Wednesday, April 4, 2012

ujungkelingking - Hadits yang akan saya sampaikan berikut ini saya share dari postingan salah seorang Kompasianer. Dan karena hadits ini cukup panjang, maka saya membaginya dalam tiga bagian. Semoga dapat menjadi renungan dan semakin meningkatkan Islam dan Iman kita semua. Amin…

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal radhiallahu anhu dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu, ia berkata: “Kami bersama Rasululah shallallahu alaihi wa salaam berada di rumah seorang sahabat dari golongan Anshar dalam sebuah jamaah. Tiba-tiba, ada yang memanggil dari luar,

“Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, karena kalian membutuhkanku”

Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu siapa yang menyeru itu?”

Para sahabat menjawab, “Tentu Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”.

Rasulullah berkata, “Dia adalah Iblis yang terkutuk. Semoga Allah senantiasa melaknatnya”.

Umar bin Khattab radhiallahu anhu berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengijinkanku untuk membunuhnya?”

Nabi shallallahu alaihi wa salaam berkata pelan, “Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa dia termasuk mereka yang tertunda kematiannya sampai waktu yang ditentukan (hari kiamat). Sekarang silakan bukakan pintu untuknya, karena ia sedang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Pahamilah apa yang dia ucapkan dan dengarkan apa yang akan dia sampaikan kepada kalian!”

Ibnu Abbas berkata: “Maka dibukalah pintu, kemudian Iblis masuk ke tengah-tengah kami. Ternyata dia adalah seorang yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Dagunya berjanggut sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda, kedua kelopak matanya memanjang terbelah ke atas, tidak kesamping, kepalanya seperti kepala gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang keluar seperti taring babi, kedua bibirnya seperti bibir macan/kerbau.

Dia berkata, “Assalamu ‘alaika ya Muhammad, assalamu ‘alaikum ya jamaa’atal-muslimin (salam untuk kalian semua wahai golongan muslimin)”

Nabi menjawab, “Assalamu lillah ya la’iin (keselamatan hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala), wahai makhluq yang terlaknat. Aku telah mengetahui, engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluanmu wahai Iblis?"

Iblis berkata, “Wahai Muhammad, aku datang bukan karena keinginanku sendiri, tetapi aku datang karena terpaksa.”

Nabi shallallahu alaihi wa salaam berkata, “Apa yang membuatmu terpaksa harus datang kesini, wahai terlaknat?”

Iblis berkata, “Aku didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan Yang Maha Agung, ia berkata kepadaku: Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menyuruhmu untuk datang kepada Muhammad shallallahu alaihi wa salaam dalam keadaan hina dan bersahaja. Engkau harus memberitahu kepadanya bagaimana tipu muslihat, godaanmu dan rekayasamu terhadap Bani Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Engkau harus menjawab dengan jujur apa saja yang ditanyakan kepadamu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, jika engkau berbohong sekali saja dan tidak berkata benar, niscaya Aku jadikan kamu debu yang dihempas oleh angin dan Aku puaskan musuhmu karena bencana yang menimpamu”.

Wahai Muhammad, sekarang aku datang kepadamu sebagaimana aku diperintah.
Tanyakanlah kepadaku apa yang kau inginkan. Jika aku tidak memuaskanmu tentang apa yang kamu tanyakan kepadaku, niscaya musuhku akan puas atas musibah yang terjadi padaku. Tiada beban yang lebih berat bagiku daripada leganya musuh-musuhku atas apa yang menimpa diriku”.

Rasulullah kemudian mulai bertanya, “Jika kamu jujur, beritahukanlah kepadaku, siapakah orang yang paling kamu benci?”.

Iblis menjawab, “Engkau wahai Muhammad, engkau adalah makhluq Allah yang paling aku benci, dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu.”

“Siapa lagi yang kamu benci?”

“Anak muda yang taqwa, yang menyerahkan jiwanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

“Lalu siapa lagi?”

“Orang Alim dan Wara (menjaga diri dari yang syubhat) yang saya tahu, lagi penyabar.”

“Lalu, siapa lagi?”

“Orang yang terus menerus menjaga diri dalam keadaan suci dari kotoran (menjaga wudlu)”

“Lalu, siapa lagi?”

“Orang miskin (fakir) yang sabar, yang tidak menceritakan kefakirannya kepada orang lain dan tidak mengadukan keluh-kesahnya.”

“Bagaimana kamu tahu bahwa ia itu penyabar?”

“Wahai Muhammad, jika ia mengadukan keluh-kesahnya kepada makhluq sesamanya selama tiga hari, Tuhan tidak memasukkan dirinya ke dalam golongan orang-orang yang sabar.”

“Lalu, siapa lagi?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Bagaimana kamu tahu bahwa ia bersyukur?”

“Jika aku melihatnya mengambil dari dan meletakkannya pada tempat yang halal.”

“Bagaimana keadaanmu jika umatku mengerjakan shalat?”

“Aku merasa panas dan gemetar.”

“Kenapa, wahai terlaknat?”

“Sesungguhnya, jika seorang hamba bersujud kepada Allah sekali sujud saja, maka Allah mengangkat derajatnya satu tingkat.”

“Jika mereka shaum?”

“Saya terbelenggu sampai mereka berbuka puasa.”

“Jika mereka menunaikan haji?”

“Saya menjadi gila.”

“Jika mereka membaca Al-Qur’an?”

“Aku meleleh seperti timah meleleh di atas api.”

“Jika mereka berzakat?”

