Showing posts with label UMUM. Show all posts
Showing posts with label UMUM. Show all posts

Monday, March 5, 2012

Form SPT Tahunan Pribadi
ujungkelingking - Hari ini, perusahaan tempat saya bekerja akhirnya memfasilitasi pelaporan SPT Tahunan Pribadi untuk karyawan. Petugas pajak dari KPP wilayah kami datang ke tempat kami, sehingga karyawan tak perlu repot-repot datang ke kantor pajak.

Seperti diketahui bahwa SPT Tahunan Pribadi wajib dilaporkan paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Jadi untuk SPT Tahunan 2011 pelaporan maksimalnya adalah tanggal 31 Maret 2012. Lewat dari tanggal itu berarti Wajib Pajak dianggap terlambat lapor, dan akan dikenai sanksi denda. Dan karena sifatnya yang pribadi, atau dengan kata lain, harus dilaporkan sendiri-sendiri, maka perusahaan tidak bertanggung jawab atas keterlambatan lapor tersebut. Oleh karenanya, kemudahan dari perusahaan ini mesti dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh karyawan. Mereka cukup datang ke ruang yang telah dipersiapkan oleh HRD, menyerahkan SPT Tahunan Pribadinya yang telah diisi lengkap untuk kemudian menerima tanda terima dari petugas pajak dan, selesai.

Sebenarnya hal semacam ini bukan kali pertama diadakan oleh perusahaan tempat saya bekerja. Yang saya ingat setidaknya ini sudah tahun ketiga atau keempat. Tapi yang membedakan untuk acara hari ini tadi adalah karena para petugas pajak yang datang sudah dilengkapi dengan laptop dan printer. Artinya tidak lagi manual seperti tahun-tahun sebelumnya. Semua data yang dientri secara otomatis akan masuk ke database mereka, dan bila ada kesalahan dalam penulisan NPWP akan langsung ketahuan dan Wajib Pajak yang bersangkutan dipersilahkan untuk merevisinya.

Koordinasi antara pihak perusahaan dengan kantor pajak sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi ibarat pepatah tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan acara kami tadi siang. Karena sudah mendapat informasi dari pihak kantor pajak bahwa mereka akan datang dengan laptop dan printer, kami optimis bahwa tugas hari ini akan bisa dilaksanakan dengan lancar. Minimal semuanya akan selesai seperti yang dijadwalkan, yaitu jam 13.00 siang, dan tidak akan molor seperti tahun sebelumnnya. Tapi perkiraan kami ternyata salah...

Pagi itu, sekitar pukul 8.30 sudah terbentuk antrian dari karyawan yang akan menyerahkan laporan SPTnya. Itu artinya mereka datang setengah jam lebih awal dari jam yang ditentukan, padahal petugas pajaknya saja belum datang. Tapi bagaimanapun antusiasme patut diberi apresiasi. :-)

Sekitar pukul 9 lebih petugas dari kantor pajak datang. Ada sekitar sepuluh orang. Dan seperti yang dijanjikan, mereka membawa juga beberapa laptop dan sebuah printer. Nantinya printer itu akan digunakan untuk mencetak tanda terima yang telah dikoneksikan dengan laptop-laptop tersebut. Namun, hal yang tidak terduga terjadi. Printer disconnect! Printer tidak bisa digunakan untuk mencetak kecuali dari satu laptop saja. Saya lihat mereka beberapa kali mencoba beberapa cara namun hasilnya nihil. Tentu saja hal tersebut menyita cukup banyak waktu sementara antrian sudah mulai tak terkendali. Hehehe... (terlalu lebay!)

Pihak HRD kemudian berinisiatif agar para karyawan menumpuk saja laporan SPTnya dan dipersilahkan meninggalkan tempat untuk menghindari antrian yang semakin membludak. Sementara tanda terima akan diserahkan kepada HRD untuk dibagikan kepada karyawan yang bersangkutan keesokan harinya. Sementara kami berupaya menghubungi pihak IT kami, mereka -para petugas pajak itu- menghubungi rekan mereka yang berada di kantor guna mengirimkan beberapa printer lagi.

Dan setelah printer lengkap dengan sejumlah laptop yang ada, akhirnya tugas hari itu bisa terselesaikan dengan lancar. Selesainya? Jam 14.00 siang. Itu berarti molor satu jam dari waktu ditentukan.

Not bad...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, March 05, 2012

Tuesday, February 21, 2012

Google
ujungkelingking - Dalam kehidupan bersosial kita menyebut bila seseorang mengatakan hal yang tidak sebenarnya, maka kita menyebut dia seorang pembohong. Tapi bagaimana bila kita cuma tidak mengatakan yang sebenarnya. Disebut berbohongkah itu?

