Wednesday, February 23, 2011

ujungkelingking - Dalam keseharian, di semua tempat umum seperti bus, ruang pertemuan, resto, koridor gedung dan lainnya, terdengar dering ringtones handphone silih berganti, si penerima pun kadang kala berteriak-teriak seolah tidak ada orang disampingnya.

Perasaan tidak nyaman disebabkan oleh dering hp dan isi percakapan telepon semacam ini dapat mengganggu kehidupan dan memutus konsentrasi orang lain. Pengalaman saya berwisata untuk kali pertama ke Jepang telah membuat saya belajar “peradaban hp” di dalam kehidupan masyarakatnya.

Begitu pesawat yang ditumpangi grup wisata mendarat di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang, secara refleks saya membuka handphone hendak mewartakan keselamatan kepada keluarga, tetapi saya segera menyadari keteledoran saya yang belum mengurus koneksi jarak jauh internasional, sehingga tentu saja hp saya tak dapat dipakai. Maka, saya matikan saja hp itu dan benar-benar menikmati sebuah perjalanan tamasya yang bebas gangguan.

Para wisatawan yang serombongan dengan saya pun kebanyakan telah mematikan handphone mereka. Namun yang membuat saya heran ialah di sepanjang jalan, baik pada saat saya menumpang KA bawah tanah, berkunjung, berwisata, belanja, makan di resto dan berbagai kegiatan lainnya, di luar dugaan sama sekali tak terdengar dering hp sedikit pun dan tidak nampak seorang pun yang menerima telepon dengan suara keras, benar-benar bebas dari segala “gangguan” hp seperti yang sering dijumpai di Tiongkok, maupun negara Asia lainnya.

Selama dalam perjalanan wisata, kami telah menyewa sopir lokal di berbagai kota yang menjadi tujuan kami. Suatu kali, sebelum kami turun dari kendaraan, sopir bertanya kepada Fumiko, tour guide kami, apakah diperbolehkan mencatat nomor hp-nya. Fumiko dengan senang hati menyanggupi. Setelah sopir membacakan nomor hp-nya, maka Fumiko mengirim kartu bisnisnya. Dengan segera, si sopir mengacungkan hp-nya yang bergetar dan berkata: “Telah terima”.

Tak tahan lagi saya merasa tertarik dan setelah turun dari kendaraan, saya langsung bertanya kepada Fumiko: “Kenapa kalian semua menyukai penggunaan cara getar, apakah terdapat aturan khusus? Selain itu saya selama di Jepang tak pernah mendengar dering ringtpnes hp, apakah semua orang Jepang seperti itu?” Fumiko tertawa dan berkata: “Tidak ada aturan apa-apa, ini hanyalah kebiasaan kami orang Jepang saja, dengan demikian jadi tidak mengganggu orang lain,” Jawabnya dengan nada suara datar sekenanya, seolah tak ada yang patut diherankan. Namun saya yang mendengarnya justru terheran-heran, ternyata masih ada suatu peradaban masyarakat yang terlebih dahulu memikirkan orang lain seperti ini. Tak urung saya pun mengagumi Fumiko, si sopir, dan semua orang Jepang yang mengamalkan tindakan itu dari lubuk hati dan menaruh respek terhadap kehidupan yang lebih beradab.

Dan dalam perjalanan selanjutnya, saya pun tak henti-hentinya mengamati lagi “peradaban hp” orang-orang Jepang tersebut.

Suatu kali ketika saya akan berbelanja, menaiki KA bawah tanah, begitu naik kereta lantas menemukan di sebelah atas kursi khusus bagi kaum tua-renta, pasien dan wanita hamil, tertempel stiker mencolok berisi warning bagi penumpang yang berdiri di deretan bangku khusus tersebut agar mematikan hp mereka. Saya sungguh tidak mengerti, kenapa harus mematikan hp di sebelah bangku khusus itu? Fumiko menjelaskan: “Ini adalah demi menghindari dampak radiasi hp terhadap kaum tua-renta dan penderita penyakit jantung dengan alat bypass jantung.” Di sepanjang perjalanan itu, juga tak sedikit orang sedang menundukkan kepala menekan-nekan tombol hp mereka saat mengirim sms. Di tempat-tempat umum, orang Jepang kebanyakan mengatur hp mereka pada posisi getar untuk menghindari bunyi dering dan memilih cara sms untuk saling bertukar berita demi mempertahankan ketenangan di tempat umum.

