Wednesday, April 3, 2013

ujungkelingking - Sebenarnya agak berat juga saya menulis postingan ini, karena penulis sendiri bukanlah seorang hafidz. Banyak juga yang sudah menulis tentang tips dan trik menghafal Al-Qur'an, tapi tak ada salahnya penulis berbagi pengalaman, barangkali saja ada rekan-rekan yang kesulitan dalam menghafal Al-Qur'an.

Faktanya, Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang begitu mudah dihafal, padahal dia berbahasa asing. Namun, sungguhpun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar proses tahfidu 'l-Qur'an menjadi lebih mudah.

1. Niat

Ini adalah syarat wajib untuk melakukan sesuatu. Tak harus dilafadzkan, hanya perlu dikuatkan dalam hati bahwa kita akan menghafal Al-Qur'an.

Niat ini juga bisa diartikan sebagai cara untuk membuat target. Namun, jangan dulu membuat target yang muluk-muluk, misalnya sebulan harus hafal surah Al-Baqarah, dsb. Tidak salah memang, namun akan lebih baik jika kita mengawalinya dengan yang ringan dahulu. Cukup -misalnya- harus hafal minimal 2 ayat setiap selesai sholat wajib, atau satu halaman dalam sehari. 

2. Gunakan satu mushaf saja

Percaya atau tidak, dalam proses menghafal sebenarnya tidak melulu urusan otak (memori), namun visual juga sangat membantu. Dengan hanya menggunakan satu mushaf, secara tidak langsung kita juga akan menghafal bentuk huruf, jumlah baris, letak nomor ayat, dsb. Dan percayalah, itu akan sangat membantu.

3. Kombinasikan waktu

Sejatinya, semua waktu bisa digunakan untuk menghafal Al-Qur'an. Namun berdasarkan pengalaman, waktu petang dan subuh adalah yang terbaik karena keduanya memiliki "karakter" yang unik.

Waktu petang, yaitu sesaat sebelum dan sesudah sholat Maghrib memiliki karakter yang "ringan". Jika kita menghafal di waktu ini, maka hafalan kita akan lebih mudah masuk sekaligus lebih mudah lepas.

Sedang waktu subuh memiliki karakter yang "kuat". Menghafal di waktu ini, maka hafalan sulit masuk, namun sulit juga lepas.

Triknya, mulailah menghafal di waktu petang lalu ulangi lagi di waktu subuh. In sya' Allah hafalan kita akan lebih kuat.

4. Pengulangan

Sejujurnya, poin ini adalah poin yang paling sulit menurut penulis. Butuh komitmen level tinggi dan sedikit waktu senggang. Menghafal itu urusan mudah, menjaganya yang susah. Sebab, seberapa banyak pun hafalan kita, kalau tidak pernah diulang-ulang tentu akan lenyap juga.

Sebuah pepatah yang penulis ingat berbunyi, "Al-Qur'an itu lebih cepat lepas daripada ternak yang lepas dari ikatannya". Analoginya, seekor ternak yang terlepas dari ikatannya biasanya tidak akan langsung lari, namun hafalan Al-Qur'an yang tidak diikat dengan pengulangan, pasti akan langsung menguap.

5. Faktor non-teknis

Nah, selain dari faktor-faktor yang sudah disebut di atas, ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan ketika kita menghafal Al-Qur'an, yaitu: hindari maksiyat. Sebab selalu dikatakan bahwa Al-Qur'an dan kemaksiyatan tidak akan bisa bersatu. Salah satunya akan kalah, salah satunya pasti lepas.

Tambahan untuk poin no. 4

Jika Anda memiliki teman yang sama-sama dalam proses tahfidu 'l-Qur'an,  maka mengulang secara berpasangan jauh lebih menyenangkan. Jadi Anda membaca ayat pertama, lalu teman Anda membaca ayat kedua, kemudian Anda membaca ayat ketiga dan teman Anda ayat keempat. Dan begitu seterusnya.

Semoga bermanfaat.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 03, 2013

Monday, April 1, 2013

ujungkelingking - Mengawali April 2013, saya coba angkat lagi tema yang sudah sering dibahas di dunia blogging, yaitu tentang re-share, retweet, atau apalah istilah lainnya. Men-forward suatu tulisan, status atau artikel dengan maksud menyebarkannya kembali ke publik.

Fenomena ini sebenarnya sama dengan aktifitas copy-paste, hanya bedanya untuk re-share ini penulis asalnya sudah otomatis kelihatan.

Saya punya sedikit pengalaman menarik dalam hal ini.

Kemarin malam, saat saya membuka akun facebook saya, seorang teman menuliskan sebuah hadits yang indah berikut penjabaran singkatnya. Saya tertarik dengan status tersebut dan hampir saja saya men-sharenya kembali. Namun karena lebih kuat kantuk saya, akhirnya saya memutuskan untuk istirahat saja. Toh, nge-sharenya bisa besok pagi, pikir saya.

