Saturday, June 23, 2012

ujungkelingking - Seorang pria berjalan melewati seekor gajah. Ia tiba-tiba berhenti, bingung pada fakta bahwa makhluk sebesar itu hanya ditahan oleh tali kecil yang terikat pada kaki depan mereka. Tidak ada rantai, tidak juga kandang.

Bukankah jelas, bahwa gajah itu bisa kapan saja melepaskan diri dari ikatan itu? Namun mengapa tidak mereka lakukan?

Ketika melihat seorang pelatih di dekatnya, pria tadi segera bertanya mengapa hewan-hewan ini hanya berdiri di sana dan tidak berusaha melarikan diri.

Jawab si pelatih, “Ketika mereka masih sangat muda dan jauh lebih kecil, kita menggunakan tali berukuran sama untuk mengikat mereka. Dan pada usia itu, tali sebesar itu cukup untuk menahan mereka,”

“Saat mereka tumbuh dewasa, mereka dikondisikan untuk percaya bahwa mereka tidak dapat melepaskan diri. Mereka percaya bahwa tali itu masih bisa menahan mereka, sehingga mereka tidak pernah mencoba untuk membebaskan diri.”

Pria itu terdiam, antara kagum dan keheranan. Hewan besar ini bisa setiap saat membebaskan diri dari ikatan mereka, tapi karena mereka percaya mereka tidak bisa, mereka terjebak disana.

Seperti gajah, banyak dari kita menjalani hidup berpegangan pada keyakinan bahwa kita tidak bisa melakukan sesuatu, hanya karena kita pernah gagal sebelumnya. Kegagalan adalah bagian dari pembelajaran.

Bukan begitu?


Sumber: www.zoom-indonesia.com
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, June 23, 2012

Thursday, June 21, 2012

ujungkelingking - Sebuah cerita dari seorang rekan Kompasianer...

***

Suatu pagi, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk "merebut" sang perempuan muda dari sisinya.

"Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?" tanya sang setengah baya yang rupanya adalah ayah si gadis.

"Iya, Pak," jawab si pemuda.

"Apakah engkau telah mengenalnya dalam-dalam?" tanya sang ayah sambil menunjuk si perempuan.

"Ya Pak. Sangat kenal." jawab si pemuda, mencoba meyakinkan.

"Lamaranmu kutolak!" Jawab sang ayah tegas, "Berarti engkau telah pacaran dengannya selama ini? Tidak bisa! Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!" sergah sang ayah.

Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”

Sang ayah berkata lagi, “Kalau begitu lamaranmu kutolak. Itu seperti membeli kucing dalam karung kan? Aku tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu anakku ini siapa?” balas sang ayah keras.

Ini situasi yang sulit. Sang gadis mencoba membantu si pemuda. Dia berbisik kepada ayahnya, "Ayah, dia dulu aktivis, lho."

"Kamu dulu aktivis, ya?" tanya sang ayah.

"Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di kampus,” jawab si pemuda percaya diri.

"Lamaranmu kutolak." Jawab sang ayah kemudian, "Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?"

"Ah, ya nggak, Pak. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat."

"Kalau begitu, lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?"

Sang gadis membisik lagi, membantu. "Ayah, dia pinter lho."

"Kamu lulusan mana?" tanya sang ayah.

"Saya lulusan kampus ini, Pak. Itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak."

"Lamaranmu kutolak, kalau begitu," jawab sang ayah. "Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini toh? Menganggap saya bodoh, kan?"

"Enggak kok, Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IP-nya juga cuma dua koma, Pak."

"Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bodoh gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?"

Bisikan itu datang lagi, "Ayah dia sudah bekerja, lho."

"Jadi, kamu sudah bekerja?" tanya sang ayah.

"Sudah Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu."

"Anu Pak, kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku."

"Lho lamaranmu ya tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?"

Bisikan kembali datang, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya."

"Rencananya maharmu apa?" tanya sang ayah kemudian.

"Seperangkat alat shalat Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf."

"Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak."

"Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku."

Bisikan datang lagi dari sang gadis, "Dia jago IT lho, Pak."

"Kamu bisa apa itu, internet?"

"Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net."

"Kalau begitu lamaranmu kutolak. Sebab nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata."

"Tapi saya nge-net cuma untuk cek email saja kok Pak."

