ujungkelingking - Darimana Datangnya Saran?
Sebuah saran yang baik bisa datang dari siapa saja dan di mana saja. Seringkali tak direncanakan, sehingga dia menjadi sebuah cerita yang menarik.
Cerita berikut ini adalah cerita bagaimana akhirnya saya dapat memperoleh saran yang sangat bagus dalam berdagang dari seseorang yang sama sekali tidak saya kenal.
***
Selepas shalat Dhuhur di sebuah masjid, tiba-tiba saja saya kepingin makan mie ayam. Ah, kalau di depan masjid ini ada, beli di situ saja, pikir saya. Sayangnya, selain penjual baju dan sepatu, tidak tampak ada penjual mie ayam di situ. Akhirnya saya pun memutuskan untuk langsung pulang saja.
Setelah memacu motor beberapa lama, tiba-tiba mendadak mesin motor saya mati. Waduh, ada apa pula ini? Saya langsung bergerak ke pinggir dan berhenti untuk memeriksanya. Belakangan saya baru ingat, ketika parkir untuk shalat di masjid tadi saya menutup kran bensin biar tidak menetes (maklum motor tua). Dan saya lupa untuk membukanya kembali ketika menghidupkan motor.
Yang menarik, saya kemudian menyadari bahwa tempat saya menghentikan motor tadi tepat di sebelah penjual mie ayam. H-hee... Jadilah akhirnya saya memesan satu porsi mie ayam untuk dimakan di tempat.
Namun sebenarnya bukan itu hal menariknya
Ketika saya sudah menyelesaikan makan, sebuah mobil berhenti di tempat penjual mie ayam itu. Lalu turun seorang bapak yang masih sangat gagah (usianya saya taksir masih kurang dari 50 tahun) dan seorang perempuan yang masih cukup muda. Belakangan saya baru tahu kalau perempuan ini adalah istri ketiganya, wow!. Rupanya mereka ingin makan mie ayam di tempat itu juga.
Sambil basa-basi terjadilah percakapan antara saya dan bapak tersebut. Bapak tersebut sudah memiliki 2 orang putra. Yang pertama sudah lulus sarjana informasi, sedang yang kedua sekarang bekerja di sebuah bank. Ketika saya tanya kerja di mana, bapak tersebut hanya mengatakan "di pelabuhan". Saat saya tebak apakah bekerja di EMKL, bapak tersebut menggeleng. Sambil tersenyum bapak tersebut hanya menjawab, ada-lah, mas. Namun, dari percakapan kami selanjutnya saya yakin orang yang sedang saya ajak bicara ini punya posisi penting di pelabuhan, karena bapak ini tahu semua "pergerakan" kapal-kapal ekspedisi yang ke luar pulau.
"Baru pulang kerja, mas?" Tanya bapak tersebut kepada saya. Saya mengiyakan.
"Lho, hari minggu begini masih kerja?" Tanyanya lagi.
Saya pun akhirnya harus menjelaskan bahwa saya sedang mencoba berdagang sepatu. Sepatu anak-anak dan ber-merk, tambah saya.
Namun alih-alih mendapat apresiasi, saya justru "ditembak" dengan pertanyaan yang cukup menohok,
"Jual (sepatu) itu menjanjikan tah?"
Saya melongo.
Saya melongo.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, January 20, 2014