Friday, June 28, 2013

ujungkelingking - Bila dalam artikel ini saya menggunakan judul Inilah Alasan Kenapa Kita Harus Menulis yang Baik-Baik Saja, bukan berarti ini adalah satu-satunya alasan. Apa yang akan saya tulis ini hanyalah salah satu saja dari sekian alasan-alasan yang mengharuskan kita untuk menuliskan hal-hal yang baik saja. Dan alasan ini tidak berhubungan dengan agama manapun.

Sebenarnya postingan ini terinspirasi dari catatan seorang teman di lingkaran G+ saya. *Colek mbak Iyang Alfaroeq, hihi...

***

Kita seringkali secara langsung mengungkapkan apa yang ada di dalam benak kita ke publik, entah itu melalui social media atau blog. Apa yang sedang kita rasakan, saat itu juga secara spontan langsung kita update di status kita. Yang kita rasakan itu bisa jadi rasa kecewa, lalu kita mengungkapkan kekecewaan kita. Atau mungkin sakit hati, lalu kita menumpahkan kemarahan kita. Atau sedih, dan berharap orang lain merasa kasihan kepada kita. Atau kesal, dan sebagainya.

Tentu saja sebagai pemilik, kita bebas menulis apapun di akun kita. Hanya masalahnya, seringkali kita lupa bahwa apa yang kita ungkapan di dalam status-status kita itu bersifat abadi, tidak seperti diary yang suatu saat bisa usang. Tulisan-tulisan itu tidak akan hilang sampai kapanpun, kecuali bila kita sendiri yang menghapusnya.

Karena itulah bila ungkapan-ungkapan yang buruk, ucapan yang tidak pantas dan kata-kata kotor atau gerutuan yang tidak jelas yang kita tulis di akun kita, maka hal-hal itu akan tetap ada sampai setahun, dua tahun, duapuluh tahun yang akan datang. Sampai anak-anak kita dewasa dan pada akhirnya mengerti "siapa kita" melalui tulisan-tulisan yang kita tinggalkan tersebut. Sangat disayangkan.

Saya tidak tahu seperti apa model teknologi media sosial atau blog di masa yang akan datang. Yang jelas tidak mungkin semakin terbelakang. Bisa saja anak atau cucu kita dapat dengan mudah menemukan "kita" meski akun kita tidak memakai nama yang sebenarnya. Lalu kemudian anak-cucu kita melihat kita yang tukang marah, suka menggerutu, senang mengumpat dan mencaci-maki?

Malu, ah!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, June 28, 2013

Tuesday, June 25, 2013


Seorang teman menceritakan bahwa dulu dirinya pernah melihat sebuah piring terbang (UFO). Tentu, bagi teman saya, kejadian ini adalah sebuah kebenaran. Namun, jika diharuskan membuktikan kebenaran kejadian tersebut, tentu saja teman saya ini tidak bisa membuktikannya. Lalu apakah dengan begitu kejadian tersebut sebenarnya tidak benar-benar ada?

Apakah sebuah kebenaran memang membutuhkan pembuktian? Bukankah banyak hal yang kita yakini benar, namun tak bisa kita buktikan? Kehidupan sesudah mati, adanya surga-neraka, adalah contoh hal-hal yang kita yakin benar dan tidak bisa kita buktikan.

Lalu apakah berarti kebenaran tidak membutuhkan bukti?

Kebenaran adalah sebuah hakikat. Ia "begitulah adanya", dan karena itu ia "nyata" dan "ada". Sebab bagaimana bisa disebut benar jika ia hanya omong kosong?

Maka, bagaimanapun, suatu kebenaran haruslah sesuatu yang bisa dibuktikan.

Namun bukan berarti apa yang tidak bisa kita buktikan hari ini adalah kebohongan. Jika hal itu memang sebuah kebenaran, maka bukan kita tidak bisa membuktikannya, hanya: belum bisa. Bisa jadi hal itu karena masih lemahnya teknologi kita atau belum sampainya logika manusiawi kita.

