Tuesday, February 12, 2013

ujungkelingking - Bahkan para Nabi pun tidak tahu apa maksud diperintahkan sesuatu kepada mereka.

Nabi Nuh tidak tahu bahwa akan datang banjir besar ketika disuruh membuat sebuah bahtera.

Nabi Ibrahim tidak pernah tahu bahwa Ismail akan diganti dengan seekor kambing ketika disuruh menyembelih putranya.

Nabi Musa pun tidak tahu bahwa laut akan terbelah ketika diperintah memukulkan tongkatnya.

Bahkan, Rasulullah pun tidak pernah tahu bahwa Madinah akan menjadi sentral perkembangan Islam ketika disuruh hijrah kesana.

Mereka tidak tahu apa maksud perintah-perintah tersebut. Mereka hanya tahu bahwa mereka harus melaksanakan perintah tersebut. Meskipun seringkali di luar nalar.

Kenapa perempuan yang sudah baligh harus menutup aurat, padahal itu "aneh"? Kenapa laki-laki harus menundukkan pandangannya, padahal itu sulit? Kenapa harus berpuasa, padahal itu berat? Kenapa tetap harus bersedekah meskipun kondisi keuangan kita di ujung tanduk? Dan terlalu banyak perintah-perintah dari Allah dan Rasul-Nya untuk kita pertanyakan sebab dan tujuannya.

Karena itu konsep "lihat apa yang dibicarakan, jangan lihat yang berbicara" hanya berlaku dalam lingkup sosial-amal. Sedang dalam konteks keimanan yang berlaku adalah "lihat siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan".

Begitupun seharusnya dengan kita. Ketika kita yakin bahwa yang memerintahkan hal tersebut adalah Allah dan Rasul-Nya, maka tidak boleh ada keraguan. Lakukan saja, dan nantikan 'kejutan' dari Dia.


كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

"... Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqaraah: 216)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, February 12, 2013

Monday, February 11, 2013

ujungkelingking - Jika kita tertarik dengan dunia tulis-menulis, tentunya ada keinginan untuk menjadi penulis yang produktif, menjadi penulis yang idenya terus mengalir setiap waktu. Tapi bagaimana cara menulis yang produktif itu?

Setelah pada postingan sebelumnya saya menulis tentang 2 Cara Sederhana Untuk Mendapatkan Ide Menulis, kali ini saya coba untuk berbagi tentang kiat-kiat agar bisa menghasilkan tulisan yang produktif.

Produktif, dalam hal ini saya mengartikannya sebagai kontinuitas atau kesinambungan. Sebab bisa saja seseorang dalam sehari mampu menulis 10 postingan, namun kemudian kosong -tak ada tulisan- selama seminggu. Ini bukan produktif dalam persepsi saya.

Yang sering terjadi adalah, kita memiliki ide untuk sebuah tulisan namun kesulitan untuk memulainya. Ini adalah salah satu sebab berkurangnya produktifitas kita dalam menulis, karena kesulitan dalam memulai bisa menyebabkan 'kebuntuan' dan pada akhirnya menjadi penyakit kronis penulis yaitu, malas.

Nah, ada 4 tahapan untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu: fishing - pending - running - stilling.

1. Fishing

Maksudnya adalah 'memancing kata'. Menggunakan kata-kata pancingan efektif untuk memancing kata-kata berikutnya. Tulis saja kata atau kalimat apapun -terserah- dan biarkan mengalir, bahkan jika tema yang diangkat menjadi berbelok 90 derajat. Tanpa disadari kita sudah punya satu paragraf tulisan!

Nanti, setelah tulisan sudah cukup utuh, kata-kata atau kalimat pancingan itu bisa dibuang.

2. Pending

Menunda judul. Benar, mikir judul belakangan saja. Hal itu dimaksudkan agar kita tidak terkekang oleh judul. Mengakhirkan judul berarti 'membebaskan diri' dalam menentukan arah tulisan.

3. Running

Maksudnya, jika terdapat kesalahan tulis atau eja, abaikan dahulu. Nanti setelah tulisan jadi, kesalahan-kesalahan tersebut bisa diperbaiki. Kembali untuk mengedit tulisan ketika ide sedang mengalir bisa menghambat atau bahkan membuyarkan ide tersebut.

4. Stilling

Setelah menyelesaikan tulisan, tinggalkan dahulu, endapkan. Lakukan pekerjaan lain yang menyenangkan, atau beristirahat. Nanti, ketika pikiran sudah fresh dan rileks kita bisa mulai untuk mengedit tulisan kita.

Setelah itu, silahkan di posting.

Selamat berproduktif!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 11, 2013

Wednesday, February 6, 2013

ujungkelingking - Di-share dari Google+, oleh Ferry Dwi Purnamansyah. (Dengan perubahan seperlunya)

Anda ingin berangkat ke Tanah Suci? Benar-benar ingin?! Insya Allah inilah kuncinya.

Seorang anak ingin memiliki sepeda. Lantas apa tanggapan ayahnya?
  • Pantaskan ilmunya. Maksudnya, belajarlah bersepeda walaupun belum punya sepeda.
  • Pantaskan uangnya. Menabunglah. Rutinkan menyisihkan uang tiap minggu atau tiap bulan, meski mungkin tidak pernah cukup untuk membeli sepeda.
Memang, tabungan itu tidak akan pernah cukup. Namun, melihat kesungguhan si anak dalam belajar bersepeda dan menabung, maka ayahnya akan tergugah dan mencukupkan tabungan tersebut.

Begitu pula Anda yang ingin berangkat ke Tanah Suci.

Pantaskan ilmunya

Pelajari buku-buku tentang umrah dan haji, tentang do'a dan amalan-amalannya. Bertanya kepada orang-orang yang pernah kesana. Ikuti pelatihan dan manasik haji. Dan minta brosur atau keterangan dari biro-biro perjalanan haji.

Pantaskan uangnya

Bisa diawali dengan membuka rekening khusus haji dan umrah. Lalu rutinkan menabung, walaupun kecil.

Pantaskan pahalanya

Rasulullah pernah bersabda,
"Barangsiapa yang sholat Shubuh secara berjama'ah (di masjid) lalu ia duduk dan berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan sholat dua rakaat (sholat Isyraq), maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umrah". Beliau pun bersabda, "Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna." (Tirmidzi: 586)

Perbanyak sedekah, sholat tahajjud dan Dluha, serta amalan-amalan lain. Perlu juga untuk meminta do'a dari orangtua dan suami/istri kita. Selanjutnya biar Allah yang mencukupkan.

Sumber: iqrotegal.blogspot.com

Bukankah Allah yang menyuruh kita melaksanakan haji? Maka dengan izin-Nya kita pasti akan menginjakkan kaki di Tanah Suci dalam waktu dekat.

Berapa banyak orang yang kaya, muda dan sehat, tapi tidak kesampaian menginjakkan kaki di Tanah Suci? Berapa banyak pula orang yang miskin, tua, cacat dan lemah yang sampai disana? Begitulah, bagi Allah Yang Maha Kuasa, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.


nb. ditulis sebagai cara untuk memotivasi diri.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 06, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!