Wednesday, February 27, 2013

ujungkelingking - Pagi ini, sebelum berangkat ke kantor saya menyempatkan diri untuk membuka-buka status teman-teman di facebook.

Agak terkejut juga saya ketika mendapati update-an status disana, tertulis:
"Tugas sebagai istri sudah selesai | Sekarang waktunya bobok"

Kira-kira apa yang ada dalam benak Anda? Apakah sama dengan yang saya pikirkan?

Karena yang menulis status tersebut adalah seorang perempuan muda, baru menikah dan waktu postingnya sekitar pukul sebelas malam, jadi wajar jika asumsi saya mengarah ke "situ".

Untuk menguatkan dugaan, saya coba untuk melihat komentar yang masuk. Sayangnya hanya ada 2 komentar saja. Komentar pertama hanya tertulis singkat,
"Indahnya pernikahan"
Sedang komentar berikutnya yang cukup mendukung asumsi saya,
"Jam 04.00 bangun mandi jinabat terus sholat Shubuh, wkwkwkwkwkwk...."
Hadeehhhh,

***

Internet, melalui dunia maya-nya memang membebaskan setiap person untuk berkreasi dan berekspresi. Namun bukannya tanpa batas, segala apa yang kita kreasikan dan kita ekspresikan haruslah dibatasi dengan yang namanya 'etika'.

Okelah, mungkin asumsi yang terbentuk di dalam benak saya dan para komentator -mungkin saja- keliru. Mungkin yang dimaksud oleh si empunya akun adalah tugas istri yang lainnya dan bukan tugas yang "itu". Namun bagaimanapun karena sosmed semacam ini adalah sebuah dunia yang mengharuskan interaksi tanpa harus bertatap muka, maka kita berkomunikasi melalui ketikan huruf-huruf, yang salah ketik bisa saja salah arti dan salah bahasa bisa jadi salah maksud.

Etika, di dalam dunia yang "permisif" ini seolah kehilangan kekuatannya. Karena orang tidak bertemu dengan orang lain secara langsung akhirnya timbul suatu persepsi bahwa "salahpun tidak apa-apa". Kalau orang lain salah memahami maksud saya, ya itu salah dia sendiri. Kalau harus menabrak batas-batas perasaan seseorang, toh ini hanya sekedar tulisan. 

Bahkan kemarin, salah seorang di lingkaran G+ memposting foto tentang keadaan korban sebuah kecelakaan maut, lengkap dengan darah-darahnya dan potongan tubuh yang dikumpulkan, dan -tentu saja- uncensored!

Ini dimana etikanya? Saya paham maksudnya adalah mengingatkan agar yang lain berhati-hati. Padahal toh tanpa foto pun orang yang membacanya pasti bergidik ngeri.

Saya sempat berkomentar di foto tersebut. Kata saya,
"Yang beginian sebaiknya gak usah di upload-lah. Gak kebayang perasaan keluarga korban yang melihat gambar ini. Pasti sakit dan sedihnya berlipat-lipat. Bahkan sekelas media publik pun harus men-sensor-nya."
Tak berapa lama si pemilik akun pun membalas,
"Terima kasih mas sudah diingatkan. Saya tidak akan memposting gambar-gambar seperti ini lagi. Ini saya hanya sekedar ber-kreasi."

Gubrakkkk!!!!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 27, 2013

Monday, February 25, 2013

ujungkelingking - Sampaikanlah kebenaran walaupun pahit, begitu bunyi hadits yang diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Syu'abu 'l-Iman.

Menyampaikan kebenaran. Yap, istilah ini lebih saya sukai daripada kata 'berdakwah' yang kesannya kok "mimbar" banget, hehe.

Setiap yang kita lakukan mengandung tujuan. Lalu apa tujuan kita menyampaikan sebuah kebenaran?

Bagi kita yang masih beginner, tentunya maksud dan tujuan kita menyampaikan sebuah kebenaran adalah sederhana sekali, yaitu sekedar menggugurkan kewajiban bahwa perintah sudah dilaksanakan.

