Wednesday, August 21, 2013

ujungkelingking - Sebagaimana tulisan pada artikel terdahulu, bahwa orang yang berhasil dengan puasanya, maka esensi pengajaran dari bulan Ramadhan akan tetap terbawa pada bulan-bulan selanjutnya.

Kalau pada bulan Ramadhan sholat malamnya, tadarusnya, dan sedekahnya tidak pernah ketinggalan, maka pada bulan-bulan selanjutnya amalan-amalan itu tidak berkurang dari kesehariannya. Kalau ketika puasa kita pandai menjaga ucapan dan mampu mengendalikan nafsu, pun begitu di bulan-bulan berikutnya.

Dalam sebuah pengajian singkat selepas Maghrib (ceritanya saya tulis di sini), disampaikan oleh sang penceramah  bahwa iman itu bisa naik dan bisa pula turun. Al-iimanu yaziiduu wa yanquusu, begitu bunyi haditsnya. Nah, hubungannya dengan paragraf pembuka saya di atas adalah bahwa cara mengukur tingkat keimanan kita adalah dengan melihat bagaimana gairah beribadah kita.

Ketika Ramadhan kita begitu bersemangat untuk beribadah, maka itu adalah tanda bahwa iman kita sedang dalam kondisi naik. Karena itu pertanyaannya, apakah setelah Ramadhan gairah-semangat untuk beribadah itu masih ada pada kita? Jika tidak, berhati-hatilah, karena itu tanda bahwa iman kita sedang merosot.

Lalu bagaimana cara agar iman kita tetap dalam kondisi naik?

Sebagaimana terlihat tandanya pada semangat ibadah kita, maka cara untuk menjaga tingkat keimanan kita adalah dengan tetap menjaga (semangat) beribadah kita. Terus kerjakan, terus pupuk semangat itu.

Lebih lanjut sang penceramah menjelaskan bahwa ketika kita terus memupuk semangat ibadah tersebut, maka pada akhirnya keimanan kita akan sampai pada suatu "tingkatan tertentu". Sang penceramah menyebutnya sebagai, tingkat kematangan iman.

Apa tandanya keimanan kita sudah sampai pada tingkatan tersebut?

Ketika iman itu sudah sampai pada tingkat ke-"matang"-annya, akan ditandai dengan 3 hal:

Pertama, dia menjadikan urusan Allah dan Rasul-Nya di atas urusan-urusan yang lain. Ketika iman sudah menunjukkan tanda ini, maka untuk urusan Allah dan Rasul-Nya dia selalu mendahulukannya daripada urusan-urusan lainnya. Bahkan sang penceramah menganalogikan seperti -maaf- orang yang kebelet buang hajat. Ketika seseorang itu sedang kebelet buang hajat, maka tidak peduli kapanpun dan dimanapun pasti dia akan mendahulukan itu daripada hal-hal yang lainnya.

Contoh paling dekat adalah ketika kita mendengar panggilan adzan. Karena kita tahu adzan (baca: sholat) adalah urusan terhadap Allah dan Rasul-Nya, maka bagi mereka yang sudah sampai pada tingkatan ini, sibuk atau tidak, urusan yang sedang dikerjakannya akan kalah oleh panggilan adzan. Panggilan Allah dan Rasul-Nya yang lebih utama.

Kedua, dia mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri, karena Allah.

Ketiga, dia menjadi benci terhadap kekafiran seperti bencinya ia jika dimasukkan ke dalam api.

Dan pengajian ini pun akhirnya ditutup dengan ayat,


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,"
[Al-Anfaal: 2]

Jadi, teruslah mengaji dan mengkaji Al-Qur'an, membaca dan mempelajarinya, dan semoga kita termasuk seperti ayat di atas.

nb: ditulis dengan keterbatasan ilmu, mohon maaf bila ada yang kurang jelas.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, August 21, 2013

Tuesday, August 20, 2013

ujungkelingking - Kemarin, karena sekalian menyelesaikan pekerjaan kantor, akhirnya saya pun pulang terlambat. Hampir bisa dipastikan, jika saya pulang lebih dari jam setengah lima sore, saya akan mendapati adzan Maghrib sebelum saya sampai di rumah.

