Monday, May 28, 2012

ujungkelingking - Berawal dari pertanyaan seorang rekan Kompasianer tentang pembagian harta peninggalan orang yang telah meninggal, maka tulisan ini coba membahas tentang hal tersebut. Sungguh, hal-ikhwal tentang harta waris ini adalah hal yang teramat penting dan sensitif. Dan karena begitu pentingnya masalah ini sampai-sampai Allah menetapkannya secara exclusive dalam Al-Qur'an, tepatnya di dalam surah An-Nisa ayat 11 dan 12.

Dan tulisan tentang ilmu waris ini akan dibagi dalam tiga bahasan utama, yaitu:

Ilmu Fara'idl adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu Islam. Berasal dari kata faraa'idl jamak al-fariidlah, berarti "ketentuan" atau "bagian yang tertentu". Yaitu suatu ilmu yang membahas ketentuan-ketentuan pembagian harta waris.


Sebelum harta peninggalan dibagikan kepada ahli waris terlebih dahulu harus dikeluarkan untuk;
  1. Biaya penguburan
  2. Melunasi wasiatAdapun besaran wasiat ini tidak boleh melebihi 1/3 dari harta.
  3. Membayar hutang, bila ada

Sebab-sebab seseorang mendapatkan warisan adalah;
  1. Nasab (keturunan)
  2. Pernikahan
  3. Agama
  4. Wala' (budak yang telah dimerdekakan)

Sedangkan sebab-sebab yang menghalangi seseorang mendapatkan warisan adalah;
  1. Berlainan agama
  2. Pembunuhan
  3. Perbudakan
  4. Saat kematian (mana yang meninggal lebih dahulu)
"Seorang muslim tidak mewarisi dari seorang kafir, dan seorang kafir (tidak mewarisi) dari seorang muslim" (Hadits)
"Pembunuh tidak dapat mewarisi" (Hadits) 

Ahli waris dari pihak laki-laki ada 15 (lima belas) orang;
  1. Anak laki-laki (ibn)
  2. Cucu laki-laki (ibn 'l ibn)
  3. Bapak ('l ab)
  4. Kakek dari pihak Bapak ('l jid min jihti 'l ab)
  5. Saudara sekandung (akh 'l syaqiiq)
  6. Saudara sebapak ('l akh 'l ab)
  7. Saudara seibu ('l akh  'l umm)
  8. Anak dari saudara sekandung (ibn 'l akh 'l syaqiiq)
  9. Anak laki-laki sebapak (ibn 'l akh 'l ab)
  10. Paman sekandung ('l 'am 'l syaqiiq)
  11. Paman sebapak ('l 'am 'l ab)
  12. Anak laki-laki dari paman sekandung (ibn 'l 'am 'l sayqiiq)
  13. Anak laki-laki dari paman sebapak (ibn 'l 'am ' ab)
  14. Suami ('l zauj)
  15. Orang yang memerdekakan budak ('l mu'tiq)

Ahli waris dari pihak perempuan ada 10 (sepuluh) orang;
  1. Anak perempuan ('l bintu)
  2. Cucu perempuan (bintu 'l ab) 
  3. Ibu ('l umm)
  4. Nenek adari pihak Ibu ('l jidah min jihti 'l umm)
  5. Nenek dari pihak Bapak ('l jidah min jihti 'l ab)
  6. Saudari sekandung (ukhtu 'l syaqiiq)
  7. Saudari sebapak ('l ukhtu 'l ab)
  8. Saudari seibu ('l ukhtu 'l umm)
  9. Istri ('l zaujah)
  10. Orang yang memerdekakan budak ('l mu'tiqah)
*Andai, kelimabelas dan kesepuluh orang ini ada dalam satu kasus waris, maka yang mendapat bagian harta waris adalah bapak, ibu, suami/istri, anak laki-laki, dan anak perempuan.

Atau lihat gambar berikut:

Silsilah Ahli Waris
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, May 28, 2012

Thursday, May 24, 2012

Sumber: dok. pribadi
ujungkelingking - Berawal dari seorang teman yang menulis status di messenger-nya seperti ini: Dream, Pray, Action, yang saya mengartikannya Berharap (lalu) Berdo'a (lalu) Berusaha. Saya tergelitik untuk mengkritisi kalimat tersebut sebab menurut saya "do'a" itu harus setelah "usaha", bukankah itu inti dari sikap tawakkal seorang hamba yaitu menyerahkan hasil akhirnya hanya kepada Sang Khaliq?

Maka saya membalas statusnya tersebut. Tulis saya, "Seharusnya Action dulu, baru Pray... (tawakkal)".

Teman saya itu kemudian menjawab, "Itu sudah biasa, bos. Action terus Pray sudah umum. Sekarang dibuat Pray dulu baru Action, jadi semua tindakan kita harus berdasar/mengingat Allah."