"Lamaranmu tetap kutolak kalau begitu. Jadi kamu nggak ngerti apa itu Facebook, Blog, Twitter, Youtube, kompasiana? Aku nggak mau punya mantu gaptek begitu."

Sang gadis hendak berbisik, tapi sang ayah keburu bertanya lagi, "Kamu kesini tadi naik apa?"

"Mobil, Pak."

"Kamu mau pamer toh kalau kamu kaya. Itu namanya riya'. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik. Lamaranmu kutolak."

"Anu, Pak. Saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Lha wong itu mobil dia. Saya juga nggak bisa nyetir."

"Lamaranmu kutolak, kalau begitu. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?"

Sang gadis hendak berbisik lagi, tapi sang ayah sudah bertanya, "Kamu merasa ganteng ya?"

"Nggak Pak. Biasa saja kok."

"Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini."

"Tapi Pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir saya kok, Pak."

"Kalau begitu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh. Lamaranmu kutolak!"

***

Sang gadis kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"

Sang ayah menatap wajah sang anak, dan berganti menatap si pemuda yang sudah menyerah pasrah. "Nak, apakah ada yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?"

Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah. Jawabnya, "Pak, dari tigapuluh juz saya cuma hapal juz ketigapuluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba'in, yang terpendek pula."

Sang ayah tersenyum.

"Lamaranmu kuterima, anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja aku masih tertatih."

Mata si pemuda-pun ikut berkaca-kaca.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, June 21, 2012

Monday, June 18, 2012

ujungkelingking,


"Anak belajar dari kehidupannya"



Jika anak dibesarkan dengan celaan,

ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,

ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan,

ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba,

ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok,

ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati,

ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan,

ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,

ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,

ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,

ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan,

ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,

ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan,

ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi,

ia belajar kedermawaan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan,

ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,

ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan,

ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman,

ia belajar berdamai dengan pikiran

Dorothy Law Nolte
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 18, 2012
ujungkelingking - Hari ini, setelah membaca tulisan salah seorang Kompasianer, saya jadi teringat kejadian yang sering kita lihat di lingkungan kita, yaitu tentang “panik”nya seorang ibu yang, misalnya, melihat anaknya yang tiba-tiba terjatuh karena tersandung batu dan menangis. Lalu biasanya untuk menenangkan si anak, si ibu lantas memukul-mukul tembok atau jalanan sambil bilang, “Ini tembok nakal”, “Batunya nakal sudah ibu pukul”, dan sebagainya.

Kita harus sadar bahwa melakukan hal tersebut bukan saja salah namun juga tidak mendidik. Biarkan dia jatuh agar dia tahu bagaimana berhati-hati. Sesungguhnya panik (baca: kuatir)-nya seorang ibu adalah hal yang naluriah. Namun dalam beberapa kasus, seperti contoh di atas, bersikap kuatir atau panik adalah hal yang tidak disarankan.

Tentu saja kita sebagai orang tua harus selektif memilih respon. Maksudnya adalah dalam kondisi seperti apa kita harus kuatir dan dalam keadaan bagaimana kita tidak boleh (terlihat) panik. Karena yang banyak terjadi adalah si anak “melihat” bagaimana respon orang tua. Anda sadar atau tidak, ketika si anak terjatuh dan Anda terlihat panik, maka anak akan menangis sejadi-jadinya. Kalau boleh saya mengimajinasikan, seolah-olah si anak berkata, “Ibu kuatir, nih. Aku menangis, ah biar tambah disayang…” atau “Ibu, sakiittt… tolong aku, dong!”. Dengan langsung menolongnya dan bersikap kuatir sebenarnya justru akan membuat si anak merasa “didukung”: menangis karena tersandung itu, boleh.

Lalu bagaimana kita harus bersikap ketika melihat anak kita tersandung?

Pertama kali, lihat apakah jatuhnya itu berkemungkinan menyebabkan keadaan fatal pada anak atau tidak. Bila tidak, tunggu sebentar jangan langsung diangkat, biarkan anak menyadari bahwa dirinya terjatuh. Lalu katakan dengan nada tegas (bukan keras) meminta dia untuk bangun, katakan kepadanya bahwa terjatuh seperti tidak apa-apa. Setelah itu dekati dia, pastikan dia memang tidak apa-apa (dengan memegang, dsb.) lalu ceritakan kenapa dia bisa terjatuh seperti tadi, misalnya, “Adek tadi jalannya ndak lihat bawah. Ini ada batu terus adek tersandung. Lalu jatuh, deh. Lain kali hati-hati, ya!”

