnya ini?". Ada yang sok bijak lalu banyak berpetuah. Ada yang melow. Dan ada pula yang senantiasa galau.

Akan tetapi semakin ke sini, social network tak lagi sekedar dijadikan sebagai lahan untuk memperkenalkan diri, namun sudah mulai merambah ke dunia bisnis. Akun-akun pun banyak yang mulai berisi pengenalan-pengenalan produk dan promosi. Faktanya, tidak sedikit orang yang mengamini keefektifan beriklan di jejaring sosial.

Nah, kedua hal inilah -cara berekspresi dan memperkenalkan bisnis di sosmed- yang menjadi topik tulisan ini.

Saya punya seorang teman perempuan yang memiliki akun di facebook. Belakangan dia ikut menjadi member sebuah produk kecantikan yang cukup ternama. Maka semenjak itu, mulailah status-statusnya penuh dengan promosi tentang produk-produk terbarunya. Sebenarnya saya tidak bermasalah dengan hal tersebut, bahkan saya cukup senang karena dalam beberapa statusnya dia juga menyisipkan pesan sikap optimis dan percaya diri.

Tapi pada akhirnya saya pun terusik. Ini terjadi karena beberapa statusnya, meski tidak sedang berpromosi, menyiratkan kegalauan dan ke-pesimis-an. Entah itu sekedar iseng, atau memang sedang ada masalah dengan keluarganya, lalu keluarlah status galau tersebut.

Okelah, itu manusiawi. Bahwa setiap manusia boleh galau dan bisa pesimistis. Namun karena akun yang dipakai untuk ber-galau dan ber-pesimis ini adalah akun yang sama dengan akun yang tadinya menitipkan pesan kepercayaan diri, lalu apa yang bisa diharapkan penjual yang seperti ini? Alih-alih iba terhadapnya, para (calon) pembeli bisa-bisa hengkang dari lapaknya.

Karena itu, sekedar saran kecil dari sini, jika Anda kebetulan memanfaatkan akun sosmed Anda untuk promosi bisnis atau produk, maka Anda harus benar-benar menjaga agar hal-hal "negatif" dari diri Anda pribadi tidak bercampur dan mengotori apa yang sedang Anda usahakan. Meski sebenarnya, menjaga ucapan tidak boleh terbatas pada tempat dan waktu tertentu saja.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, October 11, 2013

Thursday, October 10, 2013

ujungkelingking - Beberapa minggu terakhir ini, dunia medis kita dihebohkan dengan istilah OCD. Itu lho, sebuah 'tehnik' diet yang diciptakan oleh master magician, Deddy Corbuzier.

Saya kurang begitu paham dengan bagaimana sebenarnya diet OCD itu. Namun yang pasti OCD ini sampai sekarang menjadi isu yang kontroversial. Ada yang setuju karena berhasil, dan ada pula yang kontra karena merasa ada dampak yang bakal ditimbulkan oleh cara ini.

Bagaimanapun caranya, diet yang benar -menurut saya- tidak boleh sampai pada taraf 'menyiksa diri'. Jika ini yang terjadi, maka bisa membahayakan kondisi fisik dan psikis pelakunya.

Tapi bagi saya pribadi, OCD ini sangatlah penting. Bahkan, dalam kasus saya OCD ini sangat membantu sekali untuk 'kelangsungan hidup' saya. Saya adalah orang yang aktif melakukan diet OCD ini. Bukan karena saya terbilang gemuk, namun karena saya masih sangat kurus.

Bagaimana bisa OCD bermanfaat bagi yang kurus, ini yang memang masih menjadi misteri. Tapi Anda tak usah heran. Bagaimanapun, saya merasa harus melakukan OCD. Karena bagi saya OCD itu ya ono cemilan, dipangan... Dalam bahasa Indonesianya, ada makanan, sikaaat!!!

H-ha.

*postingan iseng di siang hari
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, October 10, 2013

Wednesday, October 9, 2013

ujungkelingking - Beberapa hari ini saya lagi off mosting tulisan. Bukan tanpa sebab, tapi karena saya sibuk bikin percobaan kecil-kecilan...

Anda sudah mengenal alat ini, tidak?

Sumber gambar: www.topbgt.com
Jika belum, alat ini disebut dengan alat pemotong gabus atau biasa disebut dengan styrofoam. Gunanya untuk memotong gabus sehingga bisa dibentuk menjadi sebuah huruf, hiasan, dsb. Teori dari alat ini adalah dengan memanaskan kawat yang ada pada alat tersebut sehingga dapat dipakai untuk memotong benda-benda lunak seperti gabus, atau semacamnya.

