Friday, September 2, 2011

ujungkelingking - Kemarin saat mau mudik sempat bingung juga nyari peta Jawa Timur, terutama yang ada jalur mudiknya. Akhirnya dapat juga mesti telat.

Nah, biar tahun depan gak bingung lagi, link-nya aku simpan disini aja.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, September 02, 2011

Saturday, August 27, 2011

ujungkelingking - Kita –alhamdulillah- masih berada di bulan suci Ramadlan. Bila lancar, maka puasa kita sudah memasuki hari keduapuluh tujuh. Itu berarti kurang lebih dua hari lagi kita akan berpisah dari bulan, yang oleh shahabat diharapkan terjadi selama setahun penuh.

Agaknya, lagi-lagi lebaran tahun ini mengalami perbedaan. Muhammadiyah, sesuai putusan tarjihnya menyatakan ‘idul fitri tahun ini jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011. Sementara Nadhatul Ulama’ kemungkinan menetapkan selisih satu hari untuk 1 Syawal 1432, sehingga jatuh pada 31 Agustus 2011. Pemerintah sendiri masih menunggu sidang itsbat yang rencana akan digelar Senin, 29 Agustus 2011.

Yang manapun yang Anda ikuti, hal itu terserah kepada masing-masing pribadi. Tidak boleh ada pemaksaan dalam mengikuti ketetapan suatu ormas tertentu. Hanya yang perlu ditekankan disini adalah, tidak diperbolehkan bagi Anda untuk mengikuti sholat hari raya dua kali. Karena jika Anda berpendapat bahwa ‘idul fitri jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011, maka tanggal 31 Agustus 2011 sudah bukan lagi hari raya yang tidak disunnahkan sholat ‘id pada hari itu. Sebaliknya Anda yang menyatakan ‘idul fitri jatuh pada 31 Agustus 2011, maka tanggal 30 Agustus 2011 masih terhitung dalam bulan Ramadlan, dan dilarang tidak berpuasa di hari itu.

Sementara itu, ada yang mengatakan bahwa tanggal 30 Agustus 2011 adalah yaumu syak (hari yang meragukan) dan dilarang berpuasa pada yaumu syak. Maka perlu diluruskan di sini bahwa yang dimaksud dengan yaumu syak adalah tanggal 29 Sya’ban dimana waktunya dilakukan ru’yatul hilal akan tetapi hilal tidak terlihat karena terhalang mendung. Sehingga diragukan apakah keesokan harinya sudah masuk tanggal 1 Ramadlan atau belum. 

Menjelaskan tentang hal tersebut Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salaam bersabda,

اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ:   ( إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَلِمُسْلِمٍ:( فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ 
فَاقْدُرُوا  لَهُ  ثَلَاثِينَ ). وَلِلْبُخَارِيِّ: ( فَأَكْمِلُوا اَلْعِدَّةَ ثَلَاثِين
Ibnu Umar radhiallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam bersabda, "Apabila kalian melihatnya (hilal 1 Ramadlan) maka berpuasalah, dan apabila kalian melihatnya (hilal 1 Syawal) maka berbukalah, dan jika awan menutupi kalian maka sempurnakanlah." (Muttafaq alaihi)
Menurut riwayat Muslim, "Jika awan menutupi kalian maka sempurnakanlah tigapuluh hari."
Menurut riwayat Bukhari, "Maka sempurnakanlah hitungannya menjadi tigapuluh hari."

Tanggal 29 Agustus besok, sesuai dengan perhitungan hisab, hilal sudah muncul dengan ketinggian 2 derajat. Teorinya, hilal baru dapat dilihat oleh manusia bila ketinggiannya sudah di atas 4 derajat. Karena inilah akhirnya timbul selisih satu hari untuk menetukan 1 Syawal. Yang satu berpendapat hilal sudah muncul, meski ketinggiannya cuma 2 derajat. Sementera yang lain berpendapat hilal belum dapat dikatakan terlihat.

Nah, pertanyaannya kemudian, tinggi hilal yang cuma 2 derajat itu apakah disebut "hilal sudah muncul", ataukah dikategorikan "hilal belum terlihat karena terhalang awan"?


CMIIW*
*Correct Me If I'am Wrong
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, August 27, 2011

Saturday, July 30, 2011

ujungkelingking - Tinggal hitungan jam saja, kita –umat Islam- akan memasuki bulan suci yang penuh barokah dan ampunan Allah subhanahu wa ta’alaa. 1 Agustus 2011 atau bertepatan dengan 1 Ramadlan 1432 h adalah hari pertama kita mengawali ibadah puasa. Memang, untuk tahun ini baik pemerintah, ulama’ maupun beberapa ormas Islam tidak memiliki perbedaan dalam menentukan awal Ramadlan.

Seandainya ada perbedaan sekalipun, maka hal itu katanya bisa menjadi rahmat bagi umat Islam.
Tapi benarkah demikian?

Jika dilihat dari sisi usaha keras para ulama’-ulama’ yang melakukan ijtihad sehingga kemudian memunculkan beberapa pendapat yang berlainan, maka benar jika perbedaan itu menjadi rahmat bagi umat.

Akan tetapi dalam persepsi lain, jika perbedaan itu dilihat dari sisi umat yang taqlid -mengikut saja- pendapat-pendapat ulama’ ini, atau kiai itu, padahal diantara pendapat-pendapat tersebut ada yang jelas-jelas bertentangan dengan sunnah Rasulullah, maka perbedaan di sini tidak akan pernah menjadi rahmat. Umat justru terpecah-belah.

Lalu bagaimana agar perbedaan itu tidak memecah belah dan melemahkan umat ini?

Pertama, tidak boleh ada perbedaan pendapat dalam hal-hal yang ditetapkan nash-nash qath'iy (pasti), seperti perkara-perkara akidah, ushul al-ahkam, dan lain sebagainya.

Kedua, setiap pendapat harus dibangun di atas dalil-dalil Alquran, as-Sunnah, Ijma Sahabat atau Qiyas, atau jika tidak bisa juga dengan syubhat dalil, tentu bagi yang menggunakannya

Ketiga, jika ada dua pendapat yang sama-sama syar'iy, maka seorang Muslim wajib melakukan tarjih untuk menentukan mana pendapat yang terkuat. Sebab, seorang Muslim tidak mungkin mengerjakan satu perbuatan dengan dua hukum yang berlawanan. Ia harus memilih salah satu pendapat yang dianggapnya kuat berdasarkan kaidah-kaidah tarjih.

Tarjih juga bisa dilakukan dalam cara berdiskusi. Hanya saja, diskusi tersebut tidak boleh menyulut permusuhan dan perselisihan.


وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al-Anfal: 46]

Maka lebih bijak mengembalikan setiap perbedaan pendapat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bila dikembalikan kepada ego dan hawa nafsu, maka itulah awal kehancuran umat.

Rasulullah bersabda,


فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin al-mahdiyyiin (yang mendapatkan petunjuk, dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

“Sunnahku” pada hadits di atas adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa salaam. Sedangkan “sunnah khulafa’ur rosyidin al-mahdiyyiin” adalah pemahaman (manhaj) para shahabat terhadap sunnah Rasulullah. Maka memahami sunnah haruslah dengan pemahaman para shahabat khulafa’ur rosyidin, agar kita setidaknya lebih dekat kepada kebenaran. Jika tidak, maka hanya akan menghasilkan pemahaman yang pada akhirnya menyimpang dari Islam.

Wallahu a'lam,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, July 30, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!