Monday, January 7, 2013

ujungkelingking - Tulisan-tulisan atau artikel yang kita temui pada blog-blog atau media-media massa kita pada dasarnya hanya terbagi dalam 2 kategori saja. Yaitu dia bersifat opini; atau reportase.

Jika artikel tersebut dibuat dalam kerangka opini, maka tentu tak perlu terlalu dipersoalkan 'sumber opini'nya. Lha wong ini cuma opini saja, kok! Bersifat subyektif memang, karena itu tak terlalu dipersoalkan meski seorang penulis yang baik tentu tak akan segan menjabarkan dasar dari opininya tersebut.

Namun lain bila kita menulis postingan berbentuk reportase.

Menulis sebuah tulisan reportase menuntut adanya sumber yang jelas, validitasnya dipercaya sehingga dapat dipertanggung-jawabkan.

Nah, 'sumber yang jelas' ini kemudian menjadi dipertanyakan keberadaannya ketika si penulis tidak mau menampilkannya. Alasan seorang penulis reportase tidak mau menampilkan sumbernya bisa disederhanakan menjadi 2 saja. Yaitu, 'sumber' itu tidak benar-benar ada; atau penulis mencoba bertindak seperti seorang ilusionis atau pesulap yang sebenarnya memiliki trik bagus namun tidak mungkin disebarkan secara umum.

Bila sebuah reportase tidak memiliki sumber yang valid, artikel tersebut menjadi lemah. Dampak yang lebih besar barangkali adalah pembaca akan mencoba mencari sendiri sumber yang dimaksud. Iya, kalau sumber yang ditemukan pembaca sama dengan sumber yang dimaksud penulis, bila tidak? Alih-alih menjadi penguat tulisan, sumber yang berbeda ada kalanya mengambil sudut yang berbeda pula. Jadi bisa saja sumber yang ditemukan pembaca berbeda dan menjelaskan hal yang bertentangan. Kalau sudah begini tentu si penulis juga dirugikan karena selain kebenaran artikelnya dipertanyakan, juga kredibilitas penulisnya diragukan.

Hm?

nb. tulisan ini 'opini' loh! 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, January 07, 2013

Saturday, January 5, 2013

ujungkelingking - Seorang kawan di lingkaran Google+ mengingatkan saya akan sebuah quisioner yang cukup menarik. Dia meminta untuk melanjutkan kata-katanya berikut ini:
  1. Allah menjadikan TERTAWA dan ...
  2. Allah itu MEMATIKAN dan ...
  3. Allah menciptakan LAKI-LAKI dan ...
  4. Allah memberikan KEKAYAAN dan ...
Sekedar asumsi saja, mayoritas dari kita akan menjawab sebagai berikut:
  1. MENANGIS
  2. MENGHIDUPKAN
  3. PEREMPUAN
  4. KEMISKINAN
***

Oke, untuk membuktikan apakah jawaban kita itu benar 100% atau tidak, kita bisa melihat kunci jawaban-nya di Al-Qur'an, tepatnya pada Surah An-Najm ayat 43, 44, 45 dan 48.

Apakah benar Allah menjadikan 'tertawa' dan 'menangis'?
Jawab:

وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
"Dan bahwasannya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis," (53:43)

Apakah benar Allah itu 'mematikan' dan 'menghidupkan'?
Jawab:

وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا
 "Dan bahwasannya Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan," (53:43)

Apakah benar Allah menciptakan 'laki-laki' dan 'perempuan'?
Jawab:

وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى
"Dan bahwasannya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan," (53:44) 

Apakah benar Allah memberikan 'kekayaan' dan 'kemiskinan'?
Jawab:

وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَى وَأَقْنَى
"Dan bahwasannya Dia-lah yang memberikan kekayaan dan kecukupan," (53:48)

Ternyata,
jawaban kita benar hanya sampai pada poin ketiga.

Ternyata,
Allah tidak pernah memberikan kepada manusia 'kemiskinan'. Sebab ternyata manusia sendiri-lah yang menciptakan 'kemiskinan' untuk dirinya sendiri.

Saat seorang menusia tak pernah mensyukuri apa yang dipunyai, dan terus iri lagi ambisi untuk mendapatkan apa yang tidak dimiliki, maka pada saat itu dia sesungguhnya telah menjadi orang 'miskin'.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, January 05, 2013

Thursday, January 3, 2013

ujungkelingking - Setelah tiga seri postingan ini saya tulis, :lol:
maka sebagai klimaksnya akan saya tulis juga "hasil akhir" perjuangan saya selama ini.

Sekitar pertengahan Oktober kemarin (saya lupa kapan persisnya), Akte Lahir anak kami pun jadilah. Tanpa salah cetak dan salah tulis lagi. Sudah sampai tingkat aman pertama, sorak hati saya.

Perbedaan wilayah -yang juga berbeda aturannnya- membuat kami memang cukup kesulitan mengurus surat-surat semacam ini. Misalnya saja, aturan di Sidoarjo, kami harus membuat Kartu Keluarga yang baru terlebih dahulu (yang sudah berisi data anak kedua kami), setelah itu barulah dari KK tersebut diterbitkan Akte Lahir anak kedua kami. Sedang untuk di Surabaya, kami harus membuat Akte Lahir dahulu, baru nanti akan terbit Kartu Keluarga. Dan kami yang tinggal di Sidoarjo namun masih menggunakan KK Surabaya cukup direpotkan dengan hal ini.

Karena itulah dengan terbitnya Akte Lahir ini sungguh membuat saya girang bukan kepalang. Itu berarti tinggal satu langkah lagi dan segalanya beres!

***

Beberapa hari setelah saya menerima akte tersebut -awal Nopember- saya segera pergi ke Kantor Kecamatan. Saat itu saya hanya membawa copy akte tersebut yang sudah terlegalisir dan Kartu Keluarga asli serta sebuah map sebagai tempatnya. Yang terakhir ini memang ketentuan dari Kecamatan untuk memudahkan pendistribusian ke Kantor Dispenduk nantinya.

Petugas sempat menanyakan data rekam (maksudnya, yang saya dapat dari Kantor kelurahan), dan itu harus dilampirkan juga. Namun setelah saya jelaskan bahwa data yang dimaksud tersebut ada di Kantor Dispenduk Sidoarjo -karena kelahiran terjadi di Sidoarjo- petugas tersebut pun memaklumi.

Selanjutnya saya diberi tanda terima yang menyatakan bahwa Kartu Keluarga yang baru bisa diambil satu bulan kemudian (30 hari kerja).

Dan, Desember kemarin KK tersebut sudah bisa saya laminating dan saya "koleksi" di lemari kami. Selesai.

Alhamdulillah.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, January 03, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!