Dan memang benar, di tengah perjalanan terdengar adzan Maghrib berkumandang. Biasanya, kalau mendengar adzan seperti ini saya lebih memilih memacu motor lebih kencang agar saya lebih cepat sampai di rumah. Baru kemudian setelah mandi atau istirahat sejenak saya melaksanakan sholat Maghrib, terkadang bersama istri, terkadang pula sendirian.

Masjid pertama saya lewati begitu saja. Pun juga dengan masjid-masjid berikutnya, hingga tak terdengar lagi suara adzan. Namun pada masjid yang kesekian (males ngitung) saya berhenti dan tergerak untuk mengikuti sholat Maghrib di sana. Saya memang jarang sekali berhenti untuk sekedar sholat berjama'ah ketika di perjalanan seperti ini. Bahkan di masjid yang saya datangi kali ini, tercatat hanya sekali saja saya mampir. Itupun karena saya harus membatalkan puasa, pada Ramadhan kemarin.

Ketika saya tiba, tentu saja sholat sudah dimulai. Setelah memarkir motor dan mengambil wudhu, sayapun memasuki jama'ah ketika imam sudah duduk tasyahud awal. Telat 2 rakaat. Sayapun sholat. Dan -tentu- saya masih harus menambah kekurangan rakaat ketika sang imam sudah menyelesaikan sholatnya.

Setelah saya menyelesaikan sholat, sang imam sudah naik ke mimbar. Rupanya ada pengajian singkat. Agak segan juga saya untuk meninggalkan tempat. Pikir-pikir, tak apalah mengikuti pengajian ini, toh saya jarang sekali mendengarkan ceramah. Paling-paling seminggu sekali pas sholat Jum'at.

Yang menarik adalah materi yang disampaikan sang imam sama dengan apa yang pernah saya tulis pada artikel terdahulu, yaitu tentang menstabilkan ibadah kita agar jangan sampai turun selepas Ramadhan. Hanya saja, dalam pengajian kali ini ada tambahan yang disampaikan sang imam, yang akan saya coba sampaikan pada artikel selanjutnya.

Dan yang menarik berikutnya adalah bahwa ternyata pengajian seperti ini akan rutin diadakan setiap hari Senin ba'da Maghrib.

Hm, kesempatan saya untuk menimba ilmu.

Bismillah...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, August 20, 2013

Monday, August 19, 2013

ujungkelingking - Berbeda dari postingan sebelumnya yang mendukung aksi turun ke jalan demi menyuarakan aspirasi masyarakat muslim dunia dan Indonesia atas kekejian yang terjadi di Mesir, tulisan berikut ini justru memberikan alasan kenapa kita harus menolak (baca: menahan diri) dari aksi-aksi demonstrasi yang kini marak di beberapa tempat.

Benar, kita tetap mengutuk pembantaian terhadap warga sipil yang tidak bersenjata, namun tulisan berikut ini mencoba memberikan pemahaman lain bahwa penolakan dan ketidak-setujuan kita tidaklah boleh disampaikan dengan aksi demonstrasi.

Artikel ini diambil dari nasihat Al-‘Allamah Shalih As-Suhaimi hafidzahullah pada majelis beliau di Masjid Nabawi -Madinah- yang ditulis oleh Abu AbdirRahman Usamah dan dialih-bahasakan oleh farouqihasbi.com.

Semoga berkenan!

***

Syaikhuna Al-’Allaamah DR. Shalih bin Sa’ad As-Suhaimi hafidzahullah berkata pada majelis beliau di Masjid Nabawi, Madinah, kota Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,

"Terjadinya banyak pembunuhan termasuk tanda-tanda kiamat, apa yang terjadi saat ini secara khusus di negeri-negeri muslim dan di dunia internasional termasuk tanda-tanda kiamat, yaitu banyaknya pembunuhan yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam..."

