ujungkelingking - Dalam masyarakat kita dewasa ini, istri berkarir
(baca: bekerja) tak lagi menjadi hal yang tabu dan aneh. Tentunya ada
banyak faktor yang mendorong terciptanya situasi tersebut. Yang paling
sering saya dengar adalah faktor ekonomi, dimana kebutuhan hidup yang
kian hari kian menanjak sehingga “memaksa” orang untuk menciptakan
sumber pendapatan baru. Salah satunya, ya, dengan suami dan istri
bekerja kedua-duanya.
Sebagai seorang suami yang notabene adalah kepala
keluarga tentu memiliki alasan yang cukup benar sehingga harus
mempersilahkan istrinya bekerja juga. Sang istri juga harus memiliki
batasan-batasan tatkala ia meninggalkan rumahnya untuk mencari
penghasilan dan tetap bisa melakukan kewajibannya ketika kembali ke
rumah.
Sang suami, terlepas dari penghasilan mana yang
lebih besar, tetaplah memegang fungsinya sebagai kepala keluarga. Tidak
terlalu menjadi masalah jika gaji sang istri lebih kecil atau cuma
sebagai tambahan saja, namun bagaimana jika gaji istri mendominasi?
Inilah yang jika sang istri tidak pandai menempatkan diri akan bisa
memicu titik-titik api dalam rumah tangga. Stigma bahwa laki-laki harus
menghidupi keluarganya, pastilah akan menumbuhkan gengsinya. Di titik
inilah sang istri harus bisa memberi pengertian kepada suami bahwa tetap
dirinyalah (suami) yang menjadi penentu setiap keputusan yang harus
dibuat.
Kemarin sore, secara tak sengaja saya mendengar
obrolan dua rekan kerja saya. Intinya adalah bahwa suami masing-masing
tidak pernah mereka beri tahu berapa pastinya gaji mereka. Dan
suami-suami mereka toh juga tidak pernah protes.
Timbul pertanyaan menggelitik, apakah seorang suami (memang) tidak ingin tahu berapa gaji istrinya?
Hehe…, suami -dalam pandangan subyektif
saya- sebenarnya yang dia tahu adalah dia harus membiayai kehidupan
keluarganya. Jika istrinya memiliki penghasilan, berapa pun itu, maka
terserah sang istri mau dipakai untuk apa uang itu. Gengsi laki-laki itu
tinggi. Mungkin itu sebabnya dia kurang suka jika untuk melakukan
kewajibannya harus dibantu dengan gaji sang istri.
Namun seperti yang ditulis diawal, jika ekonomi
yang menjadi faktor penyebab bolehnya istri bekerja, maka mau atau tidak
mau, gengsi atau tidak, sang suami harus sedikit bersusah-payah untuk
menurunkan egonya agar permasalahan ekonomi keluarga bisa teratasi.
Toh, itu juga untuk kebaikan bersama.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, December 14, 2012
0 comments:
Post a Comment
Komentar Anda tidak dimoderasi.
Namun, Admin berhak menghapus komentar yang dianggap tidak etis.