Wednesday, December 14, 2011

ujungkelingking - Kemarin malam, akhirnya dengan terpaksa saya harus mengikuti anjuran istri saya untuk memanggil tukang urut ke rumah. Pasalnya tiga hari sebelumnya badan saya rasanya pegal luar biasa. Maklum jarak rumah-kantor yang lumayan jauh memaksa saya untuk duduk di jok motor satu jam lebih. Tapi bukan ini poinnya.

Malam itu, saat dipijat (biasa-lah tukang pijat kan banyak omongnya), hehe... Kami pun sempat mengobrol banyak. Mulai dari ayahnya yang (katanya) memiliki semacam "perguruan" dalam hal ilmu-ilmu pengobatan. Atau tentang dirinya yang (ngakunya) kenal dengan banyak pejabat-pejabat kelas atas. Tapi, ini juga bukan poin tulisan saya. :P

Yang menjadi perhatian saya kemudian adalah ketika dia menyayangkan tentang perbedaan-perbedaan yang kemudian pada akhirnya mengantarkan kita ke gerbang perdebatan-perdebatan panjang yang tak berujung pangkal. (Kok jadi puitis gini?) :D

Analoginya kemudian seperti ini, kita masing-masing memegang peta kota Surabaya. Kemudian masing-masing punya pendapat tentang rute menuju Tugu Pahlawan. Masing-masing mengaku tahu rute terbaik. Tapi sadarkah anda, bahwa kita cuma sekedar melihat peta saja. Tidak ada diantara kita yang benar-benar menelusuri rutenya, melewati jalannya. Dan kita hanya terus berdebat, berperang hebat.

Bukankah lebih bijaksana bila, tiap-tiap kita menelusuri rute masing-masing? Bila kita semua pada akhirnya bisa bertemu di Tugu Pahlawan, kita masing-masing akan berucap,

"Ohhh, ternyata anda sampai juga disini. Selamat ya!"

Dan bila ternyata salah jalan -meski ngedumel- kita toh tetap putar arah juga. Memang (harusnya) cuma ada satu jalan yang benar. Tapi tak pernah ada jaminan bahwa rute kita-lah yang benar.

Saling menghormati pendapat orang lain, itu poinnya.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, December 14, 2011

Monday, December 5, 2011

ujungkelingking - Dalam kalender hijriah, besok adalah hari Assura', yang disunnahkan berpuasa pada hari itu. Bila ditarik sebuah garis lurus ke belakang, maka akan kita dapati kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi pada tanggal 10 Muharram, yang saya himpun dari beberapa sumber;
  1. Diampuninya Adam setelah taubatnya yang beratus-ratus tahun karena melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah Syurga,
  2. Idris diangkat ke langit,
  3. Berlabuhnya perahu Nuh setelah banjir besar yang melenyapkan seluruh umat manusia. Beberapa literatur mencatat hanya 40 keluarga saja yang selamat dari banjir tersebut karena mengikuti seruan Nuh alaihissalaam. *Kita -tentunya- adalah keturunan diantara 40 keluarga tersebut!
  4. Ibrahim dilahirkan, diangkat sebagai khalilullah, dan diselamatkan dari api Raja Namrud,
  5. Diterimanya taubat Daud alaihissalaam,
  6. Diangkatnya Isa alaihissalaam ke langit,
  7. Diturunkannya Taurat kepada Musa, diselamatkan beliau dari kekejaman Fir'aun, dan ditenggelamkannya Fir'aun dan bala tentaranya di laut Merah,
  8. Yunus dikeluarkan dari perut ikan,
  9. Dikembalikannya kerajaan Sulaiman sebagai bentuk penghormatan kepada beliau,
  10. Yusuf dibebaskan dari penjara Raja Mesir, disembuhkan mata Ya'kub karena kepulangan Yusuf pada hari itu,
  11. Ayyub alaihissalaam sembuh dari penyakitnya,

Tapi sejujurnya, saya tidak memiliki sumber yang benar-benar valid tentang kejadian-kejadian di atas. Jadi, terlepas dari apakah kisah-kisah itu benar adanya atau tidak, cukuplah bagi kita sebuah perintah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam untuk melaksanakan puasa sunnah pada hari itu (baca: besok).

Jadi, selamat berpuasa untuk anda yang besok melaksanakan puasa 10 Muharram.

Saya? Insyaallah puasa.


*dari berbagai sumber
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, December 05, 2011
ujungkelingking - Sejak dahulu kala, nenek moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa pelaut yang handal. Keberanian mereka menaklukkan lautan sungguh tak dapat diragukan. Bahkan sebuah lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud tahun 1940 menggambarkan tentang hal itu. Tapi darimana keberanian itu mereka dapatkan, padahal peta lautan saja belum banyak dibuat?

Jauh sebelum Al-Idrisi atau pun Copernicus mengemukankan pendapat mereka, bangsa Barat memiliki teori bahwa bumi itu berbentuk datar seperti meja. Sehingga bila kita berlayar terus-menerus ke suatu arah, maka pada suatu saat kita akan sampai di tepi “meja” tersebut lalu jatuh entah kemana. Karena memegang prinsip inilah kemudian bangsa Barat tidak berani melakukan pelayaran jauh.

Sedangkan nenek moyang kita -yang notabene tidak (pernah) kenal dengan teori tersebut- tentu saja tidak memiliki kekhawatiran apa pun, sehingga mereka berani melakukan pelayaran jauh.

Hmmm, terkadang ketidak-tahuan (bisa jadi) memang sebuah keberkahan.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, December 05, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!