Namun, alat ini masih memiliki kelemahan. Selain karena boros daya (karena menggunakan baterai), alat ini juga kurang efektif digunakan. Hal itu karena kita harus memegangnya dengan salah satu tangan, sedang tangan yang lainnya digunakan untuk memegang gabus yang hendak dipotong. Iya kalau yang dipotong kecil atau sedikit, lah kalau banyak dan lebar? Tentu akan menyulitkan sekali.

Karena itulah dibutuhkan alat pemotong yang berbentuk seperti papan, sehingga kita bebas memotong dan mengatur pergerakan gabus menggunakan kedua tangan kita. Nah, berbekal "petuah" dari seorang teman dan referensi dari buku yang telah saya beli sekitar 6-7 tahun yang lalu, mulailah saya mencoba membuat alat pemotong gabus ini.

Pertama-tama kita harus mempersiapkan alat-alat dan bahan berikut ini:

Sumber gambar: dok. pribadi
 1. Papan kayu

Papan kayu yang digunakan hendaknya papan yang rata. Karena harga hardboard yang bagus cukup "lumayan" (mau bilang mahal kok sungkan), ditambah lagi saya tidak memiliki alat bor, maka saya berpikir untuk menggunakan kayu bekas pakai yang sudah 2 bulanan ini menganggur di halaman belakang rumah. Kayu itu saya potong-potong dan dipaku secara sejajar, sehingga ada celah (sebagai ganti lubang) untuk jalur lewatnya kawat pemotong.

Sebenarnya, papan yang dipakai terserah mau selebar atau setebal berapapun, namun harus diingat bahwa papan tersebut memiliki ketiga unsur berikut:
  1. Papan tersebut memiliki kaki-kaki. Gunanya adalah sebagai tempat untuk menambatkan ujung kawat bagian bawah. Dalam percobaan saya, kaki-kaki papan ini saya gunakan sebagai tempat meletakkan saklar dan "menyembunyikan" trafo.
  2. Papan tersebut juga harus memiliki lubang (atau celah) untuk jalur lewat kawat ke atas.
  3. Papan tersebut memiliki tiang untuk menambatkan ujung kawat yang atas.

2. Trafo dan kawat nikelin

Trafo yang digunakan adalah yang 500 mA, sedang kawat nikelin pakai yang diameternya 0.5 mm. Kedua barang ini bisa didapatkan di toko alat-alat teknik, yang biasa menjual dinamo, electro motor, dsb.

Dari kiri ke kanan: Kawat nikelin, trafo, steker, saklar jepit, saklar tempel, kabel

Jangan seperti saya yang keliru menganggap kawat nikelin adalah alat listrik. Sehingga setiap toko alat listrik yang berada di sepanjang arah ke kantor saya datangi. Hasilnya tentu saja nihil. Jangankan keberadaan kawatnya, nama barangnya saja tidak ada penjualnya yang tahu. Akhirnya saya mendapatkannya di toko yang sebut di atas. Sekedar info, harganya 18 ribu per meter, tapi ketika saya bilang cuma butuh setengah meter, kata penjualnya, "Kalau setengah meter harganya 10 ribu, mas." Haiyyya... Emang penjual paling bisa, deh!

3. Saklar, saklar jepit, steker (colokan), dan kabel

Alat-alat ini baru bisa didapatkan di toko alat-alat listrik. Harganya pun cukup terjangkau.

Setelah alat-alat di atas sudah siap, sekarang waktunya merangkai alat pemotong gabus kita. Untuk lebih mudahnya, silahkan perhatikan gambar berikut:

Rangkaian sederhana alat pemotong gabus (styrofoam) | file pribadi


Kabel I, hubungkan antara steker, saklar dan trafo. Pada kabel yang terhubung dengan trafo sambungkan salah satu ujungnya ke kutub 0 V dan ujung lainnya ke kutub 220 V.

Untuk kabel II, hubungkan antara trafo dan masing-masing dari ujung kawat nikelin yang sebelumnya sudah dipasang secara vertikal pada papan (mungkin butuh bantuan paku untuk menambatkan kawat tersebut). Pada kabel yang terhubung dengan trafo sambungkan salah satu ujung kabel ke kutub 0 V dan yang lainnya ke kutub 12 V. Yang disebut terakhir ini bersifat optional, artinya kita bisa memilih angka yang lebih kecil untuk menghasilkan efek panas yang lebih rendah.

Dan akhirnya, alat pemotong gabus ini sudah bisa digunakan.

Alat pemotong gabus yang amat-sangat sederhana


Setelah ini saya akan mencoba membuat sebuah kaligrafi dari huruf/tulisan latin. Kira-kira seperti apa, ya?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, October 09, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!