Thursday, May 24, 2012

Sumber: dok. pribadi
ujungkelingking - Berawal dari seorang teman yang menulis status di messenger-nya seperti ini: Dream, Pray, Action, yang saya mengartikannya Berharap (lalu) Berdo'a (lalu) Berusaha. Saya tergelitik untuk mengkritisi kalimat tersebut sebab menurut saya "do'a" itu harus setelah "usaha", bukankah itu inti dari sikap tawakkal seorang hamba yaitu menyerahkan hasil akhirnya hanya kepada Sang Khaliq?

Maka saya membalas statusnya tersebut. Tulis saya, "Seharusnya Action dulu, baru Pray... (tawakkal)".

Teman saya itu kemudian menjawab, "Itu sudah biasa, bos. Action terus Pray sudah umum. Sekarang dibuat Pray dulu baru Action, jadi semua tindakan kita harus berdasar/mengingat Allah."

Kemudian teman saya memberikan sebuah contoh kecil, "Sebelum kita masuk ke kamar mandi 'kan ada do'a masuk kamar mandi. Sebelum kita makan juga ada do'a sebelum makan. Nah ini yang sudah hampir dihilangkan."

Saya lantas berargumen lagi, "Lah setelah dari kamar mandi kan juga do'a? Setelah makan ya do'a."

"Nah itu sudah umum, ente kan sudah tahu," Kemudian lanjut dia, "Seharusnya itu yang benar: Pray, Dream, Pray, Action, Pray. Cuma yang belakang ane hilangkan."

Dari jawaban ini saya lantas berpikir kenapa antara "pray" dan "action" dipisahkan tanda koma (,)? Menurut saya tanda koma dalam terjemahan bahasa-nya bisa berarti "lalu", seperti cara saya menerjemahkan di atas. Dengan penggunaan kata "lalu" ini seolah ada jeda antara "pray" dan "action" yang dilakukan. Kenapa tidak digunakan saja istilah "dan" yang bisa berarti "dilakukan bersamaan"?

Jawab teman saya itu, "Nah ini membacanya jangan menggunakan bahasa Indonesia, tapi pakai hati yang paling dalam. Nanti langsung tembus sama Gusti Allah."

Hehehe.. tersenyum saya membacanya. Akhirnya dengan guyon saya bilang ke dia, "Wah, wah bos pulsa satu ini sudah sampai tahap langit kayaknya..."

"Belum, Cak (Mas, pen.). Ini masih di bumi aja, cuma kebanyakan nonton Ust. Yusuf Mansyur di TV. Setiap jam 5 pagi nonton aja. Insyaallah barokah."

Ah, jam segitu biasanya saya baru bangun, hahaha... Tapi daripada ngaku, lebih baik saya mencari jawaban yang lebih diplomatis, "Wah istriku sukanya nonton Mamah Dedeh. Nonton sambil sarapan."

"Sama aja. Yang penting setiap hari harus ada peningkatan."

"Nah itu masalahnya," Kata saya, "masalahnya, iman itu yaziiduu wa yanquss (fluktuatif)"

"Betul. Karena itulah setiap turun 1 meter, kita harus naik LEBIH dari 1 meter. Kalau sama itu artinya tenggelam. Nah inilah alat pengukur hati yang langsung connect sama Gusti Allah."

Tak ada argumen, pesan tidak saya balas.


nb: bahasa & dialog sudah di-edit seperlunya
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, May 24, 2012

Monday, May 21, 2012

ujungkelingking - Banyak yang masih berpendapat bahwa Islam adalah suatu budaya asing (baca: Arab) yang masuk ke Indonesia. Tapi tentu pemikiran seperti itu adalah pemikiran yang salah kaprah. Sudah jelas-jelas jika kebudayaan itu adalah produk manusia, sedangkan Islam adalah produk Allah. Budaya, bisa jadi dianggap salah di tempat lain, sedangkan Islam bersifat universal, bisa diterima oleh siapa dan dimana pun, selama memiliki akal yang waras.