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [Bukhari]

Ini tentu mengandung pengertian bahwa siapa saja bisa menyampaikan kebenaran apa saja -walaupun tentang hal yang sederhana- meski nantinya, sang penyampai dituntut paham apa yang disampaikannya -dan sudah melaksanakannya.

Melaksanakan suatu perintah agama hanya karena sekedar menggugurkan kewajiban saja adalah sebuah tujuan yang sangat dangkal. Karena sebenarnya ada tujuan yang lebih dalam daripada itu, yaitu sampainya pesan kebenaran tersebut terhadap orang lain.

Lalu jika yang terakhir ini yang menjadi tujuan kita, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan agar penyampaian kebenaran ini bisa sampai (baca: diterima)?


Hal baik yang disampaikan dengan salah akan berakibat tidak baik

Kesalahan yang seringkali dilakukan oleh para penyampai kebenaran "pemula" adalah langsung to-the-point terhadap masalah (hukum). Ini haram, itu dilaknat, yang ini wajib-tidak bisa tidak!

Tentu saja hal tersebut tidak menjadi masalah, jika: (1) Orang yang menerima pesan bukanlah orang yang awam dengan Islam, atau minimal se-aliran dengan sang penyampai; (2) Sang penyampai adalah orang yang sudah dikenal tinggi jam terbangnya dalam bidang ini.

Satu misal saja, ketika seorang Mamah Dedeh mengatakan haram bagi wanita muslim yang tiidak berjilbab, maka pendengar hanya akan mengangguk-anggukkan kepala, entah setuju atau tidak. Namun ketika seorang "pemula" yang mengatakan hal yang sama, maka pendengar akan mengatakan, "Sopo kowe, wani ngelarang aku?" (Siapa kamu, kok berani melarang saya?).

Dan bila pendengar sudah mengatakan hal ini, maka bisa dipastikan bahwa penyampaian kebenaran tidak akan berjalan baik.

***

Orang-orang yang akan menerima kebenaran yang kita sampaikan tentu bermacam-macam cara pandang cara berpikirnya. Jika se-aliran, tentu mudah saja. Jika tidak, ditambah lagi dengan kredibilitas kita yang belum diakui maka jika teknik to-the-point yang diterapkan, alih-alih menerima kebenaran, orang-orang justru akan lari menghindar.

Islam, melalui Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam mengajarkan bagaimana cara menyampaikan sebuah kebenaran agar mudah diterima.


Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 25, 2013

Friday, February 22, 2013

ujungkelingking - Ada seseorang yang sering berdoa meminta sesuatu kepada Allah.

Orang ini begitu shaleh, ibadahnya baik. Perintah-Nya dilakukan, larangan-Nya ditinggalkan. Tapi doa yang diminta tak kunjung terkabul.

Terus dan terus berdoa, namun masih belum terkabul juga.

Dia melihat teman kantornya. Orangnya biasa saja. Tak istimewa. Sholat masih bolong-bolong. Kelakuannya juga sering nggak beres, sering tipu-tipu dan bohong sana-sini. Tapi anehnya, apa yang dia doakan, semuanya dipenuhi.

Orang yang shaleh ini pun heran. Akhirnya, dia mendatangi seorang Ustadz. Diceritakanlah permasalahan yang sedang dihadapinya. Tentang doanya yang sulit terkabul padahal dia taat, sedangkan temannya yang bandel, malah mendapat apa yang dia inginkan.

Tersenyumlah Ustadz ini. Bertanyalah sang Ustadz kepadanya,

"Kalau Anda sedang duduk-duduk di warung, kemudian datang pengamen. Tampilannya urakan, main musiknya gak bener, suaranya fals, bagaimana?"

Orang shaleh tadi menjawab, "Segera saya kasih pak Ustadz, gak tahan ngeliat dan ndengerin dia lama-lama di situ, sambil nyanyi pula."