Dalam sebuah perjalanan lainnya, seorang peserta mual dan muntah lantaran belum terbiasa dengan suasana disana, maka saya mengikutinya periksa ke sebuah RS di dekat penginapan sesuai pengarahan dari Fumiko. Begitu memasuki RS, dapat dijumpai tanda pelarangan penggunaan telpon di dalam ruangan. Sekali lagi daya menanyai Fumiko dengan penasaran, kemudian bertanya pula dengan juru rawat, saya baru mengerti bahwa ternyata RS membatasi penggunaan hp, karena mengkhawatirkan dampak suara gaduh yang ditimbulakan hp, terhadap pasien yang sedang beristirahat, menghindari masuknya suara gaduh ke stetoskop, sekaligus demi menghindari gangguan gelombang terhadap peralatan medis. Jika memang harus menerima telpon, maka dapat dilakukan di dalam “sel telpon” yang khusus disediakan oleh pihak RS, namun tetap tidak diperkenankan berbicara terlalu keras dan terlalu lama.

Sekali berwisata ke Jepang, gangguan dering ringtones hp terhadap telinga seolah lenyap dan membuat saya dapat merasakan dengan tenang “peradaban hp” orang Jepang, yang menurut saya sungguh patut untuk ditiru oleh bangsa lain. Seandainya saja orang-orang juga bisa berperilaku bagaikan orang-orang Jepang itu, menggunakan hp dengan bunyi seminimum mungkin, dan menyebarluaskan pengaruh peradaban mulia seperti ini ke dalam kehidupan bermasyarakat, maka kehidupan kita akan terasa begitu indah menawan.

Semoga saja hari tersebut sudah tidak lama lagi.

(Ditulis oleh Jing Yi dari The Epoch Times)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 23, 2011

Monday, February 21, 2011

ujungkelingking - Otak terbentuk dari sel sebanyak 14 miliar lebih. Setiap sel terhubung satu sama lain, dengan 50 ribu sel lainnya, atau setara dengan 1.500 kali lipat jauh lebih rumit daripada jaringan telepon di seluruh dunia. Jumlah jumlah jalur impulse konduksi dan sinapsis konekting saraf otak manusia adalah sama dengan angka 1 ditambah dengan angka nol yang diketik sepanjang 10 juta kilometer dengan menggunakan mesin tik! Jika disetarakan dengan volume komputer maka akan setara dengan gedung 40 lantai, yang menghabiskan daya listrik sebesar jutaan kilo watt. Padahal otak manusia hanya memiliki berat tidak lebih dari 1.400 gram, dan besarnya hanya 1,5 desimeter kubik, serta hanya membutuhkan daya listrik sebesar 10 watt.

Kapasitas penyimpanan informasi di dalam otak manusia sebanding dengan 10 ribu unit perpustakaan yang mampu menyimpan 10 juta buku. Sel saraf setiap detik dapat mengirimkan informasi sebanyak 100 miliar kali. Otak manusia yang berada dalam keadaan aktif, setiap harinya dapat mengingat keseluruhan isi dari 4 buku.

Pada sistem komputer, apabila terdapat satu elemen bermasalah maka keseluruhan operasi sistem komputer akan lumpuh total. Tidak demikian jika terjadi pada otak manusia. Otak manusia memiliki sistem keunggulan yaitu, sistem adaptasi diri. Elemen saraf otak rata-rata mengalami 1.000 kerusakan setiap jam, jika diakumulasikan hingga usia 100 tahun, maka berarti  sepersepuluh bagian dari sel otak tidak berfungsi. Meski demikian, otak manusia tetap dapat bekerja normal.


Rata-rata ada 100 ribu sel otak manusia yang mati setiap harinya. Semakin jarang menggunakan otak,akan semakin banyak jumlah sel otak yang mati. Meskipun penelitian resonansi magnetik nuklir (Nuclear Magnetic Resonance, NMR) menemukan bahwa tingkat penggunaan otak manusia dapat mencapai 100%, tetapi penggunaan otak dalam kehidupan sehari-hari hanya sebesar 10% saja!