“Seakan-akan orang yang berzakat itu mengambil gergaji/kapak dan memotongku menjadi dua.”

“Mengapa begitu, wahai Abu Murrah (julukan untuk Iblis, pen)?”

“Sesungguhnya ada empat manfaat dalam zakat itu. Pertama, Tuhan menurunkan berkah atas hartanya. Kedua, menjadikan orang yang berzakat disenangi makhluq-Nya yang lain. Ketiga, menjadikan zakatnya sebagai penghalang antara dirinya dengan api neraka. Keempat, dengan zakat, Tuhan mencegah bencana dan malapetaka agar tidak menimpanya.”

“Apa pendapatmu tentang Abu Bakar?”

“Wahai Muhammad, pada zaman jahiliyah saja dia tidak taat kepadaku, bagaimana mungkin dia akan mentaatiku pada masa Islam?”

“Apa pendapatmu tentang Umar?”

“Demi Tuhan, tiada aku ketemu dengannya kecuali aku lari darinya.”

“Apa pendapatmu tentang Utsman?”

“Aku malu dengan orang yang para malaikat saja malu kepadanya.”

“Apa pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib?”

“Andai saja aku dapat selamat darinya dan tidak pernah bertemu dengannya, dan kemudian ia meninggalkanku dan aku meninggalkannya, tetapi dia sama sekali tidak pernah melakukan hal itu.”

Rasulullah kemudian berkata, “Segala puji hanya bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu sampai hari kiamat.”

Iblis yang terlaknat berkata kepada Muhammad, “Hay-hata hay-hata (tidak mungkin, tidak mungkin). Mana bisa umatmu bahagia sementara aku hidup dan tidak mati sampai hari kiamat? Bagaimana kamu senang dengan umatmu sementara aku masuk ke dalam diri mereka melalui aliran darah, daging, sedangkan mereka tidak melihatku? Demi Tuhan yang menciptakanku dan membuatku menunggu sampai hari mereka dibangkitkan, akan aku sesatkan mereka semua, baik yang bodoh maupun yang pandai, yang buta-huruf dan yang melek-huruf. Yang kafir dan yang suka beribadah, kecuali hamba yang mukhlis (ikhlas).”

“Siapa orang yang mukhlis itu menurutmu?”


bersambung | ke bag. 2
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 04, 2012

Monday, April 2, 2012

ujungkelingking - Suatu ketika, saat Rasulullah tengah berbicara dengan para shahabat, tiba-tiba seorang Arab Baduy berdiri dan bertanya,

"Kapankah kiamat itu, ya Rasulullah?"

Rasulullah tidak menjawab dan tetap meneruskan bicaranya. Sebagian shahabat menduga Rasulullah tidak mendengar pertanyaan itu, dan sebagian yang lain menduga Rasulullah mendengar akan tetapi tidak suka dengan pertanyaan tersebut.

Namun, setelah selesai berbicara, Rasulullah bertanya kepada para shahabat,

"Siapa yang bertanya tentang kiamat tadi?"

"Saya, ya Rasulullah." Jawab laki-laki Arab Baduy tadi. Maka Rasulullah bersabda,

"Ketika amanah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya."

Lelaki tadi kembali bertanya, "bagaimanakah amanah yang disia-siakan itu, ya Rasulullah?"

"Ketika suatu urusan diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya."

(HR. Bukhori)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 02, 2012

Sunday, April 1, 2012

ujungkelingking - Setiap manusia pasti memiliki masalah. Itu, kita sama-sama setuju, saya kira. Setiap masalah menuntut pemecahan dan solusi (artikata.com). Yang ini, saya yakin kita juga sama-sama setuju.

Hanya yang menjadi pertanyaan kemudian adalah kenapa sebagian (atau -bahkan- mungkin semua) dari kita menganggap berat untuk memecahkan suatu permasalahan? Atau, kenapa kita kerap mengeluhkan beratnya masalah yang tengah kita hadapi?

Saya akan bilang kalau hal itu tidak akan ada jawabannya.

Kenapa? Karena kalau Anda seorang yang agamis pasti paham betul bahwa yang menurunkan "masalah" bagi Anda adalah Dia. Meski bukan Tuhan penyebabnya, tapi pasti karena Dia mengijinkannya. Lalu jika Anda mempertanyakan kenapa harus ditimpakan kepada Anda, atau kenapa sedemikian beratnya beban masalah tersebut -tentu- Anda harus bertanya langsung kepada Tuhan. Dan saya yakin Tuhan tidak akan dengan serta-merta menjawabnya. Karena itulah saya mengatakan bahwa hal itu tidak ada jawabannya.

Artinya jawaban itu tidak akan langsung turun dari Tuhan seperti turunnya hujan atau datangnya gaji bulanan Anda. Jika pertanyaan Anda adalah kenapa harus Anda yang memikul tanggung jawab masalah itu, maka jawabannya nanti akan muncul dengan sendirinya, yaitu saat kita mampu menyelesaikan masalah tersebut.


Namun jika Anda mempertanyakan, kenapa begitu berat? Saya bisa bantu menjawab bahwa, siapa bilang masalah itu mudah? Bukankah jika mudah, maka itu berarti bukan "masalah" buat Anda?

Maka, jika suatu masalah datang kepada Anda, saya yakin masalah tersebut pasti berat untuk Anda. Tapi Anda bisa yakin bahwa disana Tuhan telah menyiapkan jawabannya untuk Anda ambil saat Anda menyelesaikan masalah tersebut.

Keep fight!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Sunday, April 01, 2012

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!