Kemudian teman saya memberikan sebuah contoh kecil, "Sebelum kita masuk ke kamar mandi 'kan ada do'a masuk kamar mandi. Sebelum kita makan juga ada do'a sebelum makan. Nah ini yang sudah hampir dihilangkan."

Saya lantas berargumen lagi, "Lah setelah dari kamar mandi kan juga do'a? Setelah makan ya do'a."

"Nah itu sudah umum, ente kan sudah tahu," Kemudian lanjut dia, "Seharusnya itu yang benar: Pray, Dream, Pray, Action, Pray. Cuma yang belakang ane hilangkan."

Dari jawaban ini saya lantas berpikir kenapa antara "pray" dan "action" dipisahkan tanda koma (,)? Menurut saya tanda koma dalam terjemahan bahasa-nya bisa berarti "lalu", seperti cara saya menerjemahkan di atas. Dengan penggunaan kata "lalu" ini seolah ada jeda antara "pray" dan "action" yang dilakukan. Kenapa tidak digunakan saja istilah "dan" yang bisa berarti "dilakukan bersamaan"?

Jawab teman saya itu, "Nah ini membacanya jangan menggunakan bahasa Indonesia, tapi pakai hati yang paling dalam. Nanti langsung tembus sama Gusti Allah."

Hehehe.. tersenyum saya membacanya. Akhirnya dengan guyon saya bilang ke dia, "Wah, wah bos pulsa satu ini sudah sampai tahap langit kayaknya..."

"Belum, Cak (Mas, pen.). Ini masih di bumi aja, cuma kebanyakan nonton Ust. Yusuf Mansyur di TV. Setiap jam 5 pagi nonton aja. Insyaallah barokah."

Ah, jam segitu biasanya saya baru bangun, hahaha... Tapi daripada ngaku, lebih baik saya mencari jawaban yang lebih diplomatis, "Wah istriku sukanya nonton Mamah Dedeh. Nonton sambil sarapan."

"Sama aja. Yang penting setiap hari harus ada peningkatan."

"Nah itu masalahnya," Kata saya, "masalahnya, iman itu yaziiduu wa yanquss (fluktuatif)"

"Betul. Karena itulah setiap turun 1 meter, kita harus naik LEBIH dari 1 meter. Kalau sama itu artinya tenggelam. Nah inilah alat pengukur hati yang langsung connect sama Gusti Allah."

Tak ada argumen, pesan tidak saya balas.


nb: bahasa & dialog sudah di-edit seperlunya
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, May 24, 2012

Monday, May 21, 2012

ujungkelingking - Banyak yang masih berpendapat bahwa Islam adalah suatu budaya asing (baca: Arab) yang masuk ke Indonesia. Tapi tentu pemikiran seperti itu adalah pemikiran yang salah kaprah. Sudah jelas-jelas jika kebudayaan itu adalah produk manusia, sedangkan Islam adalah produk Allah. Budaya, bisa jadi dianggap salah di tempat lain, sedangkan Islam bersifat universal, bisa diterima oleh siapa dan dimana pun, selama memiliki akal yang waras.

Namun setidaknya sebuah hadits tentang seorang laki-laki yang bertanya kepada Nabi lalu ia juga membenarkan jawaban Nabi ini bisa menyadarkan para pemikir yang salah kaprah tersebut.

Suatu ketika Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para shahabat, lalu datanglah seorang laki-laki yang langsung masuk ke tengah-tengah majlis dan kemudian duduk tepat di depan Rasulullah. Laki-laki itu lalu bertanya kepada Nabi,

Apa IMAN itu?

Jawab Rasulullah, "Iman adalah kamu percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat-malaikatNya, percaya kepada kitab-kitabNya, percaya kepada rasul-rasulNya, percaya kepada qadla' dan qadarNya."

Kata laki-laki itu kemudian, "Engkau benar!"

Lalu ia bertanya lagi,

Apa ISLAM itu?

Jawab Rasulullah, "Islam adalah kamu mengucapkan syahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya, engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadlan, dan melaksanakan haji bagi yang mampu melaksanakannya."

Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata, "Engkau benar!"

"Lalu tanyanya lagi,

Apa IHSAN itu?

Jawab Rasulullah, "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatnya, dan seandainya engkau tidak melihatNya maka ketahuilah bahwa Ia melihatmu."

Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata, "Engkau benar!"

***

Kemudian setelah laki-laki tersebut pergi, Nabi bertanya kepada Umar, "Tahukah engkau siapa laki-laki tadi?"

"Allah dan RasulNya yang lebih tahu." Jawab Umar.

"Orang yang bertanya dan membenarkan jawabanku tadi adalah Jibril. Dia datang untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian."

Subhanallah,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, May 21, 2012

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!