Mungkin lebih mudahnya dengan ilustrasi seperti ini,

Si Tono baru saja mengambil uang ibunya yang disimpan di dalam lemari baju. Menyadari uangnya hilang, si ibu langsung bertanya kepada Tono, "kamu mengambil uang ibu yang ada di lemari, No?" Si Tono menyahut, "tidak, bu!".

Tentu, kita sebut si Tono sedang berbohong karena jelas-jelas dia mengambil uang itu. Tapi coba bandingkan dengan -seandainya- jawaban Tono seperti berikut,

Menyadari uangnya hilang, si ibu langsung bertanya kepada Tono, "kamu mengambil uang ibu yang ada di lemari, No?" Si Tono menjawab, "saya sama sekali tidak masuk kamar ibu".

Tentu si ibu beranggapan bukan Tono yang mengambil uangnya. Lha masuk kamar saja tidak, apalagi sampai membuka lemari? Mungkin itu yang ada dalam pikiran si ibu. Padahal kenyataannya Tono menyuruh adiknya masuk kamar dan mengambil uang di dalam lemari.

Dalam konteks “saya tidak masuk kamar”, si Tono tentu tidak sedang berbohong karena –memang- kenyataan demikian. Dalam ilmu bahasa hal ini tidak salah. Tapi tentu menjadi tergesa-gesa bila menyimpulkan bukan Tono pelakunya karena jawaban Tono sama sekali tidak mengakomodir substansi pertanyaan.

Inilah yang kemudian saya takutkan digunakan oleh pejabat-pejabat yang tengah terjerat kasus korupsi. Bisa saja dia mengatakan –atau bersumpah- tidak pernah bertemu pejabat A, padahal mungkin saja pertemuan mereka lewat sms atau mesenger? Atau mereka keukeuh mengatakan bahwa tidak pernah menerima uang dari kurir B, padahal bisa saja “uang” yang dimaksud sudah dalam bentuk rumah mewah atau mobil sport mahhhal? (“h”nya sampe tiga lho!)

Mungkin ini menjadi tugas dari bapak-bapak jaksa penuntut agar memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak hanya mematikan jawaban tapi justru bisa menggiring terdakwa pada sebuah pengakuan.

Bismillah, 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, February 21, 2012

Tuesday, February 7, 2012

ujungkelingking - Ctrl + Z atau undo adalah suatu istilah untuk membatalkan perintah yang baru saja dibuat -yang belum di save.

Sayangnya, menu ini cuma ada dalam program komputer. Tidak ada dalam dunia nyata. Dalam kehidupan riil kita, semua yang kita perbuat secara otomatis sudah ter-save, sehingga tak mungkin lagi bisa kita undo apalagi delete. Apa yang kita ucapkan, kita lakukan tidak akan bisa ditarik kembali.

Karena itulah diperlukan konsep "berpikir sebelum bertindak". Bukan bertindak sambil berpikir, apalagi bertindak sebelum berpikir!

Memang, banyak yang sudah paham dengan prinsip ini, banyak yang sudah sadar. Tapi apakah itu cukup? 

#Hm, kita bahas yang lain dulu…

Meminjam ungkapan seorang ulama' besar, Sayyid Quthb, beliau mengatakan bahwa "waktu" itu bukan bilangan waktu, akan tetapi bilangan kesadaran. Artinya, semakin matang (baca: tua!) kita, seharusnya semakin sadar kita akan intisari hidup.

Lantas, apa hubungannya antara berpikir sebelum bertindak dengan kesadaran? 

#Sebentar, saya mau minum dulu. Haus,

Ngomong-ngomong soal minum, anda tahu bahwa kebutuhan tubuh akan air adalah sekitar 2 liter perhari? Itu setara dengan kurang lebih delapan gelas untuk setiap harinya. Nah lho, apa hubungannya?

Begini, banyak orang "sadar" dengan teori 2 liter perhari tersebut, tapi berapa orang yang concern melaksanakannya?

Atau semua orang sadar bahwa menggunakan lajur untuk kendaraan lain berpotensi menimbulkan kemacetan yang lebih parah, tapi berapa banyak yang mengindahkannya?

Atau -kalau sok politis- semua orang paham bahwa korupsi, suap, dkk adalah budaya kotor yang akan menghancurkan sebuah bangsa, tapi lagi-lagi, berapa persen yang bisa menolak?

Karena itu sikap sadar saja ternyata belum cukup bagi kita. Hendaknya kemudian diikuti dengan tindakan yang –mau tidak mau- harus dimulai dengan proses berpikir benar. Mudah-mudahan dengan itu kita bisa tumbuh –sedikit demi sedikit- menjadi warga-warga yang membangun bangsa.