Yang perlu saya garis bawahi disini adalah bahwa panik atau kuatir itu naluriah. Sungguh pun demikian, jangan sampai kepanikan tersebut “terserap” oleh anak.

Peduli pada anak bukan berarti memanjakannya. 

Salam
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 18, 2012

Thursday, June 14, 2012

ujungkelingking - Bismillahirrahamaanirrahiim,

Sesungguhnya banyak diantara orang-orang Kafir dan Murtad yang mencari-cari "celah" dalam agama ini untuk kemudian menyerang umat Muslim.

Salah satu contohnya adalah mereka mengatakan bahwa Rasulullah adalah seorang -maaf- pe**filia karena menikahi Aisyah radhiallahu anha pada saat Aisyah berusia sangat muda, yaitu 6 tahun, dan berumah tangga pada saat Aisyah menginjak usia 9 tahun. Tuduhan -tentu- ini adalah tuduhan yang tidak berdasar, mengada-ada. Atau kalau memang ada dasarnya, tentulah dasar yang mereka pakai adalah dasar/dalil yang DIRAGUKAN validitasnya.

Setelah mengikuti debat komen yang sempat memanas di Kompasiana tentang hal ini, saya sebutkan ada 5 poin (saya yakin masih banyak lagi) yang bisa mematahkan tuduhan keji mereka.

Pertama, tentang beda usia

Dalam Kitab Siyar A'la'ma'l-nubala karangan Al-Zahabi, terdapat riwayat yang menyatakan bahwa beda usia antara Aisyah dengan Asma, kakaknya adalah sekitar 10 tahun. (Siyar A`la'ma'l-nubala', Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu'assasatu'l-risalah, Beirut, 1992).

Ibn Hajar Al-Asqalani mengatakan, "Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 atau 74 H." (Taqribu'l-tahzib, Ibn Hajar Al-Asqalani, p. 654, Arabic, Bab fi'l-nisa', al-harfu'l-alif). Artinya Asma lahir pada tahun 27 Sebelum Hijrah, dan Aisyah lahir pada tahun 17 Sebelum Hijrah.

Sementara itu, para ahli sejarah sepakat bahwa pernikahan Rasulullah dengan Aisyah terjadi sekitar tahun 2 H. Dengan kata lain, Aisyah radhiallahu anha berumah tangga dengan Rasulullah pada usia 19 tahun.

Kedua, tentang istilah dalam bahasa Arab

Aisyah radhiallhu anha pernah berkata, "Saya seorang jariyah ketika surah Al-Qamar diturunkan." (Bukhari, Kitabu'l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa'l-sa`atu adha' wa amar).

"Jariyah" dalam bahasa Arab berarti gadis muda, yaitu mereka yang berusia antara 6-13 tahun. Jika surah Al-Qamar diturunkan pada tahun 8 Sebelum Hijrah, berarti usia Aisyah saat menikah antara 16-23 tahun.

Selain itu, menurut riwayat dari Ahmad ibn Hambal, sesudah meninggalnya Khadijah, Khaulah datang menasehati Nabi untuk menikah lagi. Nabi bertanya kepadanya tentang pilihan Khaulah. Khaulah berkata, "Anda dapat menikahi seorang bikr (gadis) atau seorang thayyib (wanita yang sudah pernah menikah)". Ketika Nabi bertanya tentang identitas bikr (gadis) tersebut, Khaulah menyebut nama Aisyah.

Dalam bahasa Arab, kata bikr tidak akan digunakan untuk gadis belia yang baru berusia 9 tahun. Kata yang tepat untuk menunjukkan gadis belia yang masih suka bermain-main adalah jariyah. Dalam hal lain, bikr digunakan untuk menyebut seorang gadis, belum pernah menikah dan belum punya pengalaman dalam hal pernikahan. (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p. .210,Arabic, Dar Ihya al-turath al-`arabi, Beirut).