"Kalau pengamennya yang datang rapi," lanjut sang Ustadz, "Main musiknya enak, suaranya empuk, bawain lagu yang kamu suka, bagaimana?"

"Wah, kalo yang begitu, saya dengerin Ustadz. Saya akan biarkan dia menyanyi sampai habis. Lama pun nggak masalah. Kalau perlu saya suruh nyanyi lagi, bahkan sampai se-album pun saya rela. Kalau pengamen yang tadi saya kasih 500, yang ini 10.000 juga berani, Ustadz."

Sang Ustadz pun tersenyum bijak. "Begitulah,

Allah, ketika melihat engkau yang sholeh datang menghadap-Nya, Allah betah mendengarkan doamu. Allah suka melihat kamu. Dan Allah ingin sering bertemu kamu dalam waktu yang lama. Bagi Allah, memberi apa yang kamu minta itu gampang sekali. Gampang sekali. Tapi Dia ingin menahan kamu agar khusyuk, biar dekat sama Dia.

Coba bayangkan seandainya doamu cepat dikabulkan, apa kamu bakal sedekat ini dengan-Nya? Dan yakinlah, di penghujung nanti apa yang kamu dapatkan akan jauh lebih besar dari apa yang kamu minta.

Berbeda dengan temanmu itu. Allah gak mau dia deket-deket sama Dia. Sudah, biar bergelimang dosa saja dia. Makanya Allah buru-buru memberi. Sudah. Jatahnya ya segitu saja, tidak mungkin dtambah.

Dan yakinlah, kalaupun apa yang kamu minta ternyata tidak Allah kabulkan sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat. Sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga bagi kita. Tidak akan kekurangan kita di situ."

Tidak akan kekurangan kita di situ.

di-share dari seorang teman di GooglePlus.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, February 22, 2013
ujungkelingking - Pada suatu artikel di detikhealth telah disebutkan beberapa manfaat -secara medis, tentu- yang diterima tubuh ketika kita mau memaafkan kesalahan orang lain.

Dalam Islam sendiri telah banyak ayat-ayat dan hadits yang memerintahkan kita untuk mudah memaafkan dan menjauhi sifat dendam. Seperti kita ketahui bahwa dendam adalah salah satu dari sifat Iblis laknatullah alaihi.

Agar dendam tidak berkembang dalam hati, ada beberapa hal yang harus kita ingat ketika seseorang berperilaku buruk kepada kita. Namun saya coba ringkaskan saja dalam 4 poin saja.

  • Semua atas ijin Allah

Ingatlah bahwa perbuatan orang itu kepada kita tidak lepas dari kehendak Allah subhanahu wa ta'alaa. Allah menginginkan hal itu terjadi terhadap kita dan pastilah akan ada hikmah dibalik hal tersebut.

  • Dosa menimbulkan keburukan
 
Ingatlah dosa-dosa kita. Karena tidaklah keburukan menimpa kita melainkan karena sebab dosa-dosa kita. Ingatlah juga bahwa balasan yang kita akan dapatkan pasti sesuai dengan perbuatan yang kita lakukan.

Menyibukkan diri dengan istighfar dan bertaubat adalah jauh lebih baik daripada sibuk mencela dan mencari-cari cara untuk membalas. Dan jika kita memaafkan, Allah pun akan memaafkan kita.


وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim." [Asy-Syuuraa: 40]

  • Sabar adalah setengah dari keimanan

Ingatlah bahwa sabar adalah setengah dari keimanan. Jika kita bersabar, maka kita berarti sedang
menjaga keimanan kita. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam tidak pernah sekali pun dendam karena urusan pribadinya. Jika itu terjadi kepada orang yang paling mulia, bagaimana dengan kita?
Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam bersabda:
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusan baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya, dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya." [Muslim]

  • Sabar adalah penggugur dosa

Ingatlah bahwa kesabaran itu akan menjadi penggugur dosa kita dan pengangkat derajat kita. Dan itu akan melahirkan kebaikan yang lain, dan kebaikan itu akan melahirkan kebaikan-kebaikan yang lain lagi dan begitu seterusnya. Karena diantara balasan kebaikan itu adalah kebaikan berikutnya.


وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." [Fusshilaat: 34]

"Tidaklah Allah menambah kepada seorang hamba dengan sikap memaafkan melainkan kemuliaan”
(Muslim).

Diedit kembali dari risalah "Qaa`idatun fi 'sh-Shabr", Ibnu Tamiyyah dalam "Jaami'u 'l-Masaa`il" vol. 1, hal. 177-181
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, February 22, 2013

Saturday, February 16, 2013

ujungkelingking - Melakukan rutinitas yang sama setiap hari seringkali bisa membuat kita merasa jenuh. Bagaimana cara mengatasi kejenuhan itu tentu berbeda pada setiap orang. Yang sering ditemui, beberapa orang mengatasi kejenuhan ini dengan tidur. Namun, cara ini tentu tidak efektif. Hal ini disebabkan karena kejenuhan melibatkan kelelahan emosi dan psikis, sedangkan tidur biasanya berhubungan dengan kelelahan yang bersifat fisik.

Lalu aktifitas apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi kejenuhan ini? Berikut ini ada beberapa saran yang pantas dicoba.

1. Rekreasi

Pergi ke tempat yang menyenangkan biasanya efektif untuk mengatasi kejenuhan karena rutinitas sehari-hari. Destinasinya tentu berbeda untuk setiap orang. Ada suka pergi ke pantai, ada pula yang memilih mendaki gunung, memancing, berkemah, atau sekedar nonton bioskop.

2. Bertemu dengan teman-teman lama

Reuni, sepertinya yang akan saya lakukan di akhir bulan ini. Bertemu dengan teman-teman semasa sekolah dulu bisa memberikan banyak hal yang menyenangkan. Sharing dengan teman-teman lama bisa saja memberi Anda informasi (atau inspirasi) baru untuk "keluar" dari rutinitas Anda, memulai bisnis baru misalnya, who knows?

3. Melakukan hal yang di luar rutinitas

Saran ketiga ini juga bisa dilakukan untuk mengatasi kejenuhan. Misalnya saja, pulang-pergi kantor melalui jalan yang berbeda, atau mengganti format excel kerja Anda dari yang biasanya vertikal menjadi horizontal, dsb. Dengan melakukan hal-hal yang berbeda dari kebiasaan cukup bisa membuat otak kita "teralihkan". Efek yang diharapkan adalah ketika kita kembali menjalani rutinitas, otak kita sudah dalam keadaan refresh.

Ada tambahan?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, February 16, 2013

Tuesday, February 12, 2013

ujungkelingking - Bahkan para Nabi pun tidak tahu apa maksud diperintahkan sesuatu kepada mereka.

Nabi Nuh tidak tahu bahwa akan datang banjir besar ketika disuruh membuat sebuah bahtera.

Nabi Ibrahim tidak pernah tahu bahwa Ismail akan diganti dengan seekor kambing ketika disuruh menyembelih putranya.

Nabi Musa pun tidak tahu bahwa laut akan terbelah ketika diperintah memukulkan tongkatnya.

Bahkan, Rasulullah pun tidak pernah tahu bahwa Madinah akan menjadi sentral perkembangan Islam ketika disuruh hijrah kesana.

Mereka tidak tahu apa maksud perintah-perintah tersebut. Mereka hanya tahu bahwa mereka harus melaksanakan perintah tersebut. Meskipun seringkali di luar nalar.

Kenapa perempuan yang sudah baligh harus menutup aurat, padahal itu "aneh"? Kenapa laki-laki harus menundukkan pandangannya, padahal itu sulit? Kenapa harus berpuasa, padahal itu berat? Kenapa tetap harus bersedekah meskipun kondisi keuangan kita di ujung tanduk? Dan terlalu banyak perintah-perintah dari Allah dan Rasul-Nya untuk kita pertanyakan sebab dan tujuannya.