Terkadang pembunuh tidak tahu kenapa ia harus membunuh, ia melihat manusia melakukan sesuatu maka ia pun ikut membidikkan senjatanya sebagaimana kondisi orang-orang dari suku terasing Arab yang selalu berteriak layaknya binatang dan saling membunuh antara satu dengan yang lainnya hanya demi revolusi pemberontakan, sepotong roti, rasa lapar atau karena membela seorang tokoh, padahal bisa jadi tokoh tersebut adalah seorang thagut.

Dan semua yang mati dianggap syahid meski seorang Yahudi, Nasrani atau musyrik penyembah kubur, semua syahid menurutnya, yaitu menurut seorang –yang sayang sekali ia dianggap ulama oleh media, yang umurnya sudah sangat tua- ia selalu berbicara ngawur bahwa (orang-orang yang terbunuh karena revolusi pemberontakan, sepotong roti, rasa lapar atau karena membela seorang tokoh) adalah syuhada, bahkan ia meminta untuk mendapatkan kesyahidan seperti mereka, dan ini –kita berlindung kepada Allah- adalah penyimpangan dan kesesatan.

Sayangi dirimu wahai akhi, sembahlah Robbmu, kembalilah kepada Allah ‘azza wa jalla, apalagi Anda sudah berumur 90 tahun lebih, meskipun semuanya pasti mati tanpa melihat usia tua atau muda. Akan tetapi engkau telah menghiasi kebatilan sehingga nampak sebagai kebenaran dan engkau melampaui batas dalam perkara ini, maka berhati-hatilah wahai ikhwan.

Berdoalah kepada Allah untuk negeri-negeri Islam yang tersebar padanya kekacauan-kekacauan ini, dan berdoalah kepada Allah agar melindungi negeri-negeri kaum muslimin dari berbagai malapetaka ini, dimana seorang pembunuh tidak tahu kenapa ia membunuh dan yang terbunuh juga tidak tahu kenapa ia dibunuh, akan tetapi ia akan berdiri di hadapan Allah ‘azza wa jalla sambil membawa kepalanya dengan kedua tangannya dan mengatakan kepada pembunuh, "Kenapa engkau membunuhku?"

Kemudian, kenapa engkau menambah kekacauan (demonstrasi) yang begitu banyak manusia telah terlibat ini, maka dimanakah agama, dimanakah Islam, dimanakah akalmu?!

Wahai akhi, tatkala Sumayyah terbunuh dengan cara yang keji, kaum muslimin tidak melakukan demonstrasi dan turun serta berteriak-teriak di jalan-jalan. Tatkala orang-orang Yahudi berusaha membunuh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, kaum muslimin tidak melakukan demontrasi, tetapi menegakkan jihad di jalan Allah dan mengeluarkan Yahudi dari Madinah dengan perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Permasalahannya, dengan demonstrasi ini, kalian memenuhi lapangan-lapangan dengan laki-laki dan wanita, dan terjadilah penindasan dan pelanggaran kehormatan, perzinahan, khamar, kurangnya rasa malu, nyanyian dan ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan wanita, apakah ini dari agama Allah?! Demi Allah, sesungguhnya Barat telah menipu kalian wahai orang-orang yang telah mati hatinya, yang berteriak-teriak di lapagan-lapangan seperti keledai.

Bertakwalah kepada Allah, kembalilah ke rumah-rumah kalian -sampaikan kepada mereka risalah ini wahai hadirin, katakan kepada mereka- hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan kembali ke rumah-rumah mereka, dan tetap tinggal di rumah-rumah mereka, daripada berteriak-teriak di jalanan.

Bertakwalah kepada Allah di bumi kinanah, yang demi Allah bumi yang kami anggap mulia, akan tetapi banyak penduduknya yang tidak memuliakannya, andaikan mereka memuliakannya maka tentunya mereka tidak akan melakukan perbuatan ini. Aku mohon kepada Allah agar melindungi mereka dari kejelekan fitnah ini, dan agar mengembalikan mereka kepada kebenaran dan menjauhkan mereka dari para pembuat onar di antara mereka, yang selalu mengobarkan kekacauan yang berbahaya ini.