Ketiga, tentang sejarah da'wah sirriyah

Berdasarkan Sirah An-Nabawiyah (Ibnu Hisyam, 1/245-262), Aisyah radhiallahu anha tercatat sebagai orang ke-19 yang menerima Islam, sedang da'wah secara sirriyah dilakukan selama kurang lebih 3 tahun sampai pengikut Islam berjumlah 40 orang. Jika Aisyah pada saat menikah (tahun 2 H) berusia 9 tahun, maka pada masa da'wah dilakukan secara sirriyah, berdasarkan perhitungan tahun, Aisyah masih belum lahir. Lalu bagaimana mungkin anak yang belum lahir bisa bersyahadat?

Keempat, tentang perowi hadits

Hadits-hadits yang menceritakan tentang hal ini diriwayatkan hanya oleh Hisyam ibn Urwah. Dan hadits ini diriwayatkannya setelah beliau pindah dari Madinah ke Iraq, pada usia tua.

Kitab Tahdibu'l-tahdib mencatat demikian, "Hisyam sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq." (Tahdibu'l-tahdib, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).

Lebih lanjut dalam kitab yang sama, Malik ibn Anas menolak riwayat Hisyam, "Saya pernah diberi tahu bahwa Malik menolak riwayat Hisyam yang dicatat dari orang-orang Iraq."

Sementara dalam Mizanu'l-i'tidal lebih jelas lagi, "Ketika masa tua, ingatan Hisyam mengalami kemunduran yang mencolok." (Mizanu'l-i'tidal, Al-Zahabi, Al-Maktabatu'l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan. Vol 4, p. 301).

Karena itu, hadits yang diriwayatkan oleh Hisyam untuk hal ini tidak bisa dijadikan hujjah.

Kelima, tentang perang Badar dan Uhud

Aisyah ikut dalam perang Badar (Muslim, Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab karahiyati'l-isti`anah fi'l-ghazwi bikafir) dan dalam perang Uhud (Bukhari, Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab Ghazwi'l-nisa' wa qitalihinnama`a'lrijal).

Dalam riwayat yang berbeda, Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya ikut dalam perang Uhud, pada saat itu usianya 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, pada saat usianya 15 tahun, Nabi mengijinkannya ikut dalam perang tersebut. (Bukhari, Kitabu'l-maghazi, Bab Ghazwati'l-khandaq wa hiya'l-ahza'b).

Kesimpulannya, Aisyah yang ikut dalam perang Badar dan Uhud mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun.

Hasbunallah wa ni'mal wakiil.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, June 14, 2012

Tuesday, June 12, 2012

ujungkelingking - Ups, jangan terburu-buru mengeryitkan dahi atau me-melotot-kan mata. Apa yang akan saya sampaikan ini adalah benar adanya. Bahwa tidak ada hadits Nabi yang palsu.

Lho kok bisa? Bukankah kita seringkali mendengar istilah hadits dlo'if, matruk, munqothi', dan sebagainya, kalau itu bukan hadits palsu, terus apa namanya???

Hehehe... Sabar, sabar....

Untuk menjelaskan apa yang saya maksud dengan "tidak ada hadits Nabi yang palsu", terlebih dahulu kita harus tahu apa definisi "hadits" itu sendiri. Dalam terminoogi secara umum, hadits diartikan sebagai (perhatikan kata yang saya cetak tebal); segala hal yang berasal dari Nabi, yang bisa berupa perkataan atau perbuatan atau pembenaran yang hal itu bisa dijadikan dalil syar'i. Sederhananya, hadits itu dari Nabi. Dan karena hadits itu dari Nabi, maka mustahil hadits tersebut bisa palsu.

Lalu, definisi hadits palsu apa?

Hadits palsu adalah perkataan, perbuatan atau pembenaran yang dikatakan (seolah-olah) dari Nabi, padahal bukan. Dan karena ia bukan dari Nabi, maka sebenarnya dia bukan hadits.

Jadi, bila disebut istilah hadits, maka artinya dia memang berasal dari Nabi. Dan tidak ada yang berasal dari Nabi itu sesuatu yang palsu.

Hehehe... 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, June 12, 2012

Monday, June 11, 2012

ujungkelingking - Perjuangan saya kembali dilanjutkan...