Pagi ini, karena kesibukan kantor yang cukup padat, saya baru mulai senggang sekitar jam makan siang. Saya teringat kalau saya belum nge-share status teman tadi malam. Namun sebelum itu, saya iseng untuk googling tentang status teman saya tersebut. Hasilnya, cukup mengejutkan, karena dari sekian hasil yang muncul ada satu tulisan yang dengan gamblang menyatakan bahwa hadits dari status teman saya tersebut adalah tidak benar alias palsu alias dusta!

Kejadian lain, pernah seorang rekan di Kompasiana menerima broadcast tentang acara penggalangan dana untuk anak yatim. Rekan ini pun langsung menforwardnya ke teman-teman yang lain. Belakangan disadari bahwa broadcast tersebut adalah hoax. Meski kemudian pihak panitia melakukan klarifikasi bahwa broadcast tersebut benar adanya dan bukan hoax, namun tak urung hal tersebut menimbulkan keresahan pada banyak pihak.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa adalah sangat bijak bila kita tidak terburu-buru dalam men-share status atau tulisan orang lain. Berhati-hati dalam menyebarkan sebuah berita, sebab langsung menforward tanpa ada kejelasan hal-ihwalnya adalah suatu langkah yang ceroboh.

Jangan sampai kita menyebarkan hal-hal yang salah dan provokatif. Jangan sampai orang lain menjadi salah dan malu karena sifat terburu-buru kita. Jangan sampai timbul hal yang fatal karena kebodohan kita.

Nge-share itu urusan kecil, tanggung jawab di belakangnya yang besar.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 01, 2013

Saturday, March 23, 2013

ujungkelingking - Ketika kita bertemu dengan seseorang biasanya kita menyapanya dengan menggunakan kalimat sapaan. Kalimat sapaan yang populer biasanya adalah selamat pagi, selamat siang, dsb.

Dalam dunia yang serba instan dewasa ini kita dituntut untuk mengerjakan sesuatunya dengan secepat dan sesingkat mungkin. Termasuk juga dalam menggunakan kalimat sapaan. Kalau dulu kita menyapa dengan "Selamat pagi", maka sekarang sudah disingkat menjadi "Met pagi" saja. Dan sering dijumpai "Met pagi" itupun dipotong lagi menjadi cukup dengan "Pagi".

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa yang dimaksud dengan "Pagi" dalam sebuah kalimat sapaan adalah "Selamat pagi", namun tentu saja -menurut hemat saya- tetap ada perbedaan yang sangat signifikan antara ucapan "Selamat pagi" yang diucapkan dengan lengkap dengan hanya "Pagi" saja.

Ucapan "Selamat pagi" mengandung maksud doa dan harapan agar orang yang disapa mendapat keselamatan di pagi hari tersebut. Sedangkan jika digunakan kata "Pagi" saja, tidak lain artinya hanyalah sebagai penunjuk waktu.

Ketika seorang pengajar masuk ke dalam kelas, lalu dia mengucapkan, "Selamat pagi, anak-anak!", maka pengertian yang timbul adalah: [Semoga kalian mendapat] keselamatan [di] pagi [ini], anak-anak.

Berbeda ketika yang diucapkan adalah, "Pagi, anak-anak!", karena arti yang muncul adalah: [Hari ini sudah] pagi, anak-anak.

Jadi, jika Anda ingin menyapa seseorang, akan lebih baik jika Anda menggunakan versi yang lengkap. Tidak ada ruginya mendoakan kebaikan bagi orang lain, sebab siapa tahu doa itu juga akan kembali kepada diri kita.

***

Bagi kita yang Muslim, tentu kalimat sapaan "Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh" adalah ucapan sapa yang paling komplit: Semoga keselamatan, rahmat dan berkah dari Allah tetap atas Anda. Sebuah doa yang amat sempurna, tidak "pelit" karena mencakup segala keadaan dan tidak berbatas waktu.

Dari Imran bin Al-Hushain radhiallahu anhu, dia berkata:


جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ عِشْرُونَ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ ثَلَاثُونَ

Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan, "Assalamu alaikum," Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Sepuluh pahala". Setelah itu ada orang lain yang datang dan mengucapkan salam, "Assalamu alaikum wa rahmatullah," Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk, maka beliau bersabda: "Dua puluh pahala". Setelah itu ada lagi orang yang datang dan mengucapakan salam, "Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh," Beliau membalas salam orang tersebut kemudian orang itu duduk. Beliau lalu bersabda: "Tiga puluh pahala".
[Abu Daud No. 5195, At-Tirmizi No. 2689, dan Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath (5/11), "Sanadnya kuat"]

Karena ucapan ini adalah sebuah bentuk ibadah juga, maka tidak boleh menggunakan lafadz-lafadz yang lain dari hadits di atas. Adapun untuk jawabannya adalah yang lebih komplit adalah lebih baik, atau setidaknya yang sama.


وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.
[An-Nisa': 86]

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, March 23, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!