Saat ini Barat, yaitu Amerika dan selain mereka mengatakan bahwa, “Kami yang akan mendamaikan antara kelompok-kelompok Islam yang bertikai”. Maka kalianlah yang menyebabkan mereka berani memasuki negeri kalian. Ma sya Allah, sampai Yahudi penjajah Palestina pun berkata, “Kami akan masuk dan mendamaikan antara kelompok yang bertikai di negeri tersebut.”

Wahai manusia, kembalilah ke rumah-rumah kalian maka akan selesai masalah ini, dan bersabarlah menghadapi pemerintah kalian.

Benar, kami mengingkari kudeta militer yang mereka lakukan terhadap pemerintah sebelumnya, apa yang mereka lakukan adalah kebatilan. Akan tetapi setelah mereka berkuasa maka wajib bagi kita untuk diam, walaupun boleh kita menuntut dikembalikannya kekuasaan kepada yang berhak tetapi dengan cara yang syar’i, bukan dengan cara mengerahkan masa, membunuh dan menduduki berbagai fasilitas umum.

Adanya kelompok-kelompok yang berpecah ini sejatinya adalah kebatilan, semuanya adalah taklid kepada Yahudi dan Nasrani, meskipun mereka menamakan diri dengan kelompok Islam. Akan tetapi aku katakan, mereka tidak punya pilihan kecuali hendaklah mereka bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla. Kemudian, menurut prinsip kelompok mereka (yang membolehkan pemilu) –meskipun aku tidak percaya dengan pemilu- hendaklah mereka bersabar menunggu pemilu berikutnya, sehingga mereka bisa memilih pemimpin selainnya. Walaupun hakikatnya sistem pemilu ini adalah thagut, aku tidak mempercayainya (hanya demi memperkecil mudarat).

Akan tetapi wahai ikhwan, sampaikan kepada mereka (kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam di Mesir), hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dalam menjaga darah kaum muslimin, dalam melindungi negeri mereka yang terjajah, negeri kinanah.

Sampaikan kepada mereka risalah ini, kembalilah kepada akal sehat kalian, demi Allah tidak mungkin ada yang melakukan ini anak kecil, orang gila dan orang bodoh. Demonstrasi-demonstrasi ini adalah kerjaannya orang bodoh, orang gila dan tidak memiliki akal sama sekali, setiap mereka berteriak mendukung fulan, hidup fulan, jatuh fulan. Kita mohon kepada Allah ‘afiyah dan keselamatan.

Saudara-saudara kita yang menjauhi fitnah ini –segala puji hanya bagi Allah- mereka mengajak kepada agama Allah dan kepada sunnah, dan sampai hari ini mereka selamat dari ketergelinciran ke dalam fitnah ini dan selamat dari keterlibatan dalam membunuh kaum muslimin dan non muslim (yang belum pantas dibunuh.

Aku mohon kepada Allah Al-Karim untuk menganugerahkan kebaikan kepada seluruh negeri kaum muslimin, merahmati mereka dan menyatukan kalimat mereka di atas tauhid.

Kembalilah kepada Sunnah wahai penduduk kinanah (Mesir), kembalilah kepada tauhid, hancurkan kuburan yang disembah selain Allah, tinggalkan hizbiyah (fanatisme golongan) dan kelompok-kelompok sesat. Kembalilah kepada Rabb kalian, dan bersatulah dalam merealisasikan Laa ilaaha illallah dan Muhammadu 'r-Rasulullah.

Hendaklah kalian (hadirin) menyampaikan seruan ini meskipun hanya melalui sebagian website. Aku mohon kepada Allah agar menganugerahkan kebaikan bagi kaum muslimin di setiap tempat.■
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, August 19, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!