Monday, December 2, 2013

ujungkelingking - Mungkin rekan-rekan sudah membaca berita di koran kemarin tentang seorang pengemis yang kedapatan membawa uang 25 juta rupiah. Uang tersebut adalah hasil dari mengemis selama 15 hari! Hitung sendiri pendapatan ibu ini dalam satu bulan. Jauh diatas gaji seorang direktur.

Melihat fakta semacam ini banyak kemudian teman-teman saya yang akhirnya mulai meng-evaluasi cara mereka bersedekah kepada seorang pengemis. Sebagian mulai menerapkan langkah "hati-hati" sebelum memberikan sedekah mereka, sebagian yang lain lebih memperbesar sikap prasangka mereka. Sebagian lagi -yang lebih logis- memilih memberikan sedekah mereka bukan kepada pengemis, akan tetapi memberikan uang lebih kepada penjual koran, pedagang asongan, dan mereka-mereka yang setidaknya ada usaha untuk mendapatkan uang.

Tentu dalam hal ini saya tidak sedang menvonis -bahwa ini yang benar, bahwa ini yang salah- atas langkah-langkah yang diambil teman-teman saya di atas. Namun, saya akan mencoba mencari titik tengahnya di sini.

Mereka yang bersikap hati-hati dalam memberi berarti mengambil sikap hanya memberikan sedekahnya kepada yang mereka yakin betul-betul tidak mampu sehingga mengemis menjadi jalan hidupnya. Bagi saya, hal ini bisa saja dilakukan ketika kita sudah mengenal betul si peminta-minta tersebut. Tapi ketika kita baru bertemu pengemis tersebut untuk pertama kali, tentu tidak mungkin kita menanyainya, "Anda betul-betul pengemis atau tidak?" Sementara untuk berprasangka buruk, kita pun dilarang. Maka dalam kondisi di atas, pilihan kita hanyalah "tidak memberi" atau "memberi".

Ketika pilihan kita jatuh pada "tidak memberi", tidak ada jaminan bahwa ketika bertemu dengan pengemis yang lain kita akan memberi. Sebaliknya, jika kita "memberi", sedikit banyak akan timbul perasaan jangan-jangan dia bukan orang yang benar-benar membutuhkan? Atau jangan-jangan rumahnya di desa gedong?. Jangan-jangan... sedekah kita salah alamat? (Bila berkenan, rekan-rekan bisa membaca hadits tentang ini pada artikel saya yang berjudul Sedekah yang Salah Alamat).

Bagi saya, bila menghadapi rasa was-was seperti itu, yakinkan saja dalam hati kita bahwa Allah itu Maha Pengatur Rejeki. Artinya, jika memang uang yang kita berikan kepada seseorang bukan menjadi rejeki orang tersebut, maka uang itu pasti akan "lari" dari orang tersebut, entah bagaimana caranya.

Jadi bila kita bertemu dengan seorang pengemis yang menurut pandangan umum memang layak diberi sedekah, maka bersedekahlah. Tak jadi soal dia berpura-pura atau tidak. Atau doakan saja agar sedekah kita itu bisa bermanfaat bagi orang tersebut.

***

Lalu bagaimana dengan orang yang bersedekah dengan cara memberi uang lebih kepada pedagang, dsb? Mana yang lebih baik antara orang ini dan orang yang bersedekah kepada pengemis tanpa berprasangka dan pilih-pilih?

Buat saya, keduanya baik. Keduanya benar. Lah, kalau keduanya benar, lalu mana yang salah? Yang salah adalah mereka yang sok milih-milih orang tapi pada akhirnya tidak jadi memberi juga.

Naudzu billahi min dzalik. Semoga kita semua dijauhkan dari sifat kikir dan pelit ini.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, December 02, 2013

Saturday, November 30, 2013

ujungkelingking - Pagi-pagi lihat berita di JTV, ada informasi orang hilang. Seorang gadis yang telah dilaporkan meninggalkan rumah.

Awalnya saya berpikir mungkin saja gadis ini mengalami tekanan, stress atau gangguan kejiwaan, lalu jalan-jalan ke luar rumah dan tak bisa pulang. Akan tetapi dalam informasi tersebut dikatakan bahwa sang gadis meninggalkan rumah dengan membawa motor Honda Beat L 5997 T, (yang ini nanti bisa dikonfirmasi ke pihak JTV, untuk menghindari salah info).

Namun yang menjadi pokok pemikiran saya adalah dalam informasi tersebut juga dikatakan bahwa sang gadis nekat meninggalkan rumah (baca: minggat) karena tidak dibelikan mobil oleh orangtuanya. Dan ia baru akan pulang setelah keinginannya itu dituruti.