Namun setidaknya sebuah hadits tentang seorang laki-laki yang bertanya kepada Nabi lalu ia juga membenarkan jawaban Nabi ini bisa menyadarkan para pemikir yang salah kaprah tersebut.

Suatu ketika Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para shahabat, lalu datanglah seorang laki-laki yang langsung masuk ke tengah-tengah majlis dan kemudian duduk tepat di depan Rasulullah. Laki-laki itu lalu bertanya kepada Nabi,

Apa IMAN itu?

Jawab Rasulullah, "Iman adalah kamu percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat-malaikatNya, percaya kepada kitab-kitabNya, percaya kepada rasul-rasulNya, percaya kepada qadla' dan qadarNya."

Kata laki-laki itu kemudian, "Engkau benar!"

Lalu ia bertanya lagi,

Apa ISLAM itu?

Jawab Rasulullah, "Islam adalah kamu mengucapkan syahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya, engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadlan, dan melaksanakan haji bagi yang mampu melaksanakannya."

Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata, "Engkau benar!"

"Lalu tanyanya lagi,

Apa IHSAN itu?

Jawab Rasulullah, "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatnya, dan seandainya engkau tidak melihatNya maka ketahuilah bahwa Ia melihatmu."

Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata, "Engkau benar!"

***

Kemudian setelah laki-laki tersebut pergi, Nabi bertanya kepada Umar, "Tahukah engkau siapa laki-laki tadi?"

"Allah dan RasulNya yang lebih tahu." Jawab Umar.

"Orang yang bertanya dan membenarkan jawabanku tadi adalah Jibril. Dia datang untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian."

Subhanallah,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, May 21, 2012

Saturday, May 5, 2012

ujungkelingking - Perjuangan saya pun berlanjut...

Setelah dua kali mengalami hambatan (yaitu saat di RT dan saat di Kelurahan), Jum'at-nya, 4 Mei, saya membulatkan tekad untuk mengambil izin cuti satu hari guna menuntaskan urusan ini. Setidaknya berkas harus sudah sampai di kantor Kecamatan.

Namun pagi itu hujan turun sejak shubuh, dan itu sudah cukup untuk membuat saya bimbang; berangkat pagi ini atau agak siang nanti. Dan karena istri saya juga mengeluhkan elpiji yang habis, jadilah saya harus menunggu sampai toko buka. Setelah semua urusan di rumah selesai, saya pun segera berangkat ke Surabaya. Saat itu sudah pukul 9.00 siang.

Kira-kira satu jam lebih saya baru sampai di Surabaya, dan saya langsung menuju ke Kantor Urusan Agama tempat surat nikah kami dulu diterbitkan, tujuannya adalah untuk melegalisir copy dokumen tersebut. Sudah saya siapkan sepuluh lembar copy Surat Nikah untuk dilegalisir, meskipun kemarin yang diminta hanya empat lembar.

Lagi-lagi usaha saya agak terhambat. Rupanya copy Surat Nikah yang saya bawa belum lengkap, yaitu halaman terakhir dari buku tersebut tidak saya copy-kan. Sebenarnya di kantor tersebut terdapat mesin fotocopy sekaligus printer juga. Mestinya lebih mudah, bukan? Nyatanya tidak, sebab saat saya kesana mesin fotocopy tersebut sedang rusak dan belum bisa diperbaiki. Jadilah saya harus keluar lagi untuk mencari tukang fotocopy. Sekembalinya dari situ di tengah perjalanan sempat ada razia kendaraan oleh Polantas. Beruntung surat-surat saya lengkap.

Catatan 3. Bila Anda menggunakan kendaraan pribadi, ada baiknya Anda melengkapi surat-surat sekaligus memeriksa kondisi kendaraan Anda. Intinya, jangan sampai hal-hal yang di luar proses menghambat proses tersebut.