Semoga.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, February 07, 2012

Wednesday, February 1, 2012

ujungkelingking - Terkait dengan kejadian "Xenia Maut" (metro.vivanews.com) yang menewaskan 9 orang pejalan kaki di Tugu Tani, Jakarta Pusat, dalam sebuah acara diskusi yang ditayangkan di sebuah televisi swasta, Sudjiwo Tedjo, salah seorang pembicara dalam diskusi tersebut sempat mengatakan begini; "Kalau kita memberantas narkoba karena kebencian, maka kalau bukan anaknya pasti cucunya kena (narkoba, pen.). Karena karma itu ada.".

Tentu saja pendapat ini langsung disanggah oleh Ust. Guntur Bumi yang juga menjadi pembicara dalam diskusi tersebut. Dalam Islam, kita tidak mengenal karma. Allah subhanahu wa ta'ala menfirmankan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib keadaan seseorang, jika orang tersebut tidak mau (berusaha) mengubah keadaan dirinya. Dalam hal ini, bagaimana mungkin jika kita melaksanakan nahi munkar -memberantas kejahatan lalu kemudian anak atau cucu kita bakal terkena kejahatan tersebut?

Dan jika karma itu memang ada, lalu dimana letak rahman rahiimnya Allah?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 01, 2012

Tuesday, January 31, 2012

ujungkelingking - Saat kita menolak ajakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat, biasanya kita memberikan alasan untuk itu. Sebenarnya tak ada masalah dengan hal itu selama hal itu memang benar-benar terjadi dan bukan sebagai "tameng" untuk menghindari ajakan tersebut. Tapi bagaimana bila alasan tersebut hanyalah alasan mengada-ada untuk menolak suatu ajakan? Mungkin, kita tidak enjoy bila jalan dengan orang itu, atau mungkin kita malas keluar karena malas mengeluarkan motor yang sudah dicuci, atau alasan-alasan lain yang tidak mungkin kita menyampaikannya secara terang-terangan. Akhirnya kita pun menciptakan alasan-alasan yang tidak sebenarnya agar kita "selamat" dari ajakan tersebut.

Bila hal itu yang terjadi pada kita, saya sarankan untuk menolak tanpa memberikan alasan apapun!

Kenapa?

Karena alasan tersebut kita gunakan sebagai tembok, tameng, perisai (atau apalah penyebutannya) dari orang yang mengajak kita, maka logika yang muncul adalah bila alasan tersebut bisa dipatahkan, atau diatasi oleh orang tersebut berarti mau-tak mau kita harus ikut dengannya.

Contoh 1,

"Ikut ke kampus, yuk!" (Ajakan)
"Gak ah, lagi gak punya uang." (Alasan)
"Gak apa-apa, nanti aku yang bayarin." (Alasan terpatahkan)

Contoh 2,

"Ikut jalan-jalan ke mall, yuk!" (Ajakan)
"Males ah cin, panas gini." (Alasan)
"Lha di mall kan dingin?" (Alasan terpatahkan)
"Berangkatnya kan panas, cin..." (Alasan, lagi)
"Pake mobil gue" (Alasan terpatahkan, lagi)

Resiko bila alasan sudah terpatahkan adalah: kita harus mau untuk diajak. (Kecuali bila kita masih punya segudang alasan-alasan lain).

Kesimpulan: Untuk menolak, jangan pakai alasan!

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, January 31, 2012

Friday, January 27, 2012

ujungkelingking - Dalam sebuah acara komedi yang ditayangkan sebuah TV swasta semalam, ada satu segmen dimana penonton bisa menuliskan masalahnya -utamanya masalah percintaan- untuk kemudian diberikan solusi oleh si host.

Kemudian sebuah surat dibacakan. Isinya kurang lebih sebagai berikut,
"Saya (gadis, pen.) sudah berpacaran selama setahun. Kemudian mantan saya minta balikan. Apa yang harus saya lakukan?"

Maka dengan cepat si host tadi langsung menukas, "Daripada kamu menjalani hubungan yang sekarang nggak enjoy, ya balikan aja!"

***

Apa yang ingin saya sampaikan? Bahwa mengetahui akar masalah adalah setengah dari solusi, itu benar. Tapi memberikan solusi dengan pengetahuan minim tentang akar permasalahan, adalah fatal!

Sebelum kita memutuskan akan memberikan solusi apa, sebaiknya kita tahu benar-benar situasi yang sedang terjadi. Dalam kasus di atas, akan lebih membantu bila kita tahu bagaimana background si gadis, latar belakang sang mantan, atau setidaknya apa yang menyebabkan mereka putus. Apakah sang mantan yang memutuskannya, atau jangan-jangan si gadis sendiri yang minta putus? Lalu dengan sang pacar yang sekarang apakah dia menjalin hubungan itu karena memang mencintainya atau hanya sekedar pelarian? Kalaupun -memang- sekedar pelarian, tentu tak semudah itu minta putus. Dulu waktu diputus sang mantan, tentu si gadis sakit hati atau minimal kecewa. Lalu bagaimana bila hal yang sama terjadi pada pacarnya yang sekarang -yang notabene- gak salah apa-apa?