Sebuah keadaan yang membuat prihatin, tentu saja. Hal-hal yang sebenarnya biasa namun disikapi dengan sangat “luar biasa”.

Sebenarnya apakah penting sebuah mobil bagi seorang remaja, seperti gadis ini?

Kepemilikan sebuah mobil bagi seorang remaja seharusnya bukan termasuk hal yang sangat-urgent-banget. Artinya masih bisa disiasati dengan cara yang lain. Berbeda bila sebuah keluarga –misalnya- dengan balita lebih dari dua, membawa banyak barang dan perlengkapan, yang kalau naik angkot tentu repot bukan main, maka kepemilikan sebuah mobil bisa menjadi pertimbangan. Meski yang inipun masih bisa disiasati dengan cara rental atau carter, misalnya.

Lalu apa maksud sang gadis memaksa orangtuanya membelikannya sebuah mobil?

Data yang diberikan oleh pihak televisi tentu tidak akurat. Hanya sebatas pakaian yang dikenakan, dan sejak kapan kepergiannya. Apa maksud sang gadis meminta mobil juga tidak disebut. Namun kita semua tahu jawabannya. Kalau bukan mengedepankan gaya hidup hedon, apa lagi?

Faktanya terpampang di depan kita. Lingkungan mengamini itu semua. Seorang remaja yang ber-mobil akan terlihat lebih hebat dibandingkan teman-temannya yang lain. Tentu saja dengan itu ia akan mendapat banyak teman, pengakuan dari orang-orang terdekat, dan kebanggaan.

Pola pikir yang semacam inilah yang perlu direduksi. Pada akhirnya kedekatan orangtua dan anak yang menjadi perhatian. Dengan kedekatan hubungan emosional yang baik, komunikasi akan terjalin dengan efektif. Orangtua akan bisa memahami apa maksud si anak, atau -dalam kasus ini- sang anak akan mudah mencerna apa tujuan orangtua. Dengan itu diharapkan tidak ada penyelesaian masalah dengan jalan kabur dari rumah.

Hm, akhirnya saya hanya bisa berdoa agar yang bersangkutan bisa segera ditemukan dalam keadaan sehat wal afiat. Atau yang lebih baik lagi, sang gadis menyadari kesalahannya kemudian mau pulang dan meminta maaf kepada orangtuanya.

Aamiin.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, November 30, 2013

Friday, November 29, 2013

ujungkelingking - Banyaknya jenis game online yang ada di pasaran, mau tidak mau membuat kita -para orangtua- merasa cemas. Bagaimana tidak, game-game yang menjadi "santapan" bagi anak-anak di bawah umur itu justru tidak cocok bagi perkembangan mental mereka. Tidak sedikit dari game-game itu yang menampilkan kekerasan, pengerusakan, sampai yang menyerempet ke masalah seksual.

Nah, kali ini saya ingin membagikan sebuah game online yang mudah-mudahan bisa menjadi pilihan bagi anak-anak kita. Bagi mereka para game-mania pastinya sudah tak asing lagi dengan permainan ini.

Adalah Physics Games, sebuah game online yang dari namanya saja kita tahu bahwa permainan ini didasarkan pada teori-teori fisika. Berbeda dengan game online lain yang saya singgung di atas, game ini sangat cocok diperkenalkan kepada anak-anak kita untuk melatih daya nalar dan logika mereka.
Ada banyak judul game dari beberapa kategori yang bisa dipilih. Dalam 99 Bricks misalnya, permainan serupa Tetris ini membuat kita harus menata tumpukan batu bata se-presisi mungkin. Sebab jika kita sedikit saja meleset, bisa membuat tumpukan yang di atas tidak tegak lurus, ujung-ujungnya tumpukan itu bisa roboh.
Lalu dari kategori 'Construction' ada yang berjudul Cargo Bridge. Dalam permainan ini kita akan diminta membuat sebuah jembatan dengan jumlah kayu yang terbatas. Kita akan diminta berpikir bagaimana membuat jembatan yang kokoh dengan bahan baku seminimal mungkin.
Ada pula Perfect Balance yang mengharuskan kita menata beberapa bentuk sehingga seimbang dan tidak jatuh. Atau memindahkan tumpukan kado dari bawah ke lantai 2 dalam Stackle.

Penasaran? Atau tertarik mencoba? Langsung aja ke: www.physicsgames.net

Selamat bermain!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, November 29, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!