Monday, April 14, 2014

ujungkelingking - Ketika Pemerkosaan Tak Terhindarkan, Berbaring dan Nikmati Saja

Kriminal dan Persepsi Masyarakat
Image: vemale.com

Adalah Barbara Driver, anggota dewan di kota Cheltenham-Inggris, yang membuat pernyataan kontroversial itu. Meski kemudian dia meminta maaf secara terbuka atas pernyataannya tersebut, kata-kata itu tak urung memantik reaksi keras publik di negeri tersebut.

Lain lagi di India. Abu Azmi, seorang politikus di negeri itu melontarkan statement yang tak kalah mengejutkannya. Dia mengatakan bahwa perempuan manapun yang berhubungan badan sebelum menikah -meski itu diperkosa- harus digantung. Sementara seorang kepala partai di negeri yang sama, Mulayam Singh Yadav mengatakan bahwa jika dia terpilih nanti, dia akan menghapus hukuman mati bagi para pemerkosa yang mengulangi kejahatannya. Meski akhirnya ia meralat ucapannya, kritik dan kecaman tetap berdatangan dari politisi lainnya.

Kalau teman-teman ingat, di Indonesia juga pernah muncul pernyataan serupa. Adalah calon Hakim Agung (waktu itu) Daming Sunusi yang melontarkan "guyonan" bahwa pemerkosa dan yang diperkosa pada dasarnya sama-sama menikmatinya. Segera setelah joke-nya yang tidak lucu itu, Daming Sunusi diganjar dengan dicoret dari daftar calon Hakim Agung.

Fenomena yang mengkhawatirkan


Orang bilang, jika terluka karena pedang bisa sembuh dalam beberapa hari. Dan dalam beberapa minggu mungkin bekasnya sudah hilang. Akan tetapi jika terluka karena ucapan, sampai mati akan tetap teringat.

Menjadi fenomena yang mengkhawatirkan karena mereka yang melontarkan pernyataan-pernyataan yang menyakitkan tersebut justru adalah pejabat-pejabat publik, yang notabene suaranya langsung terdengar ke seantero negeri.

Di satu sisi hal ini menunjukkan betapa rusaknya moral pejabat-pejabat itu. Memang tidak semua. Tapi ibarat pepatah "karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Setidaknya, kita menjadi tahu bahwa ada "benih-benih" yang tidak beres di tubuh parlemen ini. Jika orang-orang semacam ini tetap berkuasa, bisa dibayangkan kebijakan apa saja yang nanti akan ditelurkannya. Ngeri!

Selain itu, di sisi yang lain, banyaknya pejabat-pejabat yang rendah (kalau tidak mau dibilang rusak) moralnya, berdampak secara langsung terhadap cara berpikir masyarakat. Semakin banyak pernyataan-pernyataan kontroversial yang kita terima, akan semakin berkembang cara berpikir permisif kita.


The banality of evil?


Berita yang berseliweran di sekitar kita -entah melalui media, ataupun mulut ke mulut- kerap membicarakan tentang kriminalitas yang terjadi secara intens. Berita tentang pembunuhan belum selesai, muncul berita tentang perampokan, pemerkosaan, dst. Tindakan-tindakan itu kemudian terbaca sebagai hal yang biasa, karena kita terbiasa mendengarnya. Inilah yang diistilahkan dengan banalitas kejahatan.

Kembali ke hal-hal yang dilakukan oleh seorang pejabat publik.

Dengan ketenaran yang dimilikinya, seorang pejabat publik bisa saja "mendoktrin" masyarakat dengan tingkah ataupun ucapannya. Mendoktrin di sini bisa berarti baik, bisa pula berkonotasi negatif. Tergantung apa yang menjadi subyeknya.

Akan tetapi seperti yang sudah-sudah, hal yang buruk biasanya lebih cepat menular daripada hal-hal baik. Jika kita meletakkan apel busuk dan apel yang masih baik dalam satu kotak, maka dalam sekejab apel yang baik tadi akan ikut menjadi busuk.

Memang, saat sekarang ini kita selalu tanggap bereaksi terhadap pernyataan-pernyataan yang tidak benar. Namun karena seringnya, lama kelamaan kita akan menganggap biasa ucapan-ucapan semacam itu. Dan lalu kita akan menganggap biasa pula tindakan-tindakan itu.

Semoga kali ini saya salah.

_________________

Sumber berita:
  • http://suara.com/news/2014/04/12/091622/pejabat-inggris-ketika-pemerkosaan-tidak-terhindarkan-berbaring-dan-nikmati-saja/
  • http://suara.com/news/2014/04/14/073205/pernyataan-politisi-india-soal-perempuan-dan-pemerkosaan-dikecam/
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 14, 2014

Saturday, April 12, 2014

ujungkelingking - Kenapa Air Laut Terasa Asin?


Sebenarnya ini adalah sebuah dongeng sebelum tidur, yang pernah diceritakan bapak saya dulu. Mungkin ada perbedaan dengan cerita yang sejenis. Namun pesan moralnya-lah yang penting. Jadi cerita ini adalah versi bapak saya. ^_^

Kalau teman-teman tertarik untuk mengetahui kenapa air laut terasa asin, silahkan menyimak... (gak boleh rame sendiri, ya...)

***

Dahulu kala, di sebuah desa yang amat terpencil, hiduplah seorang laki-laki. Laki-laki ini tidak punya keluarga. Di gubuk yang amat sangat sederhana itu ia tinggal seorang diri. Namun meski begitu laki-laki ini tak pernah terlihat kesusahan. Walau tidak jelas apa pekerjaannya, akan tetapi seluruh kebutuhan sehari-harinya nampak sangat tercukupi.

