Thursday, May 23, 2013

ujungkelingking - Apa yang harus dilakukan sebelum mengajak balita ke tempat rekreasi? Tips berikut ini adalah hasil dari perjalanan rekreasi putra kami dalam rangka perpisahan kelasnya. Persiapan yang bagus adalah yang dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Sekedar catatan, dalam rekreasi tersebut kami mengajak serta kedua putra kami, Zaki (3 tahun) dan Daffa (1 tahun).

Lalu apa saja tips-nya ketika mengajak balita kita ke tempat rekreasi? Simak ya!

3 hari sebelum hari H...

Siapkan selembar kertas dan alat tulis. Tempelkan pada pintu kamar, atau tempat yang mudah kita jangkau. Tulis pada kertas tersebut semua barang yang akan kita bawa. Tidak semua bisa teringat sekaligus pada hari itu, karena itulah ada jeda 2 hari untuk meneliti apa yang kurang.

2 hari sebelum hari H...

Jika teringat barang apa yang kurang atau belum tercatat, segera tulis saat itu juga. Kemudian periksa barang apa yang belum dipunyai atau perlu dibeli.
note: pampers, baju ganti (termasuk kaos kaki dan jaket) serta obat-obatan (minyak kayu putih, minyak tawon, dsb.) adalah barang-barang yang tidak boleh terlupakan. Payung untuk melindungi balita Anda dari panas dan hujan wajib juga dibawa. Bila terasa kerepotan, bisa diganti dengan selimut atau jas hujan yang bisa dilipat.

1 hari sebelum hari H...

Ini waktunya packing. Masukkan barang-barang ke dalam tas sambil mengecek kembali daftar yang ada di kertas. Waktu untuk packing ini sebaiknya malam hari, ketika tidak ada barang yang harus dibongkar-bongkar lagi. Pakaian yang akan dipakai besok, siapkan di luar tas.

Hari H!

Waktunya berangkat! Ingat, ada balita yang Anda bawa. Jangan berangkat dengan perut kosong, ataupun terisi penuh!

Berangkat lebih awal adalah pilihan bijak. Beberapa orang memilih berangkat agak siang karena pertimbangan bahwa ketika sampai di sana, tempat yang menjadi tujuan belum masuk jam buka. Sebenarnya ini pemikiran yang keliru. Berangkat saja lebih awal, kalaupun di sana masih belum buka Anda punya kesempatan untuk antri lebih dulu. Nanti Anda bisa masuk lebih dulu -tak perlu berdesakan- dan Anda bisa lebih puas di tempat rekreasi tersebut. Atau jika tidak, Anda dan balita Anda bisa memanfaatkan waktu senggang tersebut untuk makan camilan atau istirahat sejenak setelah perjalanan panjang.

***

Demikian tips yang bisa saya bagikan, mudah-mudahan banyak manfaatnya. Yang tetap tidak boleh terlupakan adalah do'a dan sikap berhati-hati.

Selamat berkemas, dan jangan lupa oleh-oleh buat tetangga dan teman kerja! ^_^
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, May 23, 2013

Wednesday, May 22, 2013

ujungkelingking - Waoww! Apa benar? Bagaimana bisa aktifitas menulis seperti orang yang sedang bercinta?

Menulis, sejatinya bukanlah melulu aktifitas fisik. Ia lebih menitik-beratkan pada kinerja otak. Seseorang yang menulis, ia menggunakan segala pikirnya agar dapat menuangkan ide gagasannya.

Foreplay

Seseorang yang akan menulis, terlebih dahulu ia menentukan ide. Rancangan dari gagasan yang akan ia tulis. Bahkan pada orang-orang yang menulis secara spontan-pun, mereka sudah menyusun rancangan ini dengan tanpa sadar. Entah kalimat pembukanya, entah bahasa, atau teknik menulis yang dipakainya.

Kinerja 2 Otak

Seringkali bagi kita yang menulis menggunakan kinerja 2 otak secara bersamaan. Tak jarang dalam tulisan kita menciptakan logika otak kiri sekaligus fantasi otak kanan. Inilah yang menyenangkan sesungguhnya. Dengan menggunakan kedua otak secara simultan, menyebabkan keseimbangan keduanya terjaga. Otak menjadi lebih hidup dan lebih cerdas.

Tenaga fisik

Bagi kita yang lebih mengandalkan kualitas tulisan, bergadang atau bolak-balik ke perpus bukanlah hal yang bisa diabaikan. Sebab sekalinya ide muncul, bila tidak segera di-approve, bisa musnah tanpa bekas.

Klimaks!

Dan ketika semuanya sudah selesai, setelah kita mencurahkan segenap tenaga dan pikir kita, lalu publish!, ah, leganya...

Dan meskipun capek, besok pasti kita ingin menulis lagi... ^_^
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, May 22, 2013

Tuesday, May 21, 2013

ujungkelingking - Seringkali kita mendengar nasehat, entah itu ditujukan langsung kepada kita atau tidak, agar kita selalu menjadi diri sendiri, menjadi diri kita yang apa adanya. Be your self!

Namun agaknya nasehat semacam ini tidak bisa langsung diterima secara mentah. Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang bagus ketika kita bukan orang baik. Hm? Maksudnya begini, menjadi diri sendiri bukan kemudian diartikan bahwa apa yang kita lakukan adalah benar lalu kita menutup diri dari kritikan.

Misalnya saja seseorang menasehati kita, "Jangan begitu. Itu tidak sopan.", apa lantas kita menjawab, "Ya memang beginilah aku."? Tentu tidak bisa begitu. Ketika kita melakukan hal yang salah lalu ada orang yang mengkritik, maka menjadi diri sendiri berarti melihat, menakar atau menyeleksi posisi kita. Lalu kemudian ada keberanian untuk mengakui jika hal tersebut memang tidak benar.

Maka menjadi diri sendiri pada hakikatnya adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi yang seharusnya, atau -dengan kata lain- mengembalikan diri kepada posisi fitrah!

Manusia yang menjadi dirinya sendiri bukanlah menjadi manusia yang anti-kritik, pun juga bukan yang ikut-ikutan saja apa kata orang. Ada semacam kemampuan melihat ke-obyektifitas-an di sini. Apa yang benar, diterima. Yang salah, ditolak.

Benar menurut siapa, salah bagi siapa?

Bagi kita yang Muslim, maka Islam adalah tolok-ukurnya. Jika menurut Allah dan Rasul-Nya hal itu baik, maka berarti memang baik. Silahkan diterima, silahkan dilakukan. Begitu juga jika sebaliknya.

Inilah ke-obyektifitas-an itu.

Setiap hal -benar atau salah- harus berdasarkan Islam. Karena itulah cara kita menjadi diri sendiri (baca: fitrah).

Bukankah Islam adalah agama fitrah?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, May 21, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!