Dalam benak saya, urusan di KUA ini dan kemudian di kantor Kelurahan bisa selesai sebelum sholat Jum'at, sehingga setelah sholat Jum'at saya tinggal meneruskan ke kantor Kecamatan. Namun apa yang saya harapkan tak sama dengan kenyataan di lapangan. Untuk menandatangani copy-an Surat Nikah itu saja butuh waktu sampai jam 11.00, gara-gara Kepala KUA-nya masih sibuk dengan mesin fotocopy-nya yang rusak. Weleh-weleh...

Catatan 4. Untuk legalisir Surat Nikah, yang harus Anda fotocopy ada tiga halaman, yaitu; halaman pertama yang berisi foto kedua pasangan; halaman berikutnya yang berisi data-data kedua pasangan; dan halaman terakhir yang berisi keterangan mas kawin dan tanggal diterbitkannya surat atau akad nikah terjadi. Dan ketiga halaman tersebut harus jadi satu dalam satu lembar folio, tidak boleh terpisah.

Setelah legalisir selesai, saya mampir ke rumah mertua saya untuk mengambil copy KTP saksi yang sudah disiapkan oleh adik ipar saya. Namun, lagi-lagi tak mulus. Orang seisi rumah tak ada yang tahu dimana adik saya meletakkan copy KTP tersebut. Dan baru ketemu saat adik saya tersebut pulang dari sekolah. Dan itu sudah pukul 11.30!

Tak membuang waktu, bergegas saya ke kantor Kelurahan. Dan, oleh beberapa orang yang masih berada disana saya diberi informasi bila yang bersangkutan sudah istirahat dan dipersilahkan kembali lagi nanti jam 13.00. Huft!

Tapi bagaimanapun saya harus memaklumi hal itu karena hari itu adalah hari Jum'at, yang sholat Jum'at biasanya dimulai sebelum pukul 12.00. Saya pun bergerak ke masjid terdekat.

***

Setelah sholat Jum'at dan menyempatkan diri menikmati ayam bumbu bali di sebuah warung, saya lalu kembali ke kantor Kelurahan. Disana saya diterima dengan cukup baik. Petugas bagian pelayanan segera membuatkan surat pengantar untuk saya. Surat itu nantinya digunakan di kantor Kecamatan beserta dokumen-dokumen pendukung lainnya. Anehnya, petugas tersebut tidak lagi menanyakan tentang copy KTP saksi yang harus saya bawa. Asumsi saya, copy KTP tersebut digunakan saat di kantor Dinas Kependudukan.

Tapi tahukah Anda, apa yang membuat saya lebih kesal? Setelah surat pengantar tersebut selesai, oleh petugas yang bersangkutan tidak segera dimintakan tanda-tangan ke Kepala Kelurahan. Anda tahu kenapa? Pak Lurah sedang istirahat (baca: tidur)! Dan petugas ini tidak berani mengganggu.

Selama satu jam setengah saya menunggu disana hanya untuk menunggu Pak Lurah bangun. Walhasil, saya baru bisa meninggalkan kantor Kelurahan tepat jam 14.30.

Catatan 5. Meskipun secara aturan jam kerja bisa sampai jam 16.00 sore, namun biasanya instansi-instansi semacam ini sudah tidak melayani warga lagi selepas jam 15.00. Saya tak mau komentar untuk hal ini.

Tak ingin ketinggalan jam, saya segera memacu motor saya menuju ke kantor Kecamatan. Saya serahkan berkas-berkasnya termasuk Surat Pengantar dari Kelurahan. Saya kemudian diberikan tanda terima untuk mengambil hasil print out NIK-nya hari Rabu besok.

Dari petugas di kantor Kecamatan tersebut saya mendapat informasi bahwa harus terbit Akta Kelahiran dulu, baru kemudian saya harus mengulang prosesnya lagi untuk mendapatkan Kartu Keluarga yang baru.

Aduh, sudah terbayang deh capeknya!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, May 05, 2012

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!