Hal inilah yang kemudian membuat salah seorang tetangganya menjadi curiga. Apa gerangan yang membuat laki-laki itu tidak pernah kekurangan?

Maka pada suatu hari, si tetangga ini mencoba mengintip ke dalam gubuk si laki-laki. Saat itu si laki-laki seperti hendak memasak nasi. Namun tidak tampak ada beras atau makanan lain yang akan dimasak di sana.

Tak berapa lama, si laki-laki mengeluarkan sesuatu dari bawah tempat tidurnya, sebuah lesung/lumpang dari besi. Namun lesung ini bukan sembarang lesung. Lesung ini adalah sebuah lesung ajaib. Ia bisa mengeluarkan segala macam benda dari dalam lubangnya. (Jadi inget kantong ajaibnya Doraemon, ya...)

Si laki-laki kemudian berkata kepada lesung ajaib untuk memberinya segenggam beras. Ajaib... dari dalam lesung itu langsung mengucur butiran-butiran beras. Setelah dirasa cukup, si laki-laki menghentak-hentakkan lesung itu ke tanah sebanyak tiga kali. Dan lesungpun berhenti mengeluarkan beras.

Melihat kejadian ini si tetangga menjadi tahu rahasia si laki-laki. Timbullah sifat irinya untuk memiliki lesung tersebut.


Saat yang dinantikanpun tiba. Si laki-laki sedang pergi keluar untuk beberapa waktu. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh si tetangga yang segera masuk untuk mencuri lesung tersebut. Karena takut lesung itu direbut kembali darinya, maka si tetangga kemudian pergi meninggalkan desa. Ia berencana pergi ke pulau lain dengan menumpang sebuah kapal dagang.

Di atas kapal itulah si tetangga menggelar pesta untuk merayakan keberhasilannya mencuri lesung besi milik si laki-laki. Acara makan-makan bersama seluruh awak kapalpun digelar. Akan tetapi sayang sekali, juru masak mengatakan kalau ia kehabisan garam. Maka dengan bangga si tetangga yang iri mengeluarkan lesung ajaibnya. Ia kemudian berkata kepada lesung ajaib untuk memberinya garam.

Maka keluarlah garam dari dalam lesung besi tersebut. Setelah dianggap cukup si tetangga menghentak-hentakkan lesung itu tiga kali ke lantai kapal. Namun garam tidak mau berhenti. Garam itu keluar... dan terus keluar. Si tetangga yang iri dan para awak kapal, panik. Di atas kapal tidak ada tanah untuk menghentikan lesung.

Garam itu keluar... terus dan terus...

Hingga memenuhi badan kapal...

Kapalpun terbalik dan tenggelam. Sementara lesung ajaib tetap mengeluarkan garamnya...

Itulah kenapa air laut sekarang menjadi asin rasanya.


Kenapa air laut asin?
Image: wowkeren.com


Pesan moral yang bisa diambil dari cerita ini adalah...

"Jangan pernah membawa banyak garam di atas kapal."
#Halahhh...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, April 12, 2014

Friday, April 11, 2014

ujungkelingking - Berkemampuan Berbeda


Dalam sebuah siaran berita pagi, beberapa hari yang lalu, diberitakan tentang Pak Kliwon, seorang penyandang cacat (tidak memiliki sebelah kaki) yang kini menjadi pengrajin pembuat kaki palsu.

Yang menjadi perhatian saya justru pembawa berita yang menyebut orang-orang seperti Pak Kliwon ini sebagai penyandang disabilitas.

Seperti yang kita tahu bahwa dulu, kita menyebut untuk orang-orang seperti Pak Kliwon ini dengan sebutan "tuna". Ada tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, dsb. Penyebutan ini tentu dirasakan masih cukup kasar meski sudah memakai istilah yang dihaluskan.

Maka kemudian muncul istilah disabel-disabilitas (disable, dis-ability) yang berarti tidak mampu atau berkemampuan terbatas. Istilah ini dianggap lebih baik daripada penyebutan sebelumnya. Namun jika melihat kepada arti yang dimaksud, sebenarnya istilah ini sama saja dengan penggunaan "tuna" itu.

Akhirnya istilah disabel ini kembali direvisi. Dikabarkan bahwa seorang aktivis penyandang cacat (sekitar 1998) yang pertama kali menggunakan istilah difabel untuk menggantikan penyebutan disabel. Dari sisi arti, istilah difabel (difable, different-ability atau berarti memiliki kemampuan yang berbeda) jelas jauh lebih manusiawi dibandingkan dengan sebutan yang lain. Karena kita tahu, orang-orang seperti Pak Kliwon bukan tidak memiliki kemampuan, akan tetapi mereka dianugerahi kemampuan yang berbeda dengan kebanyakan dari kita.

Ini bukan soal siapa yang lebih baik. Bukan juga soal istilah mana yang sebaiknya dipakai. Semuanya sama-sempurna dihadapan Tuhan. Justru kalau mau jujur, kita akan iri kepada mereka yang seringkali memiliki mental tempur yang jauh lebih kuat daripada kita yang menganggap diri normal ini.

Kalau mau jujur lagi, berapa banyak prestasi yang berhasil ditorehkan oleh para penyandang difabel itu, yang kita sendiri ternyata tidak mampu melakukannya?


Aaron Fotheringham, sukses melakukan backflip ganda
dari kursi rodanya di usia 18th
(Image: cahndeso.blogspot)

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, April 11, 2014

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!