Karena itu konsep "lihat apa yang dibicarakan, jangan lihat yang berbicara" hanya berlaku dalam lingkup sosial-amal. Sedang dalam konteks keimanan yang berlaku adalah "lihat siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan".

Begitupun seharusnya dengan kita. Ketika kita yakin bahwa yang memerintahkan hal tersebut adalah Allah dan Rasul-Nya, maka tidak boleh ada keraguan. Lakukan saja, dan nantikan 'kejutan' dari Dia.


كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

"... Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqaraah: 216)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, February 12, 2013

Monday, February 11, 2013

ujungkelingking - Jika kita tertarik dengan dunia tulis-menulis, tentunya ada keinginan untuk menjadi penulis yang produktif, menjadi penulis yang idenya terus mengalir setiap waktu. Tapi bagaimana cara menulis yang produktif itu?

Setelah pada postingan sebelumnya saya menulis tentang 2 Cara Sederhana Untuk Mendapatkan Ide Menulis, kali ini saya coba untuk berbagi tentang kiat-kiat agar bisa menghasilkan tulisan yang produktif.

Produktif, dalam hal ini saya mengartikannya sebagai kontinuitas atau kesinambungan. Sebab bisa saja seseorang dalam sehari mampu menulis 10 postingan, namun kemudian kosong -tak ada tulisan- selama seminggu. Ini bukan produktif dalam persepsi saya.

Yang sering terjadi adalah, kita memiliki ide untuk sebuah tulisan namun kesulitan untuk memulainya. Ini adalah salah satu sebab berkurangnya produktifitas kita dalam menulis, karena kesulitan dalam memulai bisa menyebabkan 'kebuntuan' dan pada akhirnya menjadi penyakit kronis penulis yaitu, malas.

Nah, ada 4 tahapan untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu: fishing - pending - running - stilling.

1. Fishing

Maksudnya adalah 'memancing kata'. Menggunakan kata-kata pancingan efektif untuk memancing kata-kata berikutnya. Tulis saja kata atau kalimat apapun -terserah- dan biarkan mengalir, bahkan jika tema yang diangkat menjadi berbelok 90 derajat. Tanpa disadari kita sudah punya satu paragraf tulisan!

Nanti, setelah tulisan sudah cukup utuh, kata-kata atau kalimat pancingan itu bisa dibuang.

2. Pending

Menunda judul. Benar, mikir judul belakangan saja. Hal itu dimaksudkan agar kita tidak terkekang oleh judul. Mengakhirkan judul berarti 'membebaskan diri' dalam menentukan arah tulisan.

3. Running

Maksudnya, jika terdapat kesalahan tulis atau eja, abaikan dahulu. Nanti setelah tulisan jadi, kesalahan-kesalahan tersebut bisa diperbaiki. Kembali untuk mengedit tulisan ketika ide sedang mengalir bisa menghambat atau bahkan membuyarkan ide tersebut.

4. Stilling

Setelah menyelesaikan tulisan, tinggalkan dahulu, endapkan. Lakukan pekerjaan lain yang menyenangkan, atau beristirahat. Nanti, ketika pikiran sudah fresh dan rileks kita bisa mulai untuk mengedit tulisan kita.

Setelah itu, silahkan di posting.

Selamat berproduktif!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 11, 2013

Wednesday, February 6, 2013

ujungkelingking - Di-share dari Google+, oleh Ferry Dwi Purnamansyah. (Dengan perubahan seperlunya)

Anda ingin berangkat ke Tanah Suci? Benar-benar ingin?! Insya Allah inilah kuncinya.

Seorang anak ingin memiliki sepeda. Lantas apa tanggapan ayahnya?
  • Pantaskan ilmunya. Maksudnya, belajarlah bersepeda walaupun belum punya sepeda.
  • Pantaskan uangnya. Menabunglah. Rutinkan menyisihkan uang tiap minggu atau tiap bulan, meski mungkin tidak pernah cukup untuk membeli sepeda.
Memang, tabungan itu tidak akan pernah cukup. Namun, melihat kesungguhan si anak dalam belajar bersepeda dan menabung, maka ayahnya akan tergugah dan mencukupkan tabungan tersebut.

