Wednesday, May 25, 2011

ujungkelingking - Salah satu konsekuensi, kita akan bertabrakan dengan galaksi Andromeda lebih cepat.

Konsep galaksi Bima Sakti yang dibuat oleh ilustrator mengesankan bahwa astronom memiliki pengetahuan persis seperti apa rupa galaksi kita. Ternyata tidak demikian. Dari penelitian terbaru, diindikasikan bahwa galaksi tempat tinggal kita jauh lebih besar dari perkiraan.

Selama bertahun-tahun, kita mengira bahwa Bima Sakti jauh lebih kecil dibanding galaksi tetangga terdekat kita yakni Andromeda. Menggunakan metode pengukuran terbaru, dari bagaimana cara galaksi kita berotasi, sekelompok peneliti astrofisika dari Harvard menyimpulkan bahwa Bima Sakti 50 persen lebih besar dibanding perkiraan sebelumnya.

“Kini jangan lagi memandang Bima Sakti sebagai adik kecil di kelompoknya,” kata Mark Reid, peneliti dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, seperti dikutip dari Wired, 25 Mei 2011. “Kita boleh berpendapat bahwa Bima Sakti dan Andromeda merupakan saudara kembar,” ucapnya.

Sayangnya, kata Reid, kita berada di dalam galaksi, jadi kita tidak bisa melihat lebih jelas seperti apa rupa rumah kita. “Cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan mengukur berapa cepat galaksi kita berotasi dan jumlah massa yang harus hadir di dalam struktur untuk menghasilkan kecepatan tersebut,” ucapnya.

Menggunakan teleskop radio Very Large Baseline, Reid dan timnya menemukan bahwa Bima Sakti berotasi pada kecepatan sekitar 600 ribu mil per jam atau 100 ribu mil per jam lebih cepat dibanding perkiraan.

“Jika dikalkulasikan, itu berarti bahwa ada peningkatan massa sebesar 50 persen dibanding perkiraan sebelumnya,” ucap Reid. “Salah satu konsekuensi dari Bima Sakti yang lebih besar, kita kemungkinan akan bertabrakan dengan galaksi Andromeda lebih cepat,” ucapnya.

Satu pertanyaan yang belum terpecahkan, kata Reid, adalah bagaimana rupa Bima Sakti kita sebenarnya.


Sumber: teknologi.vivanews.com
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, May 25, 2011
ujungkelingking - Bila teringat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di bawah ini, rasanya geraham-geraham ini saling gemeretak. Bukan karena tidak setuju, tapi lebih karena sabda Rasulullah itu lebih jauh menjabarkan apa yang terjadi disekitar kita belakangan ini.

Sabda beliau: “Apabila ada 2 orang muslim saling berperang, dan masing-masing dari mereka bersenjata, maka yang membunuh dan yang terbunuh, keduanya masuk neraka,”

Maka shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bila dia yang membunuh maka itu pantas baginya. Tapi bagaimana dengan yang terbunuh?”

Mungkin beberapa dari kita punya pertanyaan yang sama dengan apa yang dilontarkan shahabat waktu itu. Yang membunuh memang pantas masuk ke dalam neraka, tapi tentu tidak bagi yang terbunuh. Masa’ sudah terbunuh, masuk neraka juga?

Tapi inilah jawaban Rasulullah berikutnya,

“Karena sesungguhnya yang terbunuh pun telah punya keinginan kuat untuk membunuh.”

Mereka punya niat saling membunuh. Logikanya bila dia tidak terbunuh, maka dialah yang membunuh. Karena itulah keduanya punya tempat di neraka.

Lalu pertanyaannya kemudian, bagaimana dengan fenomena belakangan ini – sebut saja – bom buku, bom masjid, dan sebagainya yang kian marak?

Beberapa yang pro menyebut hal itu sebagai bom syahid, meski yang diserang (baca: dibunuh) adalah jelas-jelas orang Islam juga. Lalu bagaimana dengan pelakunya, masuk neraka-kah?

Mana sebenarnya yang pantas disebut “Kafir”, yang membunuh, atau yang menjadi korban?
 


*** 

Terlalu “njlimet” kalau harus menganalisa hal itu. Bukan tempat saya disitu. Jujur, saya tidak bisa menunjuk bahwa si A itu kafir dan si B bukan. Saya juga tidak bisa memastikan bahwa golongan ini masuk neraka dan kelompok itu tidak. Bukan saya tidak tahu ilmunya atau batas-batasnya, hanya saja saya terlalu takut untuk “ndhisiki kerso”, karena bagaimana pun itu bukan wewenang saya.

