Saturday, January 7, 2012

ujungkelingking - Beberapa waktu yang lalu saya mendapat teguran dari atasan atas keterlambatan saya dalam masuk kantor. Maklum, jarak antara rumah dan tempat kerja saya bisa sampai satu seperempat jam atau satu jam setengah dengan menggunakan motor. Dan karena terlalu sulit buat saya untuk berangkat lebih pagi, akhirnya saya memilih sedikit gambling dengan "sedikit" ngebut di jalan. Tapi toh, tetap saja saya masih sering terlambat. Bahkan untuk bulan kemarin saja, saya ada 12 kasus keterlambatan (12 hari!). Teguran-teguran semacam itu bila tidak segera diantisipasi pada akhirnya nanti akan bisa mempengaruhi penilaian terhadap kinerja seorang karyawan, bahkan bisa berimbas pada minimnya kenaikan gaji tahunan! Yah, saya hanya bisa meminta maaf waktu itu dan mengatakan akan berusaha untuk tidak terlambat lagi.

Lalu bagaimana dengan rekan-rekan kerja saya yang lainnya, yang mereka juga sering terlambat?

Uniknya, mereka tidak terkena teguran seperti saya. Lha, kok bisa? Ya bisa saja, sebab mereka tidak pernah checklock seperti saya. Hehehe...

Maka kemudian terdapat opsi seperti ini; checklock meski terlambat dan kena teguran, atau tidak checklock dan selamat. Dan mungkin banyak rekan-rekan saya yang bimbang dengan dua pilihan itu. Tapi saya? Whatever-lah. Saya akan tetap checklock meski mungkin saya akan tetap terlambat.

Benar apa yang dikatakan seorang kawan; "Jika memulai pekerjaan saja sudah tidak jujur, bagaimana dengan pekerjaannya?"

Selamat pagi,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, January 07, 2012

Thursday, January 5, 2012

ujungkelingking - Tiga malam yang lalu saya berencana untuk pergi ke dokter untuk memeriksakan kehamilan istri saya. Tapi karena hujan turun cukup deras, kami pun membatalkan rencana tersebut. Esok malamnya, kami akhirnya bisa berangkat ke rumah sakit. Tapi sayangnya, hari itu bukan jadwal dokter kandungan yang dimaksud. Kami pun terpaksa kembali lagi.

Dan kemarin malam, setelah dua kali gagal men-USG kandungan istri, akhirnya niat itu kesampaian juga.

USG, atau ultrasonografi adalah istilah medis untuk memperlihatkan gambaran rahim dan isinya dengan menggunakan gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh sehingga mampu memberikan informasi dalam bentuk gambar yang muncul di layar monitor. Dan karena tidak memasukkan sinar radiasi, jarum suntik ataupun cairan dan obat-obatan ke dalam tubuh sehingga USG dianggap aman untuk bayi dalam kandungan.

Sebenarnya tujuan awal pemeriksaan ultrasonografi ini adalah karena faktor medis saja, yaitu untuk melihat perkembangan serta posisi janin di dalam kandungan. Tetapi dengan melakukan USG kita juga mungkin mendapat "bonus" berupa perkiraan jenis kelamin calon bayi. Saya katakan mungkin, karena bisa saja jenis kelamin calon bayi tidak terlihat meski mestinya sudah terlihat. Hal itu juga terjadi pada saat istri saya mengandung putra pertama kami. Bahkan kami sampai melakukan dua kali USG!

Tapi kembali pada tujuan awal pemeriksaan tersebut. Terlihat atau terlihat jenis kelaminnya, tentu tidak masalah bagi kita selaku orang tua. Apalagi sebagai seorang suami, prioritasnya adalah kesehatan si bayi dan sang ibu saja. Toh, kalaupun lahir kita tidak akan mempermasalahkannya meski dia laki-laki ataupun perempuan.

Lalu bagaimana dengan calon anak kedua kami?

Hehe, sebenarnya saya tidak sempat ikut masuk ke ruang pemeriksaan sehingga saya tidak tahu "gambar"nya si janin. Itu gara-gara saya lebih sibuk jadi "asisten" Zaki -putra pertama kami- yang lebih suka mondar-mandir keliling rumah sakit daripada nungguin ibunya antri. Jadilah saya harus mengikuti kemana dia jalan-jalan sambil siap-sedia membawakan minumannya.

Dan setelah lelah mondar-mandir, saya baru sadar kalau istri saya sudah selesai diperiksa. Saya bertanya kepada istri saya, "Bagaimana?"

Istri saya tersenyum. Jawab dia,

"Laki-laki."




Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, January 05, 2012

Monday, January 2, 2012

ujungkelingking - Banyak orang -sampai hari ini- beranggapan bahwa cantik itu relatif. Artinya bahwa seseorang yang kita anggap cantik belum tentu dianggap cantik juga bagi orang lain. Sebaliknya, yang bagi orang lain cantik belum tentu juga kita menganggapnya cantik.

Tapi, teori yang seperti itu tidak benar, bagi saya.

Saya punya pendapat sendiri tentang hal ini. Bagi saya -justru- kecantikan itu adalah mutlak, atau tidak relatif. Artinya, jika dalam suatu kumpulan (baca: banyak orang) menganggap si A itu cantik, maka benar si A itu cantik. Jika kumpulan tersebut mengatakan si B itu jelek, maka begitulah keadaannya. Dan menyimpang dari teori ini, maka seseorang itu akan dianggap buta, atau setidaknya tertipu.

Misal, si Mimi perawan desa itu dianggap oleh orang sekampung sangatlah cantik. Tapi tiba-tiba ada satu orang yang berteriak-teriak mengatakan si Mimi itu jelek. Bagaimana menurut anda? Kalau bukan gila, mungkin buta, atau "berselera rendah". Hehe...

Tapi tentu teori ini tak selamanya benar. Dalam hal menyikapi kebenaran, misalnya. Tidak bisa kita beranggapan bahwa jika semua orang menganggap suatu hal itu benar maka hal tersebut memang benar. Suatu kebenaran tidak bisa dianggap benar hanya karena banyak orang melakukannya.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, January 02, 2012

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!