Pendeknya, ada banyak faktor yang akan mempengaruhi keputusan atau solusi kita. Semakin banyak faktor pendukung, semakin objektif keputusan kita. Dan saya yakin si host tak berpikir sejauh itu. Darimana dia tahu kalau si gadis tidak enjoy dengan hubungannya yang sekarang? Surat dari si gadis itu singkat banget, lho. Dan  waktu setahun untuk berpacaran itu juga waktu yang cukup lama.

Ah, saya sadar apa yang ada di acara semalam tak lebih hanyalah sekedar untuk hiburan semata. Tapi bagaimana bila pola berpikir instan seperti ini diterapkan dalam keseharian kita?

(Mudah-mudahan tidak)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, January 27, 2012

Saturday, January 21, 2012

ujungkelingking - Dengan judul lain, Siapkah Anda Menjadi Seorang Atasan?

Hari ini kabarnya salah seorang rekan karyawan di tempat kerja saya akan resign. Dia mengundurkan diri dan lebih memilih bekerja di tempat lain. Apakah dia memilih gaji yang lebih besar? Mungkin saja. Tapi menurut saya faktor internal di departemen dia yang dominan. Entah itu hubungan dengan atasannya yang kurang harmonis, pekerjaan yang semuanya dibebankan kepada dia, atau faktor-faktor lain yang dia tak mau membeberkannya.

Tapi dari situ saya bisa menarik kesimpulan bahwa menjadi seorang atasan tidak sesimpel yang dibayangkan. Ada banyak hal yang harus dilakukan dan lebih banyak lagi yang tidak boleh dilakukan.

Misalnya, jangan selalu menyalahkan anak buah karena kesalahan yang dilakukannya. Anda (baca: atasan) sebagai controller bertanggung jawab atas itu. Jika anda intens dalam me-monitoring pekerjaannya, tentu kesalahan tidak akan terjadi, bukan?

Kemudian seandainya anda harus menyalahkan anak buah anda, jangan sekali-kali membentaknya -apalagi- di tempat umum. Ini akan fatal. Karena sebaik apapun kebenaran nasehat anda jika cara penyampaiannya salah tempat, akan mental juga. Bisa-bisa masuk telinga kanan keluar dari telinga kanan juga. :D

Masalah pekerjaan juga harus anda timbang-timbang. Beri pekerjaan sesuai dengan kapasitasnya, meski anda juga harus mengupayakan untuk memaksimalkan kinerjanya. Jangan sampai anak SMA mengerjakan soal anak SD atau anak SD mengerjakan soal anak kuliahan. Ya itu tadi, sesuai kapasitas.

Dan dengan meningkatkan kemampuan anak buah anda, sejatinya anda akan lebih diuntungkan. Itu kata atasan saya. Dan itu betul, pekerjaan anda sebagai atasan akan lebih ringan lagi. Malah kalau versi atasan saya lebih sederhana lagi. Jadi kalau bawahan melakukan kesalahan cukup dibina saja. Kalau berkali-kali salah dan tak mungkin lagi dibina... ya, dibina-sakan saja. Hehehe...

Dan karena saya hanyalah seorang karyawan grass root -yang tidak mungkin saya mengajari atasan saya- maka, tulisan ini hanya sekedar curhatan saya saja.

Terinspirasi dari kejadian rekan kerja saya pagi ini.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, January 21, 2012

Thursday, January 12, 2012

ujungkelingking - Mau software gratisan?

Coba situs yang direkomendasikan salah seorang Kompasianer. Situs ini sifatnya freeware/shareware.

Langsung saja meluncur di http://www.filehippo.com/

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, January 12, 2012

Monday, January 2, 2012

ujungkelingking - Banyak orang -sampai hari ini- beranggapan bahwa cantik itu relatif. Artinya bahwa seseorang yang kita anggap cantik belum tentu dianggap cantik juga bagi orang lain. Sebaliknya, yang bagi orang lain cantik belum tentu juga kita menganggapnya cantik.

Tapi, teori yang seperti itu tidak benar, bagi saya.

Saya punya pendapat sendiri tentang hal ini. Bagi saya -justru- kecantikan itu adalah mutlak, atau tidak relatif. Artinya, jika dalam suatu kumpulan (baca: banyak orang) menganggap si A itu cantik, maka benar si A itu cantik. Jika kumpulan tersebut mengatakan si B itu jelek, maka begitulah keadaannya. Dan menyimpang dari teori ini, maka seseorang itu akan dianggap buta, atau setidaknya tertipu.