Dan kebenaran itu pastilah akan terbukti. Entah kapan, entah oleh siapa.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, June 25, 2013

Monday, June 24, 2013

ujungkelingking - Bekerja sebagai kasir di sebuah perusahaan besar tenyata gampang-gampang susah. Gampang, karena pekerjaannya "hanya" menerima invoice, lalu menge-cek keabsahannya (sudah ada sistem yang online), mengajukan ke pimpinan untuk dibayar, lalu melakukan pembayaran pada tanggal yang ditetapkan pimpinan, dan kemudian mencatatnya di excel pribadi. Selesai.

Namun, di sisi lain ada hal-hal complicated yang harus dimiliki bila kita bekerja di dalam bidang ini, yaitu kerapian dokumen, pelayanan yang cepat, keramahan dan, kecermatan. Yang disebut terakhir inilah yang saya seringkali "lolos".

Seperti yang terjadi pada pagi hari ini. Saya kehilangan dokumen yang seharusnya sudah dibayar awal Juni kemarin. Saya baru menyadarinya ketika supplier yang bersangkutan menanyakan tentang tagihan outstanding mereka. Pikir punya pikir, saya pun sampai pada kesimpulan kalau invoice tersebut terselip ke dalam tagihan-tagihan yang lain. Inilah yang sejak tadi membuat pening kepala. Bisa membuat susah tidur, nih! Sebab, kalau judulnya adalah "terselip", maka dibutuhkan sekeranjang keajaiban untuk dapat menemukannya kembali. Maklum, dalam satu bulan ada sekitar 400-500 invoice yang masuk. Ibarat mencari jarum dalam jerami.

Kalau sudah terselip seperti ini, saya selalu bingung harus mulai melakukan tracking dari mana. Bila diibaratkan bermain teka-teki, maka clue yang ada adalah nol.
  • Saya tidak tahu apakah tagihan tersebut terselip pada supplier yang sama atau tidak?
  • Saya tidak tahu apakah tagihan tersebut terselip pada tagihan yang sudah terbayar atau yang belum? (Bila sudah terbayar, berarti dokumen berada di pabrik. Kantor kami berbeda dengan pabrik).
  • Saya juga tidak tahu apakah tagihan tersebut terselip pada bulan yang sama atau bulan sebelumnya? (Mengingat konfirmasi yang masuk sudah lebih dari setengah bulan).
  • Saya juga tidak tahu tagihan tersebut rencananya akan dibayar pada bank yang mana? (Kami punya 5 akun untuk pembayaran dalam bentuk valas).
Sebenarnya, untuk mengatasi masalah seperti ini ada solusi yang lebih mudah. Yaitu, saya tinggal meminta pada supplier yang bersangkutan untuk menerbitkan invoice-nya kembali (atau paling tidak copy-nya) dan kami akan membayarnya berdasarkan itu. Namun sebelum itu saya harus menghadap pimpinan untuk menjelaskan hal tersebut. Inilah yang saya tidak sukai. Menunjukkan betapa teledornya saya. Huft! :'(

Sejak awal saya sudah bertekad untuk tidak akan memakai cara ini sebelum cara pertama -pencarian secara manual- dilakukan. Dan dengan terpaksa akhirnya saya harus merepotkan rekan kerja yang berada di pabrik untuk mencarikannya, secara manual tentunya, sementara saya juga melakukan pencarian di sini.

Dan...

Alhamdulillah wa syukurillah, baru saja, tagihan tersebut ketemu. :) :) Bagi saya, ini benar-benar keajaiban setelah beberapa jam yang lalu saya mencarinya dengan rasa pesimis yang besar, hehe...

Saking senangnya, saya langsung mempostingnya ke dalam tulisan saya. Hm, akhirnya bisa tidur nyenyak nanti malam.

Pesan moralnya: telitilah sebelum membeli. #Lho?

#edisibingungposting
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 24, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!