Begitu pula Anda yang ingin berangkat ke Tanah Suci.

Pantaskan ilmunya

Pelajari buku-buku tentang umrah dan haji, tentang do'a dan amalan-amalannya. Bertanya kepada orang-orang yang pernah kesana. Ikuti pelatihan dan manasik haji. Dan minta brosur atau keterangan dari biro-biro perjalanan haji.

Pantaskan uangnya

Bisa diawali dengan membuka rekening khusus haji dan umrah. Lalu rutinkan menabung, walaupun kecil.

Pantaskan pahalanya

Rasulullah pernah bersabda,
"Barangsiapa yang sholat Shubuh secara berjama'ah (di masjid) lalu ia duduk dan berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan sholat dua rakaat (sholat Isyraq), maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umrah". Beliau pun bersabda, "Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna." (Tirmidzi: 586)

Perbanyak sedekah, sholat tahajjud dan Dluha, serta amalan-amalan lain. Perlu juga untuk meminta do'a dari orangtua dan suami/istri kita. Selanjutnya biar Allah yang mencukupkan.

Sumber: iqrotegal.blogspot.com

Bukankah Allah yang menyuruh kita melaksanakan haji? Maka dengan izin-Nya kita pasti akan menginjakkan kaki di Tanah Suci dalam waktu dekat.

Berapa banyak orang yang kaya, muda dan sehat, tapi tidak kesampaian menginjakkan kaki di Tanah Suci? Berapa banyak pula orang yang miskin, tua, cacat dan lemah yang sampai disana? Begitulah, bagi Allah Yang Maha Kuasa, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.


nb. ditulis sebagai cara untuk memotivasi diri.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 06, 2013
ujungkelingking - Islam mengajarkan agar kita selalu memperbanyak sedekah. Namun ada beberapa orang yang ragu-ragu terhadap sedekahnya. Ragu-ragu bahwa sedekah tersebut tidak sampai sasaran, atau ragu-ragu bahwa penerima sedekah tersebut bukanlah orang yang berhak, sehingga muncul kekhawatiran bahwa sedekah kita tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta'alaa.

Menghadapi kekhawatiran tersebut, ada baiknya kita simak satu cerita berikut ini,

Di suatu sore, Rasulullah sedang berbincang-bincang bersama para shahabat di serambi Masjid Nabawi. Rasulullah kemudian bercerita,

Pada suatu masa, ada seorang laki-laki, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan bersedekah!". Maka keluarlah ia pada suatu malam dan ia memberikan sedekahnya tersebut kepada seorang perempuan yang ditemuinya.
Namun, belakangan baru diketahuinya ternyata perempuan tersebut adalah seorang perempuan pezina. Sehingga hal tersebut menjadi pergunjingan banyak orang.
Laki-laki tersebut berkata, "Demi Allah, sedekahku telah salah alamat, karena itu aku akan bersedekah lagi!". Maka keluarlah ia dan memberikan sedekahnya kepada seorang laki-laki.
Namun, belakangan baru diketahuinya bahwa ternyata laki-laki yang menerima sedekahnya adalah seseorang yang kaya raya. Hal ini kembali menjadi pergunjingan banyak orang.
"Demi Allah," kata laki-laki ini, "Sedekahku salah alamat, maka aku akan bersedekah lagi!". Maka keluarlah ia dan memberikan sedekahnya kepada seorang laki-laki yang ditemuinya di jalan.
Belakangan baru diketahuinya bahwa ternyata laki-laki yang menerima sedekahnya ini adalah seorang pencuri. Sehingga hal ini kembali menjadi pergunjingan orang banyak.
Laki-laki tersebut akhirnya menangis. "Ya Allah, sedekahku salah alamat. Pertama kepada perempuan pezina, lalu kepada orang yang kaya dan akhirnya kepada laki-laki pencuri. Sedekahku tidak akan diterima!". Lalu laki-laki ini pun tertidur dan bermimpi.
Dalam mimpinya, laki-laki tersebut didatangi seorang malaikat. Dan berkata kepadanya, "Sedekahmu diterima. Sebab bisa jadi perempuan pezina itu akan berhenti berzina karena sedekahmu. Bisa jadi orang yang kaya tersebut menjadi tergugah hatinya dan menjadi dermawan setelah menerima sedekahmu. Dan bisa saja terjadi laki-laki pencuri itu sadar dari kesalahannya dan bertaubat karena sedekahmu."

(Diriwayatkan Muslim, dari Abu Hurairah dalam "Teladan Indah Rasulullah Dalam Ibadah, Ahmad Rafi 'Usmani)

Jadi, masihkah engkau banyak alasan untuk menunda-nunda sedekahmu?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 06, 2013

Monday, February 4, 2013

ujungkelingking - Ada kejadian menarik (sekaligus menjengkelkan) saat saya pulang dari kantor, Jum'at kemarin. Saya pulang dengan naik bus, karena motor saya sedang opname di bengkel. (Lihat juga postingan sebelumnya).

Pada akhirnya, saya pun mendapat tempat duduk setelah hampir sepanjang perjalanan saya menemani mas kenek berdiri. Duduk di sebelah saya adalah seorang laki-laki baya dengan memangku sebuah tas besar. Melihat orangnya yang tampak amat ramah, saya pun mencoba membuka percakapan.

Pertanyaan saya sebenarnya standar untuk ukuran orang yang baru pertama kali bertemu, hanya berkutat seputar tempat tinggal, profesi dan keluarganya. Dan jawaban-jawaban yang diberikan bapak itu pun tampak biasa-biasa saja.

Namun yang membuat saya agak risih adalah setiap kali bapak tersebut berbicara dan menjawab pertanyaan saya, tangannya selalu jatuh di paha saya. Mulanya saya kira hal tersebut jamak saja untuk mengakrabkan diri antara yang lebih tua kepada yang lebih muda.

Apa yang saya kira rupanya salah. Tangan si bapak tua tak juga lepas dari paha saya. Semakin lama bahkan semakin berani menyentuh pangkal paha saya. Jiah!

Wah, gak beres nih, pikir saya. "Aset" saya harus segera diselamatkan. Tidak bisa tidak! Mimpi apa saya semalam sampai harus berurusan dengan hombreng. Saya pun menepis tangannya dari paha saya. Edannya, dia masih mengajak saya ngobrol seolah tidak terjadi apa-apa.

Beruntung kemudian karena tujuan si bapak tersebut sudah dekat sehingga perlu bersiap-siap di pintu keluar bus.

Huft, itulah sekelumit perjalanan saya yang paling menyeramkan selama ini. Setelah ini, bila Anda bepergian menggunakan angkutan umum dan harus duduk di sebelah seorang laki-laki, ada baiknya untuk ditanyakan kepada orang tersebut, "Anda hombreng (homo), tidak?"

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 04, 2013

Saturday, February 2, 2013

ujungkelingking - Sebelumnya, saya ingin bercerita dulu.

Kemarin, dengan terpaksa saya pergi ke kantor dengan naik angkutan umum. Sebab beberapa hari terakhir ini motor saya suka uring-uringan. Maklum sudah udzur, jadi kalau musim penghujan begini semua penyakitnya suka pada muncul. Okelah, kalau diterus-teruskan cerita yang ini bisa jadi curcol nanti.

Di tengah perjalanan, bus yang saya tumpangi berhenti untuk menaikkan penumpang. Beberapa orang laki-laki dan perempuan. Praktis, bus yang tadinya longgar menjadi penuh sesak. Ada yang terpaksa berdiri.

Di bangku depan saya, duduk seorang laki-laki dengan rambut gondrongnya dan seorang bapak tua dengan topinya.

Melihat ada seorang perempuan tidak mendapat tempat duduk, si bapak tua itu lalu berdiri bermaksud memberikan tempat duduknya untuk perempuan tersebut. Nah, belum sempat si perempuan duduk, naiklah seorang perempuan yang usianya lebih muda. Rupanya perempuan ini adalah teman dari laki-laki gondrong. Melihat ada temannya naik, si laki-laki gondrong ini langsung mempersilahkannya duduk di sebelahnya, di tempat yang sedianya diberikan oleh si bapak tua untuk perempuan yang pertama tadi. Lucunya, perempuan yang datang barusan ini langsung duduk saja tanpa menyadari bahwa tempat itu bukan untuknya.

Selesai.

***

Saya, kemudian jadi menghubung-hubungkan. Di dalam hidup -sadar atau tidak- sebenarnya tipikal-tipikal manusia kebanyakan telah terwakili oleh orang-orang yang saya temui di dalam bus itu. Coba simak saja tipikal-tipikal berikut:
  • Ketika dalam keadaan "tidak bisa berbuat apa-apa", ada tipikal orang yang lebih memilih diam menerima nasibnya. Tipikal ini diwakili oleh perempuan pertama yang tidak mendapat tempat duduk. Sadar karena naik terlambat sehingga tidak kebagian tempat duduk, maka dengan legowo dia berdiri.
  • Ada tipikal "orang-orang baik" yang diwakili oleh si bapak tua. Tipikal orang yang rela memberikan haknya untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Namun biasanya tipikal seperti ini tidak memiliki kekuasaan sehingga perbuatan baiknya sering tidak berefek banyak.
  • Ada juga tipikal orang yang diwakili oleh laki-laki gondrong. Memiliki "kekuasaan" namun suka merebut hak yang bukan miliknya. Apakah si laki-laki gondrong tidak tahu bahwa si bapak tua itu memberikan tempat duduknya untuk perempuan pertama? Tau, kok! Hanya saja atas nama "solidaritas" maka teman sendiri harus diutamakan daripada orang lain yang lebih berhak sebenarnya.
  • Tipikal keempat ini adalah orang-orang tidak memiliki kuasa apa-apa, namun sekaligus cuek dan tidak mau tahu dengan kepentingan orang lain. Tipikal seperti perempuan muda adalah tidak peka sosial, simpati dan empatinya kurang.
Si perempuan muda bisa saja beralasan, lah saya ditawari kok, kenapa ditolak? Tentu saja menerima bantuan orang lain sah-sah saja, namun yang perlu diingat adalah apakah penerimaan kita itu akan mencederai keadilan sosial atau tidak (waduh, bahasanya...). Lah memangnya ada orang yang ditawari, pakai bertanya dahulu?

Ternyata ada!

Tipikal kelima ini saya temukan kemarin juga, dalam perjalanan pulang ke rumah. Situasi di bus penuh sesak, saya bersama beberapa orang tidak mendapat tempat duduk. Setelah agak lama perjalanan, penumpang mulai berkurang, satu-dua kursi mulai kosong. Seorang laki-laki (tentang laki-laki ini akan saya ceritakan dalam postingan yang lain), menawarkan tempat duduk di sebelahnya. Karena saat itu masih ada seorang perempuan yang berdiri, saya cuma tersenyum, menolaknya. Akhirnya laki-laki ini menawarkan tempat kosong itu kepada perempuan tersebut. Mendapat tawaran seperti itu, si perempuan ini tak langsung menerimanya. Masih sempat ia bertanya, "Kosong ya, Pak?". Nah loh!

Karena itu, dengan mengetahui macam-macam tipikal itu, mudah-mudahan kita bisa menempatkan diri dalam posisi yang bermartabat.

Ya, ya ini sih cuma pemikiran saya yang masih dangkal. Kurang matang, memang. Maklum manggangnya di atas bus.

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, February 02, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!