Misal, si Mimi perawan desa itu dianggap oleh orang sekampung sangatlah cantik. Tapi tiba-tiba ada satu orang yang berteriak-teriak mengatakan si Mimi itu jelek. Bagaimana menurut anda? Kalau bukan gila, mungkin buta, atau "berselera rendah". Hehe...

Tapi tentu teori ini tak selamanya benar. Dalam hal menyikapi kebenaran, misalnya. Tidak bisa kita beranggapan bahwa jika semua orang menganggap suatu hal itu benar maka hal tersebut memang benar. Suatu kebenaran tidak bisa dianggap benar hanya karena banyak orang melakukannya.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, January 02, 2012

Tuesday, December 27, 2011

ujungkelingking - Dalam sebuah surat kabar hari ini ditulis sebuah berita -yang intinya- adalah tentang sosialisasi penggunaan kondom perempuan yang semakin ditinggalkan oleh para pekerja seks komersial.

Salah satu alasannya adalah proses pemasangannya yang dinilai terlalu ribet. Padahal, menurut penggiat di sebuah LSM pendamping PSK, tujuan penggunaan kondom tersebut selain untuk mencegah kehamilan juga untuk mengurangi penularan penyakit menular seksual. Bahkan efektifitasnya diklaim sampai 95%!
Pertanyaannya, seberapa pentingnya "penyelamatan" kondisi kesehatan para pekerja seks tersebut dibanding dengan penyelamatan generasi muda kita?

Terlalu lebay-kah pertanyaan saya? Saya pikir tidak. Coba anda mereka-reka, andai semua PSK tidak berpenyakit, semua pengguna tidak berpenyakit, maka yang terjadi kemudian adalah semakin suburnya bisnis perlendiran di negri yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa ini. Malah bisa jadi keuntungan dari bisnis semacam inilah yang akan menopang Ibu Pertiwi. Maka anda tinggal membayangkan sepuluh atau duapuluh tahun yang akan datang, mungkin putri-putri kita yang meneruskan jejak mereka, atau putra-putra kita yang rajin sowan ke wisma-wisma itu. Siapkah kita akan hal itu? Bahkan memikirkan pun saya tak berani.

Banyak memang alasan-alasan klise yang bakal disampaikan. Mulai dari sulitnya biaya hidup, sampai sakit hati karena dikhianati, dsb. Tapi ingatlah, sebab yang salah tidak serta-merta (harus) melahirkan solusi yang salah. Banyak contohnya -bila kita mau memperlebar sudut pandang kita- orang-orang yang berawal dari kehidupan yang "salah" malah berakhir menjadi tokoh-tokoh luar biasa.

Wahai para PSK, selamatkanlah diri kalian. Saya percaya di Republik ini masih banyak wilayah-wilayah halal untuk digali. Berusahalah dan jangan pernah menyerah! Tuhan akan menjawabnya.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, December 27, 2011

Saturday, December 24, 2011

ujungkelingking - Sebenarnya apa itu jenius?

Ilustrasi: Google
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1 jenius (genius) didefinisikan sebagai berkemampuan (berbakat) luar biasa dalam berpikir dan mencipta. Sementara menurut wikipedia  adalah istilah untuk menyebut seseorang dengan kapasitas mental di atas rata-rata di bidang intelektual, terutama yang ditunjukkan dalam hasil kerja yang kreatif dan orisinal. Seorang yang genius selalu menunjukkan individualitas dan imajinasi yang kuat, tidak hanya cerdas, tapi juga unik dan inovatif.

Kalau kita perhatikan, ada persamaan antara ilmuwan-ilmuwan jaman dahulu dengan para ilmuwan masa kini. Persamaannya adalah terletak pada bahwa mereka menjadi ilmuwan tidak terjadi dalam waktu sekejap.  Seorang Thomas A. Edison mengatakan jika jenius itu adalah 1% inspirasi dan 99% sisanya adalah kerja keras. Maka inilah yang kemudian menjadikan adanya persamaan tersebut.

Kerja keras menuntut adanya ketekunan. Atau dengan kata yang -saya pikir- lebih mencakup adalah, kreatifitas. Kreatifitas memungkinkan seseorang memiliki banyak ide, banyak gagasan, banyak jalan keluar, sehingga dia akan terpicu untuk mengaplikasikan -kalau perlu- semua ide tersebut hingga menemukan jawaban yang pas. Dengan kata lain, dia tidak mudah menyerah.

Karena itulah jenius sama sekali tidak identik dengan pintar.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, December 24, 2011

Monday, December 5, 2011

ujungkelingking - Sejak dahulu kala, nenek moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa pelaut yang handal. Keberanian mereka menaklukkan lautan sungguh tak dapat diragukan. Bahkan sebuah lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud tahun 1940 menggambarkan tentang hal itu. Tapi darimana keberanian itu mereka dapatkan, padahal peta lautan saja belum banyak dibuat?