(Sumber: The Epoch Times)

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 21, 2011

Saturday, February 19, 2011

ujungkelingking - Sebagian besar ibu yang menyusui mungkin bertanya-tanya apakah bayinya sudah mendapatkan ASI yang cukup atau belum. Untuk mengetahuinya ada beberapa hal yang bisa dievaluasi si ibu.

Bila bayi mendapatkan ASI eksklusif dan tidak ada asupan lainnya maka sulit bagi ibu untuk mengetahui sudah berapa banyak susu yang diminum oleh si kecil, hal ini akan membuat ibu khawatir apakah bayinya mendapat nutrisi yang cukup atau tidak.

Dr Utami Roesli, SpA, MBA, IBCLC yang pernah ditemui detikHealth menuturkan dalam 6 bulan pertama kehidupan semua kebutuhan nutrisi dari protein, karbohidrat dan lainnya sudah tercukupi dari ASI eksklusif.

Dr utami juga menyarankan para ibu agar memberikan ASI hingga usia anak 2 tahun. Karena dari 500 cc ASI yang diterima anak usia 2 tahun telah memenuhi 31 persen karbohidrat, 38 persen protein, 45 persen vitamin A dan 95 persen kebutuhan vitamin C anak.

Meski demikian orangtua terutama ibu bisa melihat beberapa tanda yang dapat meyakinkannya bahwa si kecil mendapatkan ASI yang cukup, seperti dikutip dari Mayo Clinic, Senin (14/2/2011) yaitu:

Apakah bayi memiliki berat badan normal?

 
Berat badan seringkali bisa menjadi tanda yang paling diandalkan untuk mengetahui si kecil mendapatkan nutrisi yang cukup atau tidak. Meskipun bayi akan mengalami penurunan 10 persen berat badannya setelah lahir, tapi berat badannya akan naik kembali dalam waktu 10-14 hari. Dengan rajin menimbang, maka orangtua bisa mengetahui grafik berat badan si kecil.

Seberapa sering bayi menyusu?

 
Sebagaian besar bayi yang baru lahir akan menyusu sebanyak 8-12 kali dalam sehari, yaitu sekitar tiap 2-3 jam. Jika si kecil tidur dalam jangka waktu yang lama atau lebih dari 4 jam, maka cobalah membangunkannya untuk menyusu. Selain itu ibu tidak perlu khawatir ASI nya akan habis jika terus dihisap, karena semakin sering bayi menyusu maka payudara akan semakin banyak menghasilkan ASI.

Bisakah ibu mendengar bayi menelan?

 
Jika diperhatikan dengan seksama, maka ibu bisa mendengar suara bayi menelan susunya serta adanya gerakan yang kuat dan berirama dari rahang bawah bayi. Kondisi ini bisa meyakinkan ibu bahwa bayi menyusu dengan benar.

Apa yang dirasakan ibu pada payudaranya?

 
Ketika bayi menyusu ASI dengan benar, maka ibu akan merasakan sensasi seperti ada yang menarik lembut dan bukan sensasi seperti dicubit atau ditarik puting susunya. Umumnya payudara akan terasa penuh sebelum menyusui dan terasa lebih lembut serta kosong sesudahnya.

Bagaimana kondisi popok bayi?

 
Pada hari ke empat setelah kelahiran maka bayi akan memiliki 6-8 kali popok basah per harinya dan sudah mulai buang air besar setiap hari secara teratur. Selama beberapa hari pertama feses bayi akan gelap dan lengket, lalu berubah menjadi kuning.

Apakah bayi tampak sehat?

 
Umumnya jika bayi mendapatkan asupan ASI yang cukup ia akan tampak puas dan tenang setelah menyusu, menjadi aktif bergerak, matanya terlihat cerah dan 'awas', serta mulut dan bibir bayi yang tampak lembab.

Setiap bayi umumnya memiliki pola makan yang unik dan kadang berbeda satu dengan yang lain, tapi ibu bisa menggunakan insting untuk lebih meyakinkannya. Selama bayi tumbuh dan berkembang secara optimal dan memiliki berat badan normal, maka ibu bisa yakin bahwa bayinya mendapat kebutuhan gizi yang cukup. 

(Sumber: detikHealth)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, February 19, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!