Allah sajalah Yang Maha Tahu apa yang tertitik di hati dan di pikiran. Yang Maha Adil untuk menghukumi dan menghakimi seluruh manusia. Kita bukan, dan tak pernah punya wewenang untuk itu.

Saya, hanyalah orang awam. Dan berpikir seperti orang awam. Saya hanya punya 2 kemungkinan atas apa yang terjadi di negeri ini. Yang pertama, yang sedang terjadi ini adalah perang Muslim vs Muslim. Atau yang kedua, perang muslim vs Muslim atas devide et impera-nya orang Kafir.

Atau barangkali saya harus mengingatkan lagi tentang tiga permohonan Rasulullah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang dari tiga permohonan itu, 2 diantaranya dikabulkan oleh Allah dan yang satunya lagi ditolak.

Dua permohonan yang dikabulkan itu adalah: bahwa Kaum Muslimin tidak akan habis oleh bencana alam, dan bahwa Kaum Muslimin tidak akan hancur oleh serangan kaum Kafir. Kita bisa yakin akan hal ini.

Tapi kita mesti ingat bahwa permohonan yang ketiga yang tidak dikabulkan oleh Allah. Permohonan itu adalah: bahwa Kaum Muslimin tidak akan binasa oleh Kaum Muslimin sendiri. Artinya, peperangan diantara kita-lah yang akan menghancurkan kita. Islam.

Dan ingatlah bahwa kita akan terus diadu dan terus berperang diantara kita, hingga kita hancur. Kita tidak akan menyesal karena kita tak pernah sadar. Dan ketika kita sadar, maka itu sudah sangat terlambat.

Itulah kemenangan besar orang-orang Kafir.

Pesan Rasulullah,


“Tidak akan masuk Surga sampai kalian beriman. Dan tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai,”

“Maukah kalian kutunjukkan cara agar kalian bisa saling mencintai?”

“Sebarkan salam (perdamaian)".



Wallahu a’lam bishawab.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, May 25, 2011
ujungkelingking - Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak menemukan puluhan kasus perpajakan di tahun 2010 yang mengakibatkan negara merugi hingga Rp. 1,17 triliun. Di antara kasus-kasus itu, penerbitan faktur pajak fiktif adalah modus yang paling banyak dilakukan tersangka penggelapan pajak.

Ditjen Pajak mengungkapkan, mereka telah menemukan sekitar 53 kasus tindak pidana perpajakan sepanjang tahun lalu. Dari jumlah tersebut, "Faktur pajak fiktif adalah modus yang paling dominan," kata Kasubdit Penyidikan Dirjen Pajak Muhammad Kifni, Jumat (20/5). Sayangnya, ia tak mengungkapkan rincian jumlah kasus faktur pajak fiktif yang terjadi.

Namun ia memaparkan, ada 17 kasus pajak yang tergolong P19 (berkas belum lengkap dan masih ditangan penyidik). Total kerugian negara dari ke-17 kasus ini mencapai Rp 233 miliar.

Kemudian, ada 20 kasus yang sudah dinyatakan tergolong P21 (berkas kasus lengkap dan sudah diserahkan ke pengadilan). Total Kerugian negara dari 20 kasus tersebut senilai Rp 513 miliar.

Sementara jumlah kasus yang sudah divonis mencapai 16 kasus. "Total kerugiannya Rp 424 miliar, dengan vonis bersalah," imbuh Kifni.

Sementara pada tahun ini sampai dengan April 2011, Ditjen Pajak mencatat ada 7 kasus yang tergolong P19, dengan kerugian negara sebesar Rp 65 miliar. Sedangkan yang masuk golongan P21sebanyak empat kasus, dengan kerugian negara Rp 6,5 miliar. Lantas jumlah kasus pajak yang telah mendapat vonis bersalah sejauh ini mencapai 7 kasus, dengan kerugian negara Rp 34,4 miliar.

Kifni menerangkan, Ditjen Pajak menemukan beberapa kasus yang sedang dalam proses penyidikan itu terkait faktur pajak bermasalah. Sebagai hukumannya, selain vonis dipengadilan, Ditjen Pajak telah melakukan penindakan. "Yaitu dengan melakukan sita aset dan pencekalan terhadap tersangka," tegasnya.

Di luar modus penerbitan dan penggunaan faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya, tersangka penggelapan pajak juga menggunakan berbagai modus lain. Misalnya dengan merekayasa atas penjualan atau omzet, serta menggelembungkan biaya dengan pembebanan biaya fiktif.

Sumber: www.ortax.org
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, May 25, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!