Jauh sebelum Al-Idrisi atau pun Copernicus mengemukankan pendapat mereka, bangsa Barat memiliki teori bahwa bumi itu berbentuk datar seperti meja. Sehingga bila kita berlayar terus-menerus ke suatu arah, maka pada suatu saat kita akan sampai di tepi “meja” tersebut lalu jatuh entah kemana. Karena memegang prinsip inilah kemudian bangsa Barat tidak berani melakukan pelayaran jauh.

Sedangkan nenek moyang kita -yang notabene tidak (pernah) kenal dengan teori tersebut- tentu saja tidak memiliki kekhawatiran apa pun, sehingga mereka berani melakukan pelayaran jauh.

Hmmm, terkadang ketidak-tahuan (bisa jadi) memang sebuah keberkahan.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, December 05, 2011

Wednesday, November 30, 2011

ujungkelingking - Terjemahan bebasnya barangkali, jangan menilai apapun hanya dari yang tampak di luar saja. Sebab kita bisa tertipu. Dan mungkin akan menuai malu.

Sore kemarin saya mengajak istri dan putra saya berjalan-jalan di sekitar komplek rumah dengan mengendarai motor butut kesayangan dan satu-satunya punya saya.

Sedang enak-enaknya berkendara, sebuah sedan yang berjalan di belakang kami tiba-tiba saja menekan klaksonnya. Kontan istri saya terkejut. Apalagi saya.

“Ini orang gak tahu diri!” pikir saya, “Mentang-mentang bermobil, trus seenaknya saja menggunakan jalan.”

Saya pun berhenti dan bersiap-siap memaki-maki orang tersebut dengan sumpah-serapah yang sudah tersusun rapi di otak saya.

Saat saya berhenti itulah, si sopir sedan melongok ke jendela sambil bilang,

“Mas, sandal anaknya terjatuh.”

Saya melongo. Sandal anak saya memang terjatuh.

Oalaaaaahhh….
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, November 30, 2011

Tuesday, November 22, 2011

ujungkelingking - Melihat laga final Indonesia kontra Malaysia tadi malam, terus terang emosi saya naik-turun, campur aduk nggak karuan. Bagaimana tidak, ketika pertandingan belum dimulai, sebagian dari kita mungkin cemas, akankah kita bisa menaklukkan tim lawan? Dan kita sontak girang ketika pada menit-menit awal tim Garuda Muda sudah berhasil menjebol gawang Harimau Malaya. Tapi kemudian kita terpaksa khawatir ketika timnas Malaysia bisa membalas gol, sehingga kedudukan menjadi seimbang. Skor yang imbang –bahkan- hingga babak perpanjangan waktu berakhir, memaksa kita “gambling” melalui adu pinalti. Dan pada akhirnya kita terpaksa mengakui keunggulan timnas lawan dengan skor 5-4. 

What’s the point?

Bahwa timnas Indonesia masih kalah skill dan mental dari tim lawan? Mungkin.

Bahwa timnas Indonesia terlalu berambisi untuk merebut medali, sehingga memecahkan konsentrasi? Bisa jadi.

Bahwa timnas Indonesia terlalu terbebani dengan harapan-harapan publik bola di seantero nusantara? Bisa juga.

Tapi menurut saya yang pasti adalah karena kita melihat laga tadi malam adalah “nyawa” dari keseluruhan ajang ini. Maka ketika kita kalah tadi malam, itu berarti kita kalah dalam semua hal. Padahal penting untuk dicetak tebal, bahwa ajang Sea Games bukanlah ajang pertandingan bola semata. Banyak cabang-cabang lain yang dilombakan pada even dwi-tahunan ini. Kenapa kita harus terkonsentrasi “hanya” pada bola?

Kita semua tahu bahwa Indonesia menjadi juara umum dengan perolehan medali emas terbanyak. Kita patut bersyukur atas hal itu. Kita juga wajib berterima kasih kepada para atlet yang turut berjibaku mempersembahkan emas untuk Indonesia. Kita berterima kasih bukan karena “emas”nya, tapi karena peluh-keringat dan kerja-keras mereka. Sama seperti kepada timnas Garuda Muda, atau atlet-atlet lain yang gagal merebut medali, tak pantas kita mencerca mereka. Mereka sudah berjuang, itu sudah lebih dari cukup. Tuhan saja menilai kita karena usaha yang kita lakukan dan bukan hasil yang kita berikan.

Kita hanya kalah, bukan menyerah!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, November 22, 2011

Friday, November 11, 2011

ujungkelingking - Ternyata, Islam tidak disebarkan dengan kekerasan. Tidak seperti yang digembar-gemborkan kaum orientalis. Islam, oleh Rasulullah disebarkan (baca: diperkenalkan) dengan cara yang sopan dan diplomatik, melalui surat-surat yang dikirimkan beliau untuk pembesar-pembesar negeri.