Karena hari Rabu-nya masih ada pekerjaan yang nanggung untuk segera diselesaikan, akhirnya baru pada keesokan harinya, yaitu tanggal 10 Mei saya menyempatkan diri ke kantor Kecamatan guna mengambil hasil print out NIK. Saya tiba disana cukup pagi, yaitu pukul 9.00 kurang. Saya segera masuk dan menanyakan apakah hasil print out saya sudah bisa diambil. Jawabannya sudah bisa ditebak: belum dikerjakan. Dan karena petugasnya sudah datang, maka saya diminta menunggu sebentar agar hasil print out tersebut bisa segera saya bawa ke kantor Dispenduk.

Namun, bila Anda menganggap "sebentar" itu berarti beberapa menit, Anda siap-siap saja mendengus kesal. Saya tidak tahu komputer model apa yang mereka gunakan, atau metode mengetik macam apa yang mereka terapkan, sehingga untuk mencetak lembaran print out tersebut membutuhkan waktu sampai satu jam lebih!

Tapi Anda akan menganggap saya lebih "beruntung" karena beberapa orang yang datang, dengan entengnya si petugas -tanpa rasa bersalah dan permintaan maaf- mengatakan berkas belum selesai dan disuruh kembali lain hari. Dia tidak tahu bahwa untuk datang ke kantor itu, mereka harus rela meninggalkan pekerjaan mereka. Bahkan seorang nenek-nenek sempat mengeluh kepada saya tentang buruknya pelayanan di kantor Kecamatan. Dia harus bolak-balik hanya untuk mengurus surat kematian keluarganya, padahal ongkos naik becak untuk sekali pulang-pergi saja sampai 40 ribu rupiah! Saya tentu yakin uang sebesar itu besar juga nilainya buat si nenek tersebut. Petugas yang lain sempat bertanya kepada nenek tersebut, kenapa tidak naik motor (maksudnya diantar) saja? Si nenek menjawab bahwa motornya dipakai anaknya untuk bekerja. Si petugas tersebut lantas nyletuk (sambil makan roti), anak macam apa yang tidak mau mengantar ibunya... Nah, siapa menyalahkan siapa sekarang???

Setelah sejam lebih bengong di kantor Kecamatan, hasil print out tersebut akhirnya selesai dan saya dipersilahkan langsung membawanya ke kantor Dispenduk. Disinilah saya melakukan kesalahan. Seharusnya, karena proses kelahiran di wilayah Sidoarjo, maka yang berhak menerbitkan Akta Kelahiran tersebut adalah Dispenduk Sidoarjo. Di kantor Dispenduk Surabaya berkas saya ditolak dan diarahkan untuk mengurusnya di Dispenduk wilayah Sidoarjo. Saya pun kembali ngantor.

Catatan 6. Selalu-lah bertanya -bahkan- untuk urusan yang lebih detail. Namun jangan sampai terkesan cerewet.

Sedikit catatan, karena kemudian saya hendak menaruh berkas tersebut ke Dispenduk Sidoarjo melalui bidan yang mengurusi persalinan istri saya, saya kemudian diberi formulir isian "Surat Keterangan Kelahiran" yang nantinya diharuskan untuk di validasi bidan tersebut dan Kepala Desa Surabaya.

Akhirnya, tanggal 15 Mei-nya saya izin keluar kantor sebentar untuk pergi ke kantor Kelurahan guna meminta tanda tangan dari Pak Lurah. Beruntung orangnya berada di tempat sehingga saya bisa langsung kembali ngantor.

Pada hari itu juga, berkas tersebut saya serahkan ke bidan untuk kemudian diserahkan ke kantor Dispenduk.

***

Sampai artikel ini saya tulis, akte kelahiran anak saya masih belum jadi, padahal sudah hampir 1 bulan sejak masuk kantor Dispenduk. Namun, baru saja saya mendapat informasi dari bidan yang bersangkutan bahwa akte tersebut akan selesai pada tanggal 6 Juli 2012 yang itu berarti 7 minggu dan bukan 7 hari seperti yang diiklan-kan.

Huft!

*nb. bersambung di 4-selesai 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 11, 2012
Istriku,

Maaf.
Jika aku dulu tak bisa memberikan pernikahan mewah yang diimpikan setiap perempuan.
Jika sampai saat ini aku belum mampu memberimu sebuah tempat tinggal sendiri yang layak dan nyaman.

Maaf.
Jika aku tak bisa memberikanmu perhiasan, meski hanya sekedar kalung atau gelang tangan.
Jika aku tak pernah membelikan untukmu pakaian yang layak untuk dipakai keluar rumah.
Jika aku kerap lamban untuk memberi apa yang kau butuhkan.

