Tuesday, November 29, 2011

ujungkelingking - Mengawali sebuah hari yang spesial, entah itu tahun baru atau tanggal kelahiran, setiap kita pasti memiliki harapan-harapan. Mungkin menjadi lebih sukses, menjadi lebih banyak rejekinya, atau harapan-harapan lain yang intinya adalah menjadikan diri kita berada pada level berikutnya yang lebih baik.

Dan untuk memenuhi harapan-harapan itu, kita umumnya kemudian menerapkan “aturan-aturan” -yang mungkin muluk-muluk- yang mengharuskan kita melakukan ini-tidak boleh melakukan itu. Aturan-aturan pendisiplinan diri, sebut saja begitu. Aturan-aturan tersebut bisa saja sangat berhasil. Tapi tahukah anda, aturan-aturan tersebut hanya akan menjadi sampul buku kosong atau -istilah yang lebih umum- hangat-hangat tahi ayam bila tidak dibarengi dengan aturan yang satu ini,

Konsistensi!

Ya, aturan yang muluk-muluk tanpa konsistensi hanya akan menjadi sampah di belakang. Dengan konsistensi akan membuktikan kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik atau tidak.

Dan, jika anda membuat aturan-aturan yang cukup sederhana dan anda konsisten dengan aturan tersebut, maka anda sudah menjadi jauh lebih baik dengan itu.

Selamat pagi,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, November 29, 2011

Saturday, November 26, 2011

ujungkelingking - Pagi ini, saya berangkat kerja pada jam yang sama seperti hari-hari biasanya. Tapi di tengah jalan saya terjebak macet tidak seperti biasanya. Saya tidak bisa melihat di depan ada apa pastinya, tapi kalau tidak salah mungkin ada acara karnaval anak-anak TK daerah situ.

Tetap disitu, saya akan tetap terjebak macet. Akhirnya saya memilih jalan yang lain, memutar, dengan harapan saya bisa lolos dari kemacetan tersebut. Tapi dasar apes, di rute kedua itu saya malah terjebak kemacetan yang lebih parah dari jalan yang pertama. Alhasil, saya terlambat tiba di kantor.

Apa pilihan saya salah?

Bila langsung melihat hasilnya, tentu anda akan mengatakan saya tolol. Lha wong di rute kedua lebih macet kenapa milih jalan tersebut? Lebih baik kan tetap di rute pertama?

Hehe, sayangnya dalam hidup kita tak pernah bisa langsung tahu hasilnya sebelum dilakukan. Diprediksi mungkin bisa, tapi tak menjamin keakuratannya. Dalam kasus saya di atas, saya tidak menyesal dengan pilihan saya untuk melalui rute kedua. Karena pilihan saya yang salah berdasar pemikiran saya yang benar. Saya berpikir seperti ini;

  • Bila saya tetap berada di jalan pertama, sudah pasti saya akan terjebak macet. Mungkin 10 menit, atau bisa jadi lebih.
  • Bila saya mencoba alternatif lain, yaitu rute kedua, saya mungkin akan terjebak lebih parah lagi, tapi tentu ada kemungkinan sebaliknya. Mungkin saya bisa lolos dari kemacetan.
Ini yang saya sebut dengan "berpikir benar". Dan bagi saya, lebih baik memilih salah karena berpikir benar daripada pilihan benar karena berpikir salah
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, November 26, 2011

Thursday, November 24, 2011

ujungkelingking - Seorang ulama besar di jaman setelah jaman Rasulullah -maaf, saya lupa nama beliau- pernah suatu hari mendapat kabar bahwa pasar tempat beliau berdagang terbakar. Semua toko dan kios yang ada disana ludes dilalap si jago merah. Namun anehnya, hanya toko beliau yang selamat dari amukan api. Oleh seseorang hal ini disampaikan kepada beliau,

“Ya Syeikh, pasar anu telah terbakar. Namun untungnya toko anda sama sekali tidak terbakar!” Begitu kira-kira pesan yang disampaikan orang tersebut.

Mendengar itu sontak ulama ini mengucap, “Alhamdulillah…”

Namun setelah itu beliau langsung beristighfar karena disadarinya kekeliruan ucapannya.

***

Mendapat kabar gembira, sudah sewajarnya kita bersyukur (baca: mengucap hamdalah), tapi tentu akan menjadi salah tempat jika kegembiraan kita itu berdiri di atas kesusahan orang lain. Kesusahan dan kesulitan mungkin adalah sebuah ujian, tapi kegembiraan dan kekayaan belum tentu menjadi imbalan atas kebaikan yang pernah kita lakukan. Bisa jadi hal itu merupakan sebuah ujian juga.

Jadi, kegembiraan yang kita terima jangan menjadikan kita lupa diri dan menjadi manusia congkak. Maka penting untuk belajar dari do’a Nabi Sulaiman, “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku…”

Note:

buat Mas Ibas, selamat atas pernikahan Mas dengan Mbak Aliya, mudah-mudahan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah,
buat Bpk. Presiden Indonesia, mudah-mudahan gempita acara tidak mampu mengalihkan perhatian bapak kepada masalah krusial bangsa ini, dan
buat rekan-rekan Kompasianers, selamat pagi.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, November 24, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!