Dalam surat-suratnya, Rasulullah selalu menyebut pemimpin-pemimpin itu dengan sebutan yang agung dan penuh penghormatan. Rasulullah menyebut dirinya sebagai utusan Allah untuk menyampaikan Islam. Rasulullah mengajak pemimpin-pemimpin tersebut untuk masuk Islam, yang kompensasinya adalah pahal yang besar. Tapi menolaknya bukan berarti perang. Menolak ajakan itu, Rasulullah hanya mengatakan akan mendapat dosa dan menanggung dosa rakyat yang dipimpinnya.

Perang hanya akan terjadi jika mereka memproklamirkannya terlebih dahulu.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, November 11, 2011
ujungkelingking -

Surat Rasulullah yang dikirimkan kepada Hiraklius,

"Bismillahirrahmanirrahim...

Surat ini dari Muhammad, Rasul Allah, kepada penguasa Bizantium (Heraklius). Kedamaian tercurah pada orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebab itu, sekarang saya mengajak Anda memeluk Islam. Memeluk Islamlah dan Anda menjadi selamat dari siksa Allah. Memeluk Islamlah dan Allah akan menganugerahi Anda pahala berlipat, akan tetapi kalau Anda menolak, maka Anda akan bertanggung jawab akan dosa orang-orang yang Anda pimpin.

...

Hai Ahli Kitab! Mari kita datang pada persamaan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah sesuatu selain Allah, dan kita tidak mempersekutukan Allah dengan apapun, juga kita tidak mengangkat di antara kita sebagai Tuhan selain Allah. Kemudian jika mereka berpaling, maka katakan, persaksikanlah bahwa kami adalah Muslim"

Surat Rasulullah yang dikirimkan kepada Raja Khosrau II (Penguasa Persia),

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Dari Muhammad utusan Allah untuk Khosrau, penguasa Persia yang agung. Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan RasulNya, dan bagi orang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, Esa, tidak ada sekutu bagiNya, dan bagi yang bersaksi bahwa Muhammad itu hambaNya dan utusanNya.

Aku mengajakmu kepada panggilan Allah. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi seluruh manusia supaya aku memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat. Jika kamu menolak maka kamu akan menanggung dosa orang-orang Majusi."

Surat Rasulullah yang dikirimkan kepada Al-Muqawwis (Penguasa Mesir),

 "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Dari Muhammad bin Abdullah utusan Allah, untuk Al-Muqawwis penguasa Mesir yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Selain daripada itu, aku mengajakmu kepada panggilan Allah. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat dan Allah akan memberikan bagimu pahala dua kali. Jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa penduduk Mesir."
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, November 11, 2011

Monday, October 31, 2011

ujungkelingking - Ibrahim alaihisalam adalah salah seorang nabi yang terkenal kedermawanannya. Bahkan dikisahkan, setiap hari Ibrahim mengajak tetangga atau orang yang ditemui di jalan untuk makan bersama keluarganya. Ihwal tentang kedermawanan Ibrahim alaihisalam tak luput membuat orang-orang di sekitarnya terkagum-kagum. Seseorang pernah menanyakan hal tersebut kepadanya. Jawab Ibrahim, bahwa hal itu dilakukannya karena sangat cintanya kepada Allah, Sang Pemberi Rizqi. Bahkan, terucap oleh Ibrahim seandainya Allah subhanahu wa ta'ala berkenan mengaruniakan kepadanya seorang anak, dan anak tersebut harus dikorbankan maka Ibrahim akan melakukannya. Waktu itu Ibrahim alaihisalam belum memiliki anak.

Nah, ucapan Ibrahim ini rupanya direspon oleh Allah. Istri Ibrahim akhirnya mengandung seorang anak yang kemudian diberi nama Ismail yang kelak akan melanjutkan tugas ayahnya. Kemudian datanglah perintah Allah untuk menyembelih Ismail, putra satu-satunya yang diharap-harapkannya sejak dahulu.

Meski akhirnya keduanya lulus dari ujian Allah dan kejadian itu menjadi cikal-bakal pelaksanaan ibadah Qurban, tapi yang lebih penting dicatat dalam peristiwa ini adalah, bagaimana kita pandai-pandai menjaga lisan. Jangan sampai kita pada akhirnya "termakan omongan sendiri". Memang kebetulan kisah di atas terjadi pada seorang nabi yang memiliki ketinggian sifat lebih dari manusia biasa macam kita, lalu bagaimana kalau hal yang sama terjadi pada kita? Sanggupkah kita? Alih-alih mentaati perintah, jangan-jangan kita malah lebih memilih lari dari melaksanakannya.

Mungkin karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam mengajarkan kepada kita untuk "berbicara yang baik, atau diam".

