Wednesday, February 27, 2013

ujungkelingking - Pagi ini, sebelum berangkat ke kantor saya menyempatkan diri untuk membuka-buka status teman-teman di facebook.

Agak terkejut juga saya ketika mendapati update-an status disana, tertulis:
"Tugas sebagai istri sudah selesai | Sekarang waktunya bobok"

Kira-kira apa yang ada dalam benak Anda? Apakah sama dengan yang saya pikirkan?

Karena yang menulis status tersebut adalah seorang perempuan muda, baru menikah dan waktu postingnya sekitar pukul sebelas malam, jadi wajar jika asumsi saya mengarah ke "situ".

Untuk menguatkan dugaan, saya coba untuk melihat komentar yang masuk. Sayangnya hanya ada 2 komentar saja. Komentar pertama hanya tertulis singkat,
"Indahnya pernikahan"
Sedang komentar berikutnya yang cukup mendukung asumsi saya,
"Jam 04.00 bangun mandi jinabat terus sholat Shubuh, wkwkwkwkwkwk...."
Hadeehhhh,

***

Internet, melalui dunia maya-nya memang membebaskan setiap person untuk berkreasi dan berekspresi. Namun bukannya tanpa batas, segala apa yang kita kreasikan dan kita ekspresikan haruslah dibatasi dengan yang namanya 'etika'.

Okelah, mungkin asumsi yang terbentuk di dalam benak saya dan para komentator -mungkin saja- keliru. Mungkin yang dimaksud oleh si empunya akun adalah tugas istri yang lainnya dan bukan tugas yang "itu". Namun bagaimanapun karena sosmed semacam ini adalah sebuah dunia yang mengharuskan interaksi tanpa harus bertatap muka, maka kita berkomunikasi melalui ketikan huruf-huruf, yang salah ketik bisa saja salah arti dan salah bahasa bisa jadi salah maksud.

Etika, di dalam dunia yang "permisif" ini seolah kehilangan kekuatannya. Karena orang tidak bertemu dengan orang lain secara langsung akhirnya timbul suatu persepsi bahwa "salahpun tidak apa-apa". Kalau orang lain salah memahami maksud saya, ya itu salah dia sendiri. Kalau harus menabrak batas-batas perasaan seseorang, toh ini hanya sekedar tulisan. 

Bahkan kemarin, salah seorang di lingkaran G+ memposting foto tentang keadaan korban sebuah kecelakaan maut, lengkap dengan darah-darahnya dan potongan tubuh yang dikumpulkan, dan -tentu saja- uncensored!

Ini dimana etikanya? Saya paham maksudnya adalah mengingatkan agar yang lain berhati-hati. Padahal toh tanpa foto pun orang yang membacanya pasti bergidik ngeri.

Saya sempat berkomentar di foto tersebut. Kata saya,
"Yang beginian sebaiknya gak usah di upload-lah. Gak kebayang perasaan keluarga korban yang melihat gambar ini. Pasti sakit dan sedihnya berlipat-lipat. Bahkan sekelas media publik pun harus men-sensor-nya."
Tak berapa lama si pemilik akun pun membalas,
"Terima kasih mas sudah diingatkan. Saya tidak akan memposting gambar-gambar seperti ini lagi. Ini saya hanya sekedar ber-kreasi."

Gubrakkkk!!!!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 27, 2013
Categories:

3 comments:

  1. oh,ini yang kapan hari mas pri tanya dalam post di G+ kan ya...?

    iya memang tak seharusnya menampilkan foto2 demikian itu
    kalaupun harus menampilkan,mustinya disensor juga
    jujue saya peibadi juga gk bisa klo lihat gambar2 ngeri sperti itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itulah orang2 jarang memperhatikan soal etika ini.

      Mau tdk dibaca/dilihat tdk bisa, lah wong dia nge-share-nya kemana2... :'(

      Delete
  2. klo masalah etika status dan komentar dumay

    memang bicara pakai HURUF itu sering terjadi salah paham,
    karena tak jarang yang salah mengartikan tulisan tsb

    ReplyDelete

Komentar Anda tidak dimoderasi.
Namun, Admin berhak menghapus komentar yang dianggap tidak etis.

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!