Maaf.
Jika lelahku menciptakan marahku padamu.
Jika aku tak menasehatimu dengan cara yang lembut dan baik.
Jika aku masih tak bisa meng-aqiqah-i kedua buah hati kita.
Jika aku tak mampu menjadi teladan bagi putra-putra kita.

Maaf.
Atas semua janji-janji yang belum bisa terpenuhi.
Jika denganku kau tak merasa bahagia meski aku akan tetap berusaha mencoba.
Jika hanya tulisan ini yang mewakili hati dan bibirku.
Jika aku bukan seperti yang kau bayangkan.

Maaf.
Jika ucapan maaf-ku ini tak berjumlah seribu seperti judulnya.


Selamat Ulang Tahun, Istriku.
Semoga dianugerahi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Semoga dikaruniai ilmu yang bermanfaat.
Semoga semakin ditambah rejeki dan keberkahannya.


Terima kasih sudah mau menemaniku sampai saat ini.

nb: soal hadiahnya, tak pikirkan nanti saat pulang kerja ya!


Senin, 11 Juni 2012
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 11, 2012

Saturday, June 9, 2012

ujungkelingking - Tentu biasa-biasa saja hari ini bagi Anda. Tapi bagi saya berbeda. Kalau saya bertanya kira-kira kenapa, Anda mungkin bisa dengan segera menebaknya.

Yup, hari ini, tepat 28 tahun yang lalu saya dilahirkan.

28 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat singkat sepertinya. Namun masih banyak cita-cita yang masih nyangkut di langit. Sebut saja, rumah yang masih ngontrak; masih dengan motor yang keluaran '97; masih dengan pekerjaan dengan gaji yang masih segitu-segitu saja, bahkan seringkali minus tiap bulannya karena besar pasak daripada cagak. Dan masih banyak masih, masih yang lain.

Namun juga bila disadari, sebenarnya masih lebih banyak yang sudah saya raih -atau lebih tepatnya dianugerahkan kepada saya- sampai saat sekarang ini.

28 tahun. Saya sudah dikaruniai seorang istri, yang tenyata sanggup melakukan pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan laki-laki. Seorang istri yang mau menerima keadaan saya, apapun itu. Seorang istri yang, wonderwoman. Yang terakhir ini sih, kata istri saya sendiri. Jgagaga...

28 tahun. Dan saya juga telah dititipi amanah berupa dua orang putra. Yang paling besar berusia 2 tahun, dan yang paling kecil, baru 2 bulan yang lalu lahir. Dua putra yang membanggakan saya -sekaligus- sukses membuat saya susah tidur bila membayangkan beratnya mendidik mereka sampai dewasa nanti.

Tapi itu baru anugerah yang saya sadari, yang kongkret. Belum kenikmatan-kenikmatan lain yang abstrak, absurd, atau apapun istilahnya. Sungguh, bila kita mencoba menghitung-hitung nikmat yang diberikan kepada kita, pastilah tak akan kita sanggup menghitungnya.

28 tahun. Itu artinya, saya sudah menikmati udara gratis selama 28 tahun atau itu setara dengan kurang lebih 245.448 jam. Apa yang sudah saya lakukan selama 28 tahun itu? Tak penting lagi untuk dibahas sepertinya, karena waktu terus berjalan, sebab usia terus berkurang.

Mari coba berandai-andai.

Anggap saja saya diberi umur sampai usia 60 tahun. Itu berarti waktu yang tersisa buat saya adalah 32 tahun atau 280.512 jam.

Jika saya tidur dengan rata-rata 8 jam perharinya, berarti saya telah menghabiskan sepertiga atau 11 tahun (96.426 jam) hanya untuk ngumpulin iler! (Bayangkan sodara!!!)

Lalu bila saya (tetap) bekerja di perusahaan yang sama, yang pada usia 55 tahun harus pensiun, berarti saya akan menghabiskan waktu di belakang meja-di depan komputer selama 9 tahun atau 78.894 jam.

Maka praktis waktu kosong yang benar-benar tersisa buat saya adalah 12 tahun atau sekitar 184.086 jam saja.

Apa yang bisa saya dapatkan selama kurun waktu yang “hanya” 12 tahun itu?