Bismillah
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, October 31, 2011

Monday, October 24, 2011

ujungkelingking - Sabtu kemarin, saya dan istri membawa putra kami untuk periksa ke rumah sakit. Tidak sakit sebenarnya, cuma butuh vitamin dan suplemen untuk menunjang aktivitasnya yang cukup berlebih.

Kami datang ke rumah sakit jam 17.30 WIB, sedangkan jadwal dokternya jam 18.00 WIB. Biar tidak terlalu lama nunggu, pikir saya. Setelah melakukan pendaftaran, kami diberi nomor antrian, 39. Wah, jauh juga, kata istri saya. Saya pun menghitung-hitung, bila satu orang dilayani sampai 5 menit, berarti butuh waktu 3 jam-an baru sampai ke nomor antrian saya. Saya tidak punya waktu sebanyak itu, sebab satu setengah jam lagi saya harus menghadiri rapat bapak-bapak di kompleks tempat saya tinggal, sedangkan perjalanan pulang butuh waktu kurang-lebih setengah jam. Tapi agar tidak membuat resah istri, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti rapat tersebut.

Tak lama, suster jaga kemudian memanggil nama anak kami. Saya heran, lho kok sudah dipanggil? Padahal sebelum kami datang sudah ada beberapa orang tua membawa anak-anak mereka.

“Pak, nanti kalau ada orang tanya bapak nomor antrian berapa, dijawab saja nggak tau atau lupa.” kata suster itu kemudian.

Saya bingung, “Lho, kenapa bu?”

“Soalnya mereka-mereka itu sudah daftar sejak tadi pagi, terus pulang. Kalau bapak bilang nomornya bapak, pasti nanti diserobot terus.”

Olala… saya baru ngeh.

Memang tidak fair kalau saya yang datang sejak tadi dan langsung antri, diserobot dengan seenaknya oleh orang yang baru datang karena sudah daftar tadi pagi.

Menurut Anda bagaimana?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, October 24, 2011

Friday, September 2, 2011

ujungkelingking - Kemarin saat mau mudik sempat bingung juga nyari peta Jawa Timur, terutama yang ada jalur mudiknya. Akhirnya dapat juga mesti telat.

Nah, biar tahun depan gak bingung lagi, link-nya aku simpan disini aja.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, September 02, 2011

Sunday, May 29, 2011

ujungkelingking - Ada sebuah pertanyaan dari seorang teman tentang aspek perpajakan untuk pengusaha konstruksi yang melakukan servis Air Conditioner. Pilihan yang tersedia hanya dua saja, yaitu masuk PPh pasal 23, atau PPh pasal 4 ayat (2)?

Awalnya saya ragu. Tapi akhirnya saya salah juga dengan menjawab masuk ranah PPh pasal 23 (karena dalam pemikiran saya hampir semua “jasa” masuk ke dalam pasal ini).
Tapi ternyata tidak bila pengusaha tersebut adalah pengusaha konstruksi atau yang memiliki sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

Membaca kembali tabel tarif Pemotongan dan Pemungutan PPh Tahun 2009, disebutkan bahwa:

Dipotong 2% (dua persen) atas jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV tabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

Jadi jelas bahwa pekerjaan servis AC yang dilakukan oleh pengusaha dengan sertifikasi bidang konstruksi tidak bisa dimasukkan ke dalam PPh pasal 23.

Berarti, apakah masuk ke dalam PPh pasal 4 ayat (2)?

Menyuplik sedikit dari isi pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Pajak Penghasilan:



Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a.    penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; b.    penghasilan berupa hadiah undian;
c.    penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d.    penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan 
e.    penghasilan tertentu lainnya,
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 pasal 3 disebutkan bahwa:



Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:
a.    2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b.    4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c.    3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
d.    4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
e.    6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

Yang membingungkan saya adalah jasa servis AC tentu tidak termasuk pekerjaan konstruksi. Sebab yang dimaksud dengan pekerjaan konstruksi adalah "keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain". (Peraturan Menteri Keuangan No. 187/PMK.03/2008)

Servis AC tentu bukan “mewujudkan suatu bangunan”. Apakah ini berarti pekerjaan servis AC yang dilakukan oleh pengusaha ber-sertifikasi bidang konstruksi juga tidak masuk ke dalam pasal ini?

Agaknya, terlalu terburu-buru menyimpulkan hal tersebut. Sebab teman saya yang lain akhirnya memberi saya tabel daftar 
klasifikasi jasa pelaksana konstruksi oleh LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi). Artinya, bila pekerjaan ini termasuk di dalam tabel daftar-nya, maka pekerjaan ini memang termasuk dalam klasifikasi usaha konstruksi. Dan yang unik adalah, dalam salah satu poinnya tersebut seperti ini:

“Instalasi pemanasan, ventilasi udara dan AC dalam bangunan, termasuk perawatannya”

H-hee...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Sunday, May 29, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!