Tidak ada! Bila saya tetap seperti ini saja. Tanpa ada keberanian mengambil resiko, maka apapun yang direncanakan akan berhenti, bahkan sebelum berjalan. Perjalanan satu mil dimulai dari langkah pertama!
Bukankah Allah itu tidak akan mengubah nasib kita, bila kita sendiri tak mau (mencoba) mengubahnya?

Saya (harus) yakin, bahwa bila saya mau melangkah satu langkah untuk berusaha, maka Allah akan memberikan langkah kedua.

Ah, 28 tahun saja terasa singkat. Apalagi yang hanya 12 tahun?

Bismillah...


* hanya sebuah perenungan, mudah-mudahan dapat melecut diri
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, June 09, 2012

Thursday, June 7, 2012

ujungkelingking - Dari buku "Yang Orang Tua Harus Tahu Tentang Vaksinasi Pada Anak", karangan Stephanie Cave dan Deborah Mithchell dengan judul asli "What Your Doctor May Not Tell You About Children's Vaccinations" tahun 2003, dikatakan bahwa vaksin yang kita berikan demi kesehatan anak, justru bisa memberi efek negatif yang tak diinginkan.

Salah satu penyebabnya adalah adanya tambahan zat-zat berbahaya dalam vaksin tersebut. Sebut saja;
  1. Aluminium. Logam ini dikenal sebagai penyebab kejang, alzheimer, kerusakan otak dan dimensia (pikun).
  2. Benzetonium Chlorida. Bahan pengawet ini bahkan belum pernah dievaluasi tentang keamanannya untuk dikonsumsi manusia.
  3. Etilon Glikol. Biasa digunakan sebagai bahan utama produk anti-beku.
  4. Formaldehid (Formalin). Adalah karsinogenik (penyebab kanker), biasa digunakan untuk pengawet mayat, fungisida/insektisida, bahan peledak dan pewarna kain. Bahkan menurut pengarang buku "The Hazard of Immunization", formalin tidak memadai sebagai pembunuh kuman. Maka alih-alih menon-aktifkan kuman, formalin justru menguatkan kuman yang kemudian menginfeksi penggunanya.
  5. Gelatin. Adalah alergen (pemicu kanker), biasanya bahan dasarnya berasal dari babi.
  6. Glutamat. Bahan ini banyak dikenal sebagai penyebab reaksi buruk kesehatan.
  7. Neomisin. Dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang.
  8. Fenol. Biasanya digunakan dalam produksi bahan pewarna non-makanan, plastik, bahan pengawet dan germisida. Pada dosis tertentu bahan ini bisa sangat beracun.
  9. Streptomisin. Penyebab reaksi alergi.
  10. Timerosa (Merkuri). Karena sistem imun tubuh bayi masih belum berkembang secara penuh, maka bayi tidak mempunyai kemampuan untuk melawan serangan benda asing (bakteri, virus, racun lingkungan), termasuk membuang racun dari tubuhnya sehingga zat-zat berbahaya tersebut cenderung menetap di tubuh. Beberapa kerusakan yang diakibatkan oleh keracunan merkuri:
  • Merusak sel otak secara permanen
  • Perubahan suasana hati dan kepribadian (mudah marah dan malu)
  • Masalah penglihatan serius
  • Kecenderungan sulit berkomunikasi
  • Kelemahan otot, tidak adanya koordinasi tubuh yang baik
  • Lemah ingatan
  • Tremor (gemetar)

Berikut ini adalah fakta-fakta yang mungkin tidak Anda ketahui tentang vaksin:
  1. Beberapa vaksin mengandung racun (merkuri, aluminium, formalin)
  2. Tahun 1998, Pemerintah Prancis menghentikan program vaksinasi (Hepatitis B) berbasis sekolah karena kasus multiple-sklerosis dikaitkan dengan vaksin tersebut
  3. Beberapa vaksin dibuat dengan bahan yang berasal dari jaringan manusia dari janin yang telah digugurkan
  4. Kebanyakan negara mewajibkan bahwa saat anak berusia 5 tahun, ia sudah harus menerima 33 dosis dari 10 vaksin
  5. Para dokter hanya melaporkan kurang dari 10% kejadian buruk yang berkaitan dengan vaksinasi atau sesudah vaksinasi

Sumber: http://www.setiabudi.name/archives/359


Wallahu a